Kongres AS Sahkan Trump Sebagai Pemenang Pilpres 2024

ETIndonesia. Kongres Amerika Serikat pada 6 Januari 2025 mengesahkan kemenangan elektoral Presiden terpilih Donald Trump dalam pemilu 2024, menandai tahapan akhir resmi yang menentukan posisi Trump sebagai pemimpin tertinggi AS yang akan datang.

Mengikuti jejak Al Gore dan Walter Mondale, Wakil Presiden Kamala Harris memimpin proses pengesahan atas kekalahannya dalam pemilu. Proses tersebut mengonfirmasi bahwa Trump menerima 312 suara elektoral, sementara Harris memperoleh 226 suara.

Pengesahan berlangsung tanpa banyak kejadian, dengan Demokrat tidak mengajukan penolakan terhadap kemenangan elektoral Trump.

Harris, dalam perannya sebagai presiden Senat, memimpin sesi gabungan Kongres yang dimulai pukul 13.00 waktu setempat dan melanjutkan pengesahan kemenangan Trump.

Ketika ditanya bagaimana perasaannya setelah pemungutan suara, Harris mengatakan kepada The Epoch Times: “Ini adalah transfer kekuasaan yang damai. Ini hari yang baik.” Harris juga menambahkan setelah pengesahan, “Hari ini, demokrasi Amerika bertahan.”

Sementara itu, Trump menekankan pentingnya proses pengesahan tersebut.

“Kongres mengesahkan kemenangan besar pemilu kami hari ini—momen besar dalam sejarah. MAGA!” tulis Trump dengan huruf kapital di platform Truth Social miliknya sebelumnya pada hari itu.

Waktu pengesahan tersebut sesuai dengan Electoral Count Act, yang menetapkan tanggal, waktu, dan prosedur spesifik di balik proses pengesahan pemilu.

Daftar pemilih elektoral dari setiap negara bagian dibacakan sesuai urutan alfabet dan disetujui oleh Kongres AS, yang berkumpul seperti biasa untuk sesi gabungan di ruang sidang DPR AS.

Sementara pada 2001, 2005, 2017, dan 2021 ada keberatan, tidak ada tantangan yang diajukan pada pemilu 2024 selama pengesahan—salah satu dari sedikit kasus dalam milenium ini.

Sebaliknya, pengesahan berlangsung dengan cepat, tanpa gangguan besar saat hasil dibacakan. Sorak-sorai pecah ketika 54 suara elektoral negara bagian asal Harris, California, diumumkan untuknya; beberapa anggota Partai Republik Georgia bersorak ketika negara bagian tersebut—salah satu yang terpenting dalam siklus 2024—menyatakan suara mereka untuk Trump.

Proses pengesahan selesai pada pukul 13:36 , jauh berbeda dari pengesahan sebelumnya yang memakan waktu 14 jam.

Seperti tradisi, Trump tidak menghadiri acara tersebut. Namun, Wakil Presiden terpilih JD Vance  hadir. Ia tetap menjadi anggota Senat AS hingga pelantikannya pada 20 Januari.

Kamera sering menyorot Vance, yang duduk di samping Senator Bill Cassidy, saat hasil dibacakan. Setelah pemungutan suara, beberapa anggota parlemen berkumpul di ruang sidang untuk berfoto dengan wakil presiden terpilih mereka.

Pengesahan Hasil Pemilu pada 6 Januari: Tugas Konstitusional

Pengesahan hasil pemilu pada 6 Januari adalah kewajiban konstitusional sesuai dengan Pasal II Konstitusi AS, yang menetapkan pengesahan kongres sebagai hasil final dalam mengonfirmasi presiden berikutnya. Langkah ini diperlukan untuk memastikan bahwa kandidat pemenang memperoleh mayoritas 270 suara elektoral atau lebih. Jika margin itu tidak tercapai, diperlukan proses terpisah di Kongres.

Dalam proses pengesahan 2021, beberapa anggota DPR dan Senat menolak hasil dari negara-negara bagian medan pertempuran (battleground states) di mana mereka percaya telah terjadi kecurangan pemilu.

