OJK: Stabilitas Sektor Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Dinamika Global

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDK) Desember 2024 yang menyoroti stabilitas sektor keuangan nasional di tengah tantangan global. Berikut poin-poin penting yang dirangkum dari laporan tersebut.

Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik

Pemulihan ekonomi global berjalan terbatas dengan inflasi yang masih tinggi, meskipun suku bunga mulai diturunkan. Di Amerika Serikat, inflasi tetap kuat meski The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Presiden Trump mendorong kebijakan ekonomi yang meningkatkan volatilitas pasar keuangan. Di Tiongkok, pemulihan ekonomi didukung sektor manufaktur, sementara permintaan domestik masih lemah.

Di Indonesia, perekonomian stabil dengan inflasi headline turun menjadi 1,55% (yoy) dan inflasi inti naik ke 2,26%. Surplus neraca perdagangan terus berlanjut, sedangkan PMI manufaktur mencatatkan pertumbuhan positif.

Pasar Modal dan Bursa Karbon

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 2,65% sepanjang 2024, ditutup di level 7.079,91. Kapitalisasi pasar meningkat 5,74% (ytd) menjadi Rp12.336 triliun. Sektor transportasi, logistik, dan keuangan mencatat pelemahan terbesar. Rata-rata transaksi harian mencapai Rp12,85 triliun.

Pasar obligasi mencatat net buy investor non-resident sebesar Rp34,59 triliun dengan yield SBN naik 38,76 bps sepanjang tahun. Aset investasi tumbuh 1,78% menjadi Rp839,39 triliun. Bursa karbon mencatat volume 908.018 ton CO2 dengan nilai transaksi Rp50,64 miliar. Sebanyak 4.118 entitas terdaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI).

Sektor Perbankan

Pertumbuhan kredit mencapai 10,79% yoy hingga November 2024, dengan kredit investasi tumbuh 13,77%. Kredit konsumsi meningkat 10,94% dan kredit modal kerja 8,92%. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,54% menjadi Rp8.835,9 triliun. Bank BUMN memimpin pertumbuhan kredit dengan kenaikan 12,41%.

Likuiditas tetap kuat dengan rasio Alat Likuid/DPK di level 25,57%. Profitabilitas bank stabil di 2,69% (ROA). Rasio NPL gross menurun ke 2,19%, mencerminkan peningkatan kualitas kredit. Produk BNPL mencatat pertumbuhan signifikan dengan baki debet Rp21,77 triliun.

Asuransi dan Dana Pensiun

Aset industri asuransi mencapai Rp1.126,93 triliun, naik 2,20%. Premi asuransi jiwa tumbuh 2,64% ke Rp165,13 triliun, sedangkan premi asuransi umum naik 1,70% menjadi Rp131,52 triliun. Rasio Risk-Based Capital (RBC) asuransi umum dan reasuransi tetap di atas 321%.

Dana pensiun mencatat pertumbuhan aset 9,10% menjadi Rp1.501,25 triliun. Program pensiun wajib mendorong peningkatan signifikan. Di sektor penjaminan, aset mengalami sedikit kontraksi 0,73% menjadi Rp46,68 triliun.

Fintech dan Aset Digital

Pembiayaan P2P lending tumbuh 27,32% yoy menjadi Rp75,60 triliun dengan tingkat risiko kredit macet di 2,52%. Pertumbuhan pembiayaan BNPL melonjak 61,90% yoy mencapai Rp8,59 triliun. Nilai transaksi aset kripto meningkat tajam hingga 376% yoy, mencapai Rp556,53 triliun.

OJK memperkenalkan POJK baru terkait aset digital dan inovasi teknologi keuangan, mendukung ekosistem fintech yang lebih sehat.

Penguatan Regulasi dan Pengawasan

OJK mengeluarkan sejumlah aturan, termasuk POJK tentang perluasan kegiatan usaha perbankan dan pengelolaan investasi. Penegakan sanksi terhadap pelanggaran perbankan, pasar modal, dan lembaga pembiayaan terus diperkuat. Pengawasan market conduct menjadi fokus utama untuk melindungi konsumen.

Dengan kebijakan strategis ini, OJK berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan nasional dan mendorong pertumbuhan yang inklusif.

FOKUS DUNIA

NEWS