Masalah di Zhongnanhai Semakin Membesar: Analisis Menyebut Xi Akan Membawa Partai Komunis Tiongkok Bersamanya

Topik mengenai “penerus” Xi Jinping telah menjadi fokus spekulasi publik. Baru-baru ini, beberapa pejabat tingkat provinsi yang lahir pada tahun 1970-an telah diisukan sebagai “penerus” Xi.  Beberapa analisis menyatakan bahwa orang yang dijuluki sebagai penerus Xi di era kepemimpinannya berisiko besar, karena mereka bisa saja dibersihkan kapan saja. Selain itu, karena banyaknya keburukan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), pemerintahannya semakin terdesak, dan Xi mungkin akan membawa sistem pemerintahan PKT bersamanya.

ETIndonesia. Setelah masa jabatan ketiga Xi Jinping, masa jabatannya akan berakhir pada 2027. Namun, setelah revisi konstitusi pada 2018 yang menghapus batasan masa jabatan presiden negara, banyak yang percaya bahwa Xi berencana untuk memimpin seumur hidup. Sejauh ini, ia belum menunjuk atau melatih calon penerus.

Saat ini, Xi berada dalam krisis besar. Setelah Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke-20, banyak loyalis yang diangkat oleh Xi mengalami masalah, sementara ekonomi Tiongkok terus mengalami penurunan. Suasana politik PKT saat ini sangat tegang, dengan banyak kabar mengenai berkurangnya kekuatan Xi yang beredar sejak paruh kedua tahun lalu.

Komentator independen Du Zheng, pada 5 Januari, menulis di Taiwan’s Shangbao bahwa Xi Jinping kini berusia 71 tahun dan sering terdengar kabar tentang kondisi kesehatannya yang menurun. Meskipun banyak yang percaya bahwa ia tidak akan mudah turun dari jabatan  secara sukarela maupun paksa, namun masih ada yang membicarakan siapa yang akan menjadi penerusnya.

Beberapa pejabat yang lahir pada 1970-an, yang baru saja dipromosikan ke posisi tingkat provinsi, memunculkan spekulasi tentang penerus Xi. Di antaranya adalah Liu Jie, yang baru saja menjadi gubernur sementara Zhejiang, Guan Zhiyou, Menteri Sumber Daya Alam, Li Yunze, Kepala Komisi Pengawasan Keuangan Negara, dan A Dong, Sekretaris Jenderal Liga Pemuda Partai Komunis Tiongkok.

Penulis menyatakan bahwa menjadi pejabat tingkat provinsi termuda di PKT bukanlah jaminan karier yang mulus. Di era Xi, pejabat-pejabat muda ini menghadapi dua risiko besar: pertama, jika mereka dipromosikan sebagai calon penerus, mereka akan menjadi sasaran politik dan mudah diserang oleh musuh politik; kedua, jika mereka terlalu terbuka mengenai ambisi mereka, hal ini akan memicu ketidakpuasan dari atasan mereka.

Contoh seperti Hu Chunhua dan Sun Zhengcai, mereka berdua dianggap sebagai calon penerus, satu diusir dari Politbiro dan yang lainnya dipenjara. Bahkan, Lu Hao, yang sempat dipromosikan sebagai “kuda hitam” politik, pada 2022 diturunkan menjadi Direktur Pusat Penelitian Pengembangan Negara. Penulis berpendapat bahwa karena Xi sedang memurnikan aliansinya, Lu Hao mungkin hanya berharap dapat pensiun dengan tenang.

Dulu, He Junke yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Liga Pemuda Partai Komunis Tiongkok, pada Mei 2023 dipindahkan ke Dewan Ilmu Pengetahuan, mundur dari politik utama. Liu Jian, yang menjadi anggota pengganti Politbiro pada Kongres PKT ke-18, kini menjabat sebagai Direktur Utama di anak perusahaan National Investment Group, dan kariernya sepertinya tidak berkembang.

Du Zheng berpendapat bahwa gelar “termuda di Tiongkok” yang dimiliki oleh Liu Jie atau Guan Zhiyou justru akan memunculkan spekulasi tentang mereka sebagai penerus, yang bisa berdampak buruk bagi karier mereka. Ketika media pemerintah memberikan perhatian dan memuji mereka, hal itu bisa jadi adalah pertanda buruk bagi masa depan mereka.

Di antara loyalis Xi yang dikenal, pejabat seperti Chen Min’er dari Tianjin dan Chen Jining dari Shanghai juga dianggap berisiko sebagai calon penerus, menurut analisis tersebut.

Penulis menambahkan bahwa setelah Xi menghapus batasan masa jabatan, banyak dari orang-orang yang ia angkat, meskipun sudah melewati usia pensiun, masih tetap aktif dalam pemerintahan. Xi sendiri belum mempersiapkan seorang “penerus” seperti yang biasa dilakukan oleh PKT, sehingga ini menambah ketidakpastian di masa depan, apalagi jika masalah internal PKT atau kondisi kesehatan Xi semakin memburuk.

Namun, penulis berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan PKT semakin kacau, ekonomi dalam krisis, dan dengan kemungkinan kembalinya Donald Trump di AS, suara internasional untuk “mengakhiri PKT” semakin keras. Dikarenakan terlalu banyak kesalahan yang dilakukan oleh PKT, pemerintahan ini semakin terdesak, dan kapal yang bocor ini tidak akan bertahan lama. Begitu Xi pergi, ia mungkin akan membawa sistem pemerintahan PKT bersamanya.

Wall Street Journal pernah melaporkan bahwa meskipun tidak adanya penerus yang jelas dapat membuat elit partai tetap waspada, membantu Xi mempertahankan kendali dan memberi waktu untuk mengevaluasi calon penerus, terlalu lama kosongnya posisi penerus justru bisa berdampak buruk, membuat Xi terasingkan dari kolega-koleganya di partai dan bahkan memicu ketidakpuasan yang bisa mengarah pada kudeta.

Profesor emeritus di Institut Studi Asia Timur, Universitas Politik Nasional, Ding Shufan, pernah menganalisis dalam program Global Connection di New Tang Dynasty bahwa meskipun Xi Jinping tidak aktif mencari penerus, pada kenyataannya, tidak ada yang berani menjadi penerusnya karena dalam sejarah PKT, nasib buruk selalu menimpa mereka yang ditunjuk sebagai penerus. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

*Zhongnanhai : Pusat kantor dan komplek Partai Komunis Tiongkok di Beijing

FOKUS DUNIA

NEWS