EtIndonesia. Elon Musk, orang terkaya sejagad, terus memperluas pengaruh politiknya. Setelah mendukung Donald Trump kembali ke Gedung Putih dengan kampanye yang didanai besar-besaran, Musk kini bergabung dengan pemerintahan AS sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah yang baru dibentuk. Selain memusatkan pengaruhnya di AS, Musk juga mengalihkan perhatian ke negara-negara lain, memperkuat agendanya untuk memengaruhi politik global.
Melalui platform media sosialnya, X (sebelumnya Twitter), yang memiliki 2,1 miliar pengikut, Musk secara aktif mengkritik Pemerintah Inggris, Jerman, dan Kanada. Sikapnya yang kontroversial memicu reaksi keras dari para pemimpin negara-negara tersebut.
Di Inggris: Dukungan untuk Aktivis Sayap Kanan Tommy Robinson
Pada 2 Januari, Musk menggunakan X untuk menyerukan pembebasan Tommy Robinson, aktivