2 Resolusi Sederhana untuk Tahun 2025 yang Fantastis

Emma Suttie, D.Ac, AP

Dengan datangnya tahun baru, daripada bingung tentang apa yang harus lebih banyak dilakukan di tahun 2025, kita mungkin bisa memperbaiki hidup kita dengan melakukan lebih sedikit. Anda bisa mempertimbangkan dua resolusi sederhana untuk menjadikan 2025 lebih santai.

1. Kurangi Aktivitas, Tingkatkan Kehadiran

Kebanyakan dari kita berada dalam keadaan terus-menerus sibuk, hampir seperti dikejar-kejar untuk melakukan sesuatu. Saya sendiri begitu. Hari-hari saya dipenuhi dengan daftar tugas yang tampaknya tak ada habisnya.

Semua ini tidak mengejutkan, mengingat kita hidup dalam budaya yang mengutamakan ambisi, pencapaian, dan produktivitas tanpa henti. Namun, terus-menerus berusaha keras memiliki dampak buruk. Selain melelahkan secara mental, bahkan mengikis kesejahteraan kita secara keseluruhan, memengaruhi kesehatan mental, menyebabkan burnout, serta meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan memperpendek usia harapan hidup.

Jepang bahkan membawa pencapaian ke tingkat ekstrem dengan budaya kerja yang begitu keras sehingga orang-orang secara teratur meninggal dunia akibat bekerja terlalu keras. Kematian akibat kerja berlebihan ini memiliki istilah khusus—karoshi. Jepang telah menghadapi masalah warganya yang bekerja berlebihan sejak tahun 1980-an, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2021, karoshi menyebabkan sekitar 750.000 kematian di seluruh dunia.

Penawar untuk semua kesibukan ini adalah lebih sedikit “melakukan” dan lebih banyak “Kehadiran.” Para ahli mengatakan kita perlu melambat, menarik napas dalam-dalam, dan merasa nyaman untuk tidak melakukan apa-apa.

Ketika kita terus-menerus teralihkan oleh apa yang harus dilakukan, kita tidak meluangkan waktu untuk duduk diam, beristirahat, atau sendirian dengan pikiran kita. Kita jarang menyadari momen saat ini dan menghabiskan hari-hari dengan tergesa-gesa dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.

Di tahun 2025, mari berkomitmen untuk merawat diri kita sendiri. Mari pastikan kita beristirahat dan mengisi energi, mengevaluasi aktivitas mana yang benar-benar perlu dilakukan, dan berkata “tidak” pada komitmen yang tidak ada dalam daftar tersebut.

2. Lebih Sedikit Fokus Eksternal, Lebih Banyak Fokus Internal

Dalam pola yang sama, “melakukan” yang berlebihan berfokus pada pencapaian di dunia luar. Penekanan budaya kita pada validasi eksternal mengorbankan pertumbuhan internal, kesadaran diri, dan kecerdasan emosional.

Penelitian menunjukkan bahwa mengejar benda fisik dikaitkan dengan kesejahteraan pribadi yang lebih rendah, kepuasan hidup yang menurun, peningkatan depresi dan kecemasan, serta berkurangnya rasa tujuan hidup.

Namun, film, acara televisi, dan budaya populer kita mengajarkan bahwa kebahagiaan dan kepuasan berasal dari meraih ketenaran dan kekayaan. Kita dibanjiri dengan pesan yang menyarankan kita untuk memperoleh lebih banyak barang, pengalaman, dan pujian agar merasa layak dan puas.

Meluangkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan dunia batin kita dapat membantu kita mengatasi fokus eksternal dan menemukan rasa damai yang lebih mendalam. Jika Anda tidak yakin membutuhkannya, tanyakan pada diri Anda, “Kapan terakhir kali saya hanya duduk sejenak tanpa mengambil ponsel?”

Kita telah begitu tidak terbiasa untuk sendirian dengan diri kita sendiri sehingga prospek ini terasa menakutkan. Fokus ke dalam mungkin membutuhkan kita untuk mendetoksifikasi diri dari rangsangan eksternal yang terus-menerus. Dengan latihan, kita mungkin akan mendapatkan kebahagiaan dan kesehatan fisik maupun mental yang lebih baik.

Anda bisa memulai dengan meluangkan beberapa menit untuk duduk diam tanpa rangsangan eksternal. Pergilah berjalan-jalan sendirian, lihat ke luar jendela dan renungkan keindahan pemandangan, atau luangkan waktu untuk bermeditasi—ini adalah kesempatan untuk lebih mengenal diri Anda.

Penutup

Kekuatan eksternal terus-menerus bersaing untuk mendapatkan perhatian dan energi kita. Meskipun ada banyak hal yang terasa sebagai kewajiban untuk dilakukan, kemungkinan ada beberapa yang bisa kita lepaskan. Tahun ini, luangkan waktu untuk diri sendiri—perlahankan langkah, fokus ke dalam, dan meluangkan waktu untuk sekadar “berada”. 

Emma adalah seorang praktisi akupunktur dan telah banyak menulis tentang kesehatan untuk berbagai publikasi selama satu dekade terakhir. Dia sekarang menjadi reporter kesehatan untuk The Epoch Times, meliput pengobatan Timur, nutrisi, trauma, dan pengobatan gaya hidup.

FOKUS DUNIA

NEWS