Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong, telah lama dikenal sebagai sosok yang rendah hati di mata publik. Namun, belakangan ini, liputan dari The New York Times tentang Shen Yun Performing Arts, The Epoch Times, dan perusahaan-perusahaan lain yang didirikan oleh praktisi Falun Gong, menyoroti beliau dengan menyajikan informasi yang memutarbalikkan fakta. Untuk meluruskan pandangan, reporter Shen Yun mewawancarai orang-orang yang telah lama bekerja dan tinggal di sekitar Guru Li untuk mengungkap fakta sebenarnya kepada publik
oleh : Connie Wu, Seorang Videografer dan Pembuat Film Dokumenter yang Bekerja di Kantor Shen Yun Sejak 2006
Selama bertahun-tahun, Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong, tetap rendah hati dan tidak menonjol di depan publik. Namun demikian, baru-baru ini, The New York Times menerbitkan laporan yang bias dan menyesatkan tentang sejumlah perusahaan yang didirikan oleh praktisi Falun Gong seperti Shen Yun Performing Arts dan The Epoch Times, yang mana sekali lagi menempatkan Guru Li dalam sorotan.
Namun demikian, gambaran yang mereka berikan tentang Guru Li terfragmentasi dan sekilas informasi yang mereka sampaikan sama sekali tidak menyerupai sosok pemimpin spiritual yang saya kenal dan telah bekerja sama selama hampir 20 tahun. Saya tidak sendirian, jadi saya memulai berbicara dengan orang-orang lain seperti diri saya yang telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja bersama dengan Guru Li, agar kami dapat berbagi pandangan kami.
Sebuah Visi Besar Tumbuh di New York
Pada tahun 1999, Partai Komunis Tiongkok (PKT) meluncurkan kampanye penindasan secara besar-besaran berupa penahanan massal, kekerasan, dan pencemaran nama baik terhadap Falun Gong—sebuah penganiayaan yang kini telah berlangsung lebih dari seperempat abad. Tak terhitung jumlahnya praktisi Falun Gong di Tiongkok kehilangan pekerjaan, harta benda, kebebasan, atau bahkan nyawa mereka. Beberapa di antara mereka menjadi korban pengambilan organ secara paksa. Banyak anak-anak menjadi Yatim piatu, yang mana orangtua mereka adalah praktisi Falun Gong.
Pada tahun 2001, untuk menyediakan tempat aman bagi para praktisi Falun Gong yang menyelamatkan diri dari Tiongkok, terutama anak-anak yatim piatu, para praktisi Falun Gong di Amerika Utara mendirikan Dragon Springs di area pegunungan terpencil lebih dari 80 mil barat laut Manhattan. Area tersebut sebagian besar dikembangkan oleh para sukarelawan.
Sejak didirikan, Dragon Springs telah terdaftar sebagai kuil keagamaan. Pada tahun-tahun berikutnya, Fei Tian Academy of the Arts, Fei Tian College, dan Shen Yun Performing Arts didirikan di Dragon Springs untuk menghidupkan kembali budaya tradisional Tiongkok yang hampir dihancurkan oleh PKT, untuk mengajarkan budaya ini kepada generasi berikutnya, dan berbagi harta karun kepada dunia. Semua lembaga ini bersifat religius dan menyediakan sarana bagi para praktisi Falun Gong untuk menghayati dan mengekspresikan keyakinan mereka.
Selain itu, Shen Yun memainkan peran kunci dalam mengekspos penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok dan memberikan penghormatan kepada ketangguhan orang-orang di sana yang secara damai tegak melawan tirani. Sebagai hasilnya, Dragon Springs menjadi tempat di mana para praktisi Falun Gong menetap, bekerja, belajar, dan mempraktikkan keyakinan mereka.
Kehidupan Sederhana dengan Bimbingan Spiritual
Sebagai pendiri Falun Gong dan direktur artistik Shen Yun Performing Arts, Guru Li membimbing praktik spiritual para praktisi Falun Gong di seluruh dunia (kebanyakan melalui ajaran tertulis yang diterbitkan secara online) dan memberikan visi artistik untuk Shen Yun. Namun, Guru Li tidak memegang posisi administratif dalam organisasi atau proyek apa pun yang didirikan oleh para praktisi Falun Gong, juga tidak terlibat dalam operasi harian mereka. Dan, hal paling mencolok : Guru Li tidak pernah menerima imbalan finansial apa pun dari proyek atau institusi yang didirikan oleh praktisi Falun Gong, termasuk Shen Yun. Bahkan dengan Shen Yun, di mana beliau memberikan panduan artistik secara signifikan, Guru Li berkontribusi sepenuhnya secara sukarela.
