EtIndonesia. Pada 6 Januari 2025, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam konferensi pers yang digelar di kediaman resminya, Rideau Cottage, di Ottawa, Trudeau menyatakan bahwa dia akan mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri dan pemimpin Partai Liberal setelah partai tersebut memilih pemimpin baru.
Trudeau juga mengumumkan bahwa sidang parlemen, yang semula dijadwalkan dibuka kembali pada 27 Januari, akan ditunda hingga 24 Maret. Hal ini memberikan waktu bagi Partai Liberal untuk memilih pemimpin baru, sekaligus menunda potensi mosi tidak percaya dari oposisi hingga Mei.
Langkah ini menyusul tekanan dari Partai Konservatif, yang telah menyatakan niat untuk menggulingkan pemerintahan Trudeau setelah presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana menaikkan tarif impor produk Kanada.
Menurut laporan dari Reuters dan media lain, keputusan Trudeau untuk mundur datang setelah tekanan internal dari anggota Partai Liberal. Sejumlah anggota parlemen menyuarakan kekhawatiran atas hasil survei yang menunjukkan penurunan popularitas partai.
Trudeau mengakui : “Jika saya harus menghadapi pertikaian internal, maka saya tidak bisa menjadi pilihan terbaik untuk pemilu mendatang.”
Popularitas Trudeau telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan tajam harga rumah, kegagalan kebijakan imigrasi yang menyebabkan lonjakan jumlah pendatang, serta penanganan isu ekonomi telah memicu ketidakpuasan publik. Selain itu, keputusan Trudeau pada Desember 2024 untuk menurunkan jabatan Menteri Keuangan Chrystia Freeland, salah satu sekutu terdekatnya, juga memicu reaksi keras di internal partai.
Pengunduran diri Trudeau memicu reaksi dari berbagai belahan dunia. Presiden terpilih AS, Donald Trump, menggunakan kesempatan ini untuk kembali mengusulkan agar Kanada menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat.
Dalam sebuah unggahan di media sosialnya, Trump menyatakan: “Banyak warga Kanada ingin menjadi negara bagian ke-51. Jika Kanada bergabung dengan AS, tidak akan ada tarif, pajak akan berkurang, dan mereka akan terlindungi sepenuhnya dari ancaman kapal Rusia dan Tiongkok. Bersama, dia akan menjadi negara yang luar biasa!”
CEO Tesla, Elon Musk, juga ikut mengomentari pengunduran diri Trudeau. Menanggapi sebuah unggahan di platform X yang menyebutkan : “Trump menang, Trudeau mundur,” Musk menjawab, “2025 terlihat menjanjikan.”
Trudeau, yang telah menjabat sejak November 2015 dan dua kali terpilih kembali, telah memimpin Kanada selama lebih dari sembilan tahun. Dia dikenal atas kebijakan progresifnya dalam isu lingkungan, hak asasi manusia, dan imigrasi. Namun, pengunduran dirinya meninggalkan Partai Liberal dalam situasi sulit menjelang pemilu Oktober mendatang, di mana survei terbaru menunjukkan Partai Konservatif memiliki peluang besar untuk menang.
Dengan tantangan yang semakin besar, termasuk ketegangan geopolitik dan isu domestik, Kanada kini menghadapi ketidakpastian politik di tengah proses transisi kepemimpinan. Pengunduran diri Trudeau menandai akhir dari era politik yang telah mendefinisikan Kanada selama hampir satu dekade. (jhn/yn)