EtIndonesia. Ketika Patrick Bresnahan, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dari New York, didiagnosis dengan kelainan genetik langka, harapan datang dalam bentuk seekor anjing golden retriever bernama Yam.
Ibu Patrick, Susan Bresnahan, seorang perawat dengan pengalaman 20 tahun, menyadari sejak awal bahwa putranya tidak mencapai tonggak perkembangan.
Patrick tidak pernah berguling pada usia 3 bulan, tidak bisa duduk pada usia 6 bulan, dan tidak bisa merangkak pada usia 9 bulan. Susan mencari bantuan, dan mulai memberikan putranya terapi okupasi dan fisik ketika dia baru berusia satu tahun.

Setelah ulang tahunnya yang kedua, pengujian genetik akhirnya memberikan jawaban: Patrick didiagnosis dengan sindrom Timothy, kelainan terkait CACNA1C yang memengaruhi kurang dari 100 orang di seluruh dunia.
“Setelah mendapatkan diagnosis tersebut, itu adalah tidur malam pertama yang nyenyak yang saya alami dalam dua tahun,” kenang Susan.
Gangguan tersebut, yang melibatkan mutasi gen CACNA1C, dapat mengakibatkan tantangan fisik, fungsi jantung tidak teratur, keterlambatan perkembangan, dan kejang. Meskipun tidak ada obatnya, perawatan dan terapi dapat membantu mengelola gejalanya.

Menyadari kurangnya motivasi Patrick untuk bergerak, Susan menjajaki ide tentang anjing pemandu. Melalui ECAD (Educated Canines Assisting with Disabilities), keluarga tersebut mempelajari tentang anjing pemandu yang sangat terlatih yang dapat memberikan dukungan fisik dan emosional. Namun, mereka perlu mengumpulkan 25.000 dolar untuk menutupi bagian mereka dari biaya tersebut.
Hanya dalam waktu tiga minggu, sumbangan dari teman, keluarga, dan anggota masyarakat melampaui target mereka.
Terharu dengan kemurahan hati tersebut, Susan berkata: “Saya menangis selama tiga minggu.”

Patrick dipasangkan dengan Yam, seekor anjing golden retriever yang dampaknya langsung dan transformatif.
“Dalam waktu dua minggu, dia melakukan 12 hal baru yang belum pernah dilakukannya,” Susan berbagi.
Patrick, yang sebelumnya tidak menggunakan tangan kanannya, mulai melempar bola untuk Yam dan menggunakan kedua tangannya secara seimbang. Pergerakannya membaik secara drastis—dia mulai berjalan lebih lancar, berlari, dan bahkan menaiki tangga untuk pertama kalinya.
Selain pencapaian fisik, Yam telah meningkatkan kemampuan sosial dan kepercayaan diri Patrick.
“Itu hanya sesi terapi fisik yang sangat berat sepanjang hari, bersama dengan cinta dan rasa aman,” jelas Susan.
Meskipun mutasi spesifik Patrick bersifat unik dan tidak ada obat untuk kondisinya, ibunya tetap optimis tentang perawatan di masa mendatang.
Untuk saat ini, katanya: “Dia adalah anak paling bahagia yang masih hidup.” (yn)
Sumber: sunnyskyz