EtIndonesia. Perjanjian transit selama 5 tahun antara Perusahaan Gas Negara Ukraina dan Perusahaan Gas Rusia akan berakhir pada hari tahun baru 2025, dan pasokan gas Rusia ke negara-negara Uni Eropa melalui Ukraina secara resmi dihentikan.
Berdasarkan laporan AFP dan BBC, perjanjian transit selama lima tahun antara perusahaan gas nasional Ukraina, Naftogaz, dan perusahaan gas Rusia, Gazprom, yang ditandatangani pada tahun 2019, berakhir pada 1 Januari 2025. Karena Moskow melancarkan invasi, Kyiv menolak memperpanjang perjanjian tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan: “Kami tidak akan mengizinkan Rusia menghasilkan miliaran tambahan dengan darah rakyat Ukraina,” dan menyebutkan bahwa dia telah memberikan Uni Eropa waktu satu tahun untuk bersiap.
Menanggapi hal ini, Komisi Eksekutif Uni Eropa menyatakan bahwa sistem gas Eropa “tangguh dan fleksibel” dan memiliki kapasitas untuk menghadapi penghentian transit ini.
Sejak 1991, Rusia telah mengangkut gas ke Eropa melalui Ukraina. Namun, setelah perang Rusia-Ukraina pecah pada tahun 2022, Uni Eropa secara signifikan mengurangi impor gas dari Rusia. Meski begitu, beberapa negara Eropa Timur masih sangat bergantung pada pasokan ini, terutama di wilayah Austria-Hungaria, yang membuat Rusia meraup pendapatan sekitar 5 miliar euro setiap tahunnya.
Menurut data Uni Eropa, pangsa gas Rusia dalam impor gas Uni Eropa turun dari 40% pada 2021 menjadi kurang dari 10% pada 2023.
Negara-negara Eropa Timur terjebak dalam kesulitan, Slovakia mendukung Rusia dan mendesak pemutusan listrik terhadap Ukraina
Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, Eropa terus berupaya mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Namun, beberapa negara Eropa Timur tetap bergantung pada pasokan energi dari Rusia.
Menurut laporan, Moldova, negara kecil di Eropa Timur yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan memiliki banyak kekuatan pro-Rusia di dalam negeri, menghadapi situasi paling kritis. Bulan lalu, Moldova telah memprediksi penghentian pasokan gas dari Rusia dan mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari.
Sementara itu, Slovakia juga menghadapi tekanan besar. Negara ini adalah pintu masuk utama gas Rusia ke Uni Eropa, mengalirkan gas melalui pipa ke Austria, Hungaria, dan Italia, sekaligus meraup pendapatan transit. Namun, keputusan Ukraina telah memicu ketegangan dengan Slovakia.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, tiba-tiba mengunjungi Moskow pada 27 Desember untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengancam akan menghentikan pasokan listrik ke Ukraina.
Menurut laporan Politico, Kyiv menganggap ancaman Slovakia ini hanya gertakan. Menteri Energi Ukraina menyatakan langkah ini mungkin melanggar aturan Uni Eropa. Sebagai alternatif, Kyiv dapat membeli listrik dari Rumania dan Polandia. Polandia telah menyatakan kesiapannya untuk membantu.
Namun, Fico mengirim surat kepada otoritas Uni Eropa, menyatakan bahwa “menerima keputusan sepihak Presiden Ukraina sepenuhnya tidak masuk akal dan salah.” dia menambahkan bahwa keputusan ini akan menyebabkan dampak ekonomi besar bagi Slovakia dalam masa kesulitan ekonomi.
Sebagai tanggapan, Fico mengancam akan menghentikan pasokan listrik yang sangat dibutuhkan Ukraina. Infrastruktur energi Ukraina telah rusak berat akibat pemboman sistematis Rusia selama hampir tiga tahun.(jhn/yn)