EtIndonesia. Apa yang dipikirkan pria yang tidak menyerahkan pengelolaan uang kepada istrinya? Seorang suami mengungkapkan isi hatinya.
Pernikahan Tanpa Uang dan Tanpa Cinta: Berakhir dengan Perceraian
Beberapa waktu lalu, sebuah topik menarik perhatian di media sosial: “Apa yang dipikirkan pria yang tidak ingin menyerahkan pengelolaan uang kepada istrinya?”
Seorang warganet memberikan jawaban yang tajam: “Pria yang menyerahkan uangnya belum tentu bisa dipercaya, tapi pria yang tidak menyerahkan uangnya pasti tidak bisa diandalkan.”
Kisah ini terungkap dari seorang netizen bernama Li Chenghuan, yang tiba-tiba memposting di media sosial: “Jika tidak bisa berjalan bersama, maka biarkan kita melupakan satu sama lain di kehidupan ini.”
Unggahan tersebut disertai foto akta cerai yang baru diterimanya.
Ketika teman-temannya bertanya, dia menjawab:
- “Sejak menikah, semua pengeluaran kami ditanggung oleh saya sendiri. Setiap kali saya membahas soal mengelola keuangan bersama, dia selalu mengelak dengan berbagai alasan, bahkan mengatakan bahwa dia lebih ahli dalam hal itu.”
- “Ya, dia memang pandai mengelola uangnya sendiri, tetapi dia tidak pernah memberi saya akses ke uangnya, bahkan tidak pernah memberitahu berapa penghasilannya.”
- “Beberapa hari yang lalu, ketika kami membahas lagi soal keuangan, dia berkata dengan enteng: ‘Uangku untuk diriku sendiri, apakah kamu tidak bisa menghasilkan uang sendiri? Kenapa harus mengelola uangku!’“
- “Setelah memikirkan semua ini, saya merasa lelah dan memutuskan untuk bercerai.”
Pernikahan yang tidak melibatkan transparansi soal uang sulit untuk bertahan lama. Hubungan yang hanya penuh janji tanpa tindakan nyata lambat laun akan berubah. Dalam sebuah hubungan, “bercinta tanpa bicara soal uang” sering kali hanya berakhir sebagai khayalan.
“Memberi Uang, Tetapi Tidak Memberi Hati”: Pernikahan yang Tetap Hancur
Dalam sebuah acara perjodohan, Chen Qian, 29 tahun, bertemu dengan Zhang Mingyu, yang juga dipaksa untuk menikah. Ketampanan dan keceriaan Zhang Mingyu membuat Chen Qian langsung jatuh cinta. Namun, Zhang Mingyu tidak terlalu antusias dengan Chen Qian. Menurutnya, Chen Qian seperti “makanan rumahan yang kurang bumbu, tidak enak dimakan, tapi sayang jika dibuang.”
Namun, di bawah tekanan keluarga besar, Zhang Mingyu akhirnya menerima Chen Qian, dan mereka pun menikah dengan terburu-buru.
Chen Qian sebenarnya tahu bagaimana perasaan Zhang Mingyu, tetapi saat itu dia dengan naifnya berpikir bahwa selama suaminya bekerja keras dan menyerahkan penghasilannya kepadanya, mereka bisa hidup bahagia.
Namun, setelah menikah, dia baru menyadari bahwa pernikahan yang memberi uang tapi tidak memberi cinta sangatlah menyedihkan — makanan yang dia siapkan selama berjam-jam seringkali tidak mendapat pujian dari Zhang Mingyu; puluhan telepon yang dia lakukan untuk menanyakan di mana suaminya seringkali tidak dijawab.
Hubungan mereka berjalan seperti dua orang asing yang tinggal di bawah atap yang sama. Tidak ada konflik besar, tetapi juga tidak ada cinta atau kebahagiaan. Chen akhirnya merasa bahwa uang saja tidak cukup untuk membuat sebuah pernikahan bahagia.
Seiring waktu, Chen yang awalnya hanya mengeluh lembut, akhirnya mulai mempertanyakan semuanya dengan keras. Namun, tanpa cinta dan perhatian dari Zhang, pernikahan mereka pun berakhir.
Pernikahan yang Ideal: Memberikan Uang dan Hati
Pernikahan membutuhkan uang, tetapi juga membutuhkan hati. Uang penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi hati diperlukan untuk menjaga cinta dan romansa tetap hidup. Pernikahan yang hanya berfokus pada uang tidak akan bertahan lama, begitu juga dengan pernikahan yang hanya mengandalkan cinta tanpa kejujuran finansial.
Pernikahan yang ideal adalah ketika pasangan bersedia berbagi segalanya, baik uang maupun hati. Cinta sejati dimulai dengan kepercayaan dan komunikasi, sementara perjalanan panjang bersama membutuhkan transparansi finansial. Ketika uang dan hati berjalan seiring, itulah yang disebut pernikahan yang terbaik.
Saya pernah membaca sebuah kalimat di internet: “Pernikahan yang tidak menyerahkan uang kepada istri, tidak bisa diandalkan.”
Hubungan yang hanya berbicara tanpa tindakan, meskipun pernah tulus, pada akhirnya bisa berubah. Pernikahan yang hanya berbicara tentang cinta tanpa uang, meskipun awalnya penuh cinta, mungkin tidak akan bertahan lama.
Sumpah cinta yang hanya berbicara tentang perasaan tanpa uang, kebanyakan hanya omong kosong belaka.(jhn/yn)