Menurut undang-undang tahun 2022 yang mereformasi Electoral Count Act, ambang batas untuk mengajukan keberatan adalah satu perlima dari DPR (87 anggota) dan satu perlima dari Senat (20 anggota) yang menyetujui keberatan tersebut. Sebelumnya, keberatan hanya memerlukan satu anggota dari masing-masing kamar.

Keberatan hanya dapat diajukan untuk menyatakan bahwa satu atau lebih negara bagian secara tidak sah mengesahkan hasil pemilu mereka, bukan atas dasar dugaan kecurangan pemilu, sehingga menghindari pengulangan situasi pada 2021 dan pengesahan pemilu sebelumnya. Jika ada keberatan, anggota Senat dan DPR AS akan pergi ke sidang masing-masing untuk memperdebatkan penolakan tersebut.

Harris menjadi kandidat presiden pertama dalam lebih dari 20 tahun yang mengesahkan kekalahannya sendiri dalam pemilihan presiden. Hal serupa terakhir kali terjadi pada tahun 2001, ketika Al Gore memimpin pengesahan kekalahannya yang diperdebatkan dari Presiden George W. Bush.

Selama proses pengesahan pada 6 Januari 2021, Trump meminta para pendukungnya untuk pergi ke Capitol “secara damai dan patriotik” untuk memprotes saat pengesahan diawasi oleh Wakil Presiden Mike Pence kala itu, yang tetap mengesahkan kemenangan Presiden Joe Biden meskipun Trump meminta Pence untuk bertindak sebaliknya.

Sebagian karena keterbatasan penegakan hukum di Capitol, terjadi kerusuhan, dan ratusan pengunjuk rasa memasuki gedung Capitol. Sementara sebagian besar bertindak damai dan masuk melalui pintu utama, sebagian kecil dituduh melakukan kejahatan kekerasan, seperti menyerang petugas polisi, membawa senjata mematikan, dan merusak jendela Capitol.

Insiden tersebut mengakibatkan kematian beberapa pendukung Trump, termasuk Rosanne Boyland dan Ashli Babbitt, seorang veteran Angkatan Udara. Tidak ada petugas Polisi Capitol yang tewas secara langsung terkait dengan kejadian hari itu.

Insiden tersebut memaksa Kongres untuk menghentikan sementara proses pengesahan, yang menghadapi tantangan dari anggota Partai Republik di DPR dan Senat terkait hasil di negara bagian seperti Arizona dan Pennsylvania. Pence dan anggota kongres lainnya dipindahkan demi keselamatan mereka.

Pada  7 Januari 2021 dinia hari, Kongres AS mengesahkan kemenangan Biden.

Sejak hari itu, lebih dari 1.500 orang telah didakwa terkait pelanggaran di Capitol, menurut Departemen Kehakiman AS(DOJ). Dari jumlah itu, sekitar 750 orang telah dijatuhi hukuman atas tuduhan yang berkisar dari pelanggaran ringan hingga konspirasi makar.

Mantan pemimpin Proud Boys, Henry “Enrique” Tarrio, menjalani hukuman 22 tahun karena perannya dalam serangan tersebut—hukuman terlama yang dijatuhkan terkait peristiwa 6 Januari—meskipun dia tidak berada di Capitol karena diperintahkan untuk menjauh dari Washington pada hari itu akibat dugaan pelanggaran hukum yang tidak terkait.

Jaksa Agung Merrick Garland mengatakan dirinya “bangga” atas pekerjaan DOJ dalam menangkap mereka yang terlibat dalam pelanggaran tersebut. Sementara itu, Trump menyatakan bahwa ia akan memberikan pengampunan kepada beberapa terdakwa dan terpidana terkait peristiwa 6 Januari.

Biden, pada  5 Januari 2025, menulis opini kritis terhadap apa yang ia gambarkan sebagai upaya Trump untuk “mengubah” sejarah peristiwa 6 Januari 2021, serta mengkritik rencana Trump untuk mengampuni banyak dari mereka yang didakwa terkait peristiwa tersebut.

Kali ini, dengan pengamanan yang ketat di sekitar Gedung Capitol, dengan pagar besar di sekitar kompleks dan petugas dari berbagai lembaga penegak hukum  berpatroli di area tersebut di tengah kondisi bersalju.

Arjun Singh dan Associated Press turut berkontribusi pada laporan ini.

Sumber : Theepochtimes.com

FOKUS DUNIA

NEWS