Ketika saya pertama kali membaca tuduhan di New York Times tentang dugaan gaya hidup Guru Li, saya mencari George Xu, presiden Dragon Springs, yang telah bekerja bersama dengan Guru Li selama bertahun-tahun. Xu menuturkan bahwa kita hanya perlu melihat bagaimana Guru Li menjalani kehidupannya untuk mengetahui kebenarannya. “Guru Li tinggal … pada dasarnya sebuah asrama. Dia tidak memiliki properti atau mobil, dan kehidupan sehari-harinya sangat sederhana,” jelas Xu. “Selain rak buku, tempat tinggalnya benar-benar kosong. Benar-benar sangat sederhana.”
Ketika saya bertanya kepada Xu tentang sumber pendapatan Guru Li, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya: “Beliau tidak pernah menerima sepeser pun dari proyek atau organisasi Falun Gong mana pun. Faktanya, satu-satunya sumber pendapatannya adalah royalti dari buku-buku Falun Gong atau kekayaan intelektual yang terkait,” jelas Xu. “Dan perlu diingat, semua buku, video, dan hal-hal ini juga tersedia secara gratis di internet, jadi … Guru Li jelas tidak peduli untuk memaksimalkan pendapatannya.”
Ketika saya bertanya kepada Xu tentang beberapa kebiasaan sehari-hari beliau, Xu mulai berbicara tentang ruang makan di kampus. “Beliau memiliki preferensi makanan yang sangat sederhana, dan awalnya, beliau akan makan di ruang makan bersama orang lain,” jelas Xu.
“Namun, seiring dengan semakin banyaknya orang yang datang, beliau mulai makan di kamarnya agar tidak mengganggu orang lain.”
“Dan sejujurnya,” tambah Xu, ”tidak jarang beliau melewatkan beberapa waktu makan karena beliau sangat sibuk.”
BACA JUGA : The New York Times Terus Menyerang Tanpa Alasan terhadap Kepercayaan Falun Gong dan Komunitasnya
BACA JUGA : Bagaimana The New York Times Mendistorsi Kesuksesan Shen Yun dalam Artikel Serangan Terbaru
Senantiasa Bekerja
Kaijin Liang, sosok yang bekerja di Dragon Springs selama hampir 20 tahun dan menjabat sebagai salah satu insinyurnya, mengatakan bahwa adalah hal yang biasa menyaksikan guru Li melakukan pekerjaan kasar di sekitar kampus.
“Pembangunan Dragon Springs sangat sulit. Pada hari-hari tertentu, Guru Li bekerja bersama kami dari pagi hingga malam,” kata Liang.
“Selama lebih dari 20 tahun, bahkan ketika Shen Yun baru saja memulai dan membutuhkan bimbingan Guru Li di bidang artistik, setiap kali beliau memiliki sedikit waktu, dia akan datang ke lokasi pembangunan untuk membantu. Bahkan sekarang, di usianya yang lebih dari 70 tahun, beliau masih membantu pekerjaan kasar kapan pun dia punya waktu. Kadang-kadang ketika saya berjalan melewati area konstruksi di malam hari, saya melihat beliau mengambil sekrup, membersihkan area kerja, dan lain-lain.”
Liang pun tersenyum sembari menambahkan, “Sering kali, para praktisi Falun Gong akan datang ke area konstruksi untuk bertanya kepadanya untuk mendapatkan bimbingan spiritual, dan beliau seperti dipenuhi serbuk gergaji, lengan bajunya disingsingkan, dan berkeringat akibat pekerjaannya. Namun, beliau dengan sabar berhenti dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.”
Merefleksikan beberapa pernyataan dari laporan Times tentang barang-barang mewah, Xu tertawa, “Saya tidak pernah sekalipun melihat beliau peduli dengan nama-nama merek. Selama pakaiannya pas, hanya itu yang penting bagi beliau. Pada awalnya, beliau mengenakan celana khaki. Kemudian, beliau mendesain celana sendiri, dan beberapa praktisi membantu membuatnya, agar lebih pas. Bahkan, beliau sering mengenakan seragam dan jaket yang sama dengan yang diberikan kepada semua pemain Shen Yun, jadi … agak sulit untuk menemukannya di tengah kerumunan orang-orang di kampus.”
Nyonya Ying Li (tidak ada hubungan keluarga dengan Guru Li), yang mengelola logistik di Dragon Springs dan menjadi sukarelawan di tempat itu selama bertahun-tahun, merasakan ada banyak kesalahpahaman seputar perlakuan yang diberikan kepada Guru Li di kampus. “Falun Gong telah membawa banyak manfaat bagi para praktisi, dan semua orang berterima kasih kepada Guru Li yang telah memperkenalkan latihan ini dan menjadikannya gratis untuk dipelajari, di seluruh dunia,” kata Li. “Kami sangat menghormatinya dan menunjukkannya dengan jelas dalam interaksi kami, tetapi tampaknya beberapa laporan media mencoba mengubahnya menjadi pemujaan yang membabi buta.”
“Ini menggelikan,” tambah Li. “Kami tidak membabi buta, dan kalau boleh saya katakan, kami cukup punya dasar. Faktanya adalah kami telah mengalami sendiri manfaat Falun Gong bagi kesehatan kami, level energi kami, hubungan kami dengan orang lain, dan tentu saja, tingkat keseimbangan spiritual kami, jadi tentu saja, kami sangat menghormati orang yang telah membuat semua ini menjadi nyata, yaitu Guru Li.”
Namun, Li mengakui bahwa beberapa orang menjadi terlalu antusias. “Maksud saya, ketika sesuatu telah mengubah hidup anda seperti yang telah diberikan oleh Falun Gong kepada banyak orang, anda selalu mendapatkan beberapa orang yang ingin memberikan hadiah kepada Guru Li sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka, tetapi inilah masalahnya: beliau tidak pernah menerima sesuatu yang mahal. Kadang-kadang, ketika praktisi menawarkan barang-barang yang tidak berharga seperti teh atau makanan, beliau akan menerimanya untuk menghormati niat mereka, tetap biasanya beliau memberikannya kepada praktisi atau murid-murid lain segera setelah itu.”
Suasana yang Seimbang
Satu hal yang menarik perhatian saya selama bertahun-tahun adalah, meskipun Guru Li mempertahankan gaya hidup yang cukup ketat, namun lingkungan bagi para siswa, staf, dan sukarelawan di Dragon Springs cukup seimbang, dan memang demikian adanya.
Xu memberikan beberapa contoh tentang hal ini: “Karena semakin banyak orang Barat yang datang untuk belajar atau bekerja di Dragon Springs, tim manajemen mempekerjakan seorang tukang roti untuk menyediakan makanan bergaya Barat bagi mereka.”
“Selain itu,” tambah Xu, “sekolah telah mendirikan pusat kebugaran, meja ping-pong, biliar, catur, dan fasilitas lainnya, mendorong para murid untuk berolahraga dan terlibat dalam bentuk kegiatan tradisional, daripada membuang-buang waktu berjam-jam di internet.”
“ Itu semua cukup menyenangkan,” kata Xu.
Meluruskan Informasi yang Salah
William Shi yang memimpin tim keamanan kampus selama lebih dari satu dekade merasa kecewa dengan tuduhan di media.
“Guru Li berfokus pada pengembangan spiritual praktisi Falun Gong… Maksud saya, itu adalah seluruh hidup beliau,” kata Shi. “Semua manajemen operasi harian diserahkan kepada para praktisi Falun Gong untuk ditangani, dan sejujurnya … apa yang kebanyakan orang lewatkan adalah bahwa keberhasilan atau kegagalan mereka dalam melakukan hal-hal ini adalah bagian dari jalan spiritual mereka. Itu adalah keputusan yang harus mereka ambil, jalan yang harus mereka tempuh. Oleh karena itu, Guru Li tidak melibatkan diri dalam operasi harian proyek-proyek seperti The Epoch Times, Ganjing World, atau yang lainnya. Orang-orang yang berpikir sebaliknya tidak memahami peran pemimpin spiritual dalam tradisi Timur atau mereka hanya salah informasi.”
“Ambil contoh The Epoch Times,” tambah Shi. “Meskipun The Epoch Times telah ada selama lebih dari 20 tahun, Guru Li hanya berkunjung beberapa kali, dan ketika beliau berbicara, selalu tentang membimbing para praktisi dalam perjalanan spiritual mereka atau melawan penganiayaan.”
Persinggahan terakhir saya adalah di kantor tim manajemen Shen Yun untuk berbicara dengan Yu Zhou guna mendengarkan pendapatnya.
Zhou berpikir sejenak, menatap ke luar jendela.
“Ketika PKT pertama kali mulai menganiaya Falun Gong, mereka menyebarkan desas-desus bahwa guru Li hidup dalam kemewahan dengan rumah mewah dan mobil. Sekarang, beberapa media Barat mengulangi narasi palsu yang sama,” kata Zhou.
“Sebagai praktisi Falun Gong yang bekerja bersama guru Li selama ini, kami secara pribadi telah menyaksikan dan merasakan kesulitan yang beliau alami dan pengorbanan tanpa pamrih yang beliau lakukan untuk semua orang yang berlatih Falun Gong selama beberapa dekade. Tentu saja, kami berharap agar Guru Li dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya, beliau tidak terlalu peduli dengan hal-hal ini. Di mata kami, beliau tidak peduli dengan hasrat materi dan masih tetap seperti itu. Beliau tidak seperti sosok yang digambarkan oleh beberapa media. Sungguh memalukan mereka melakukan hal ini,” pungkasnya. (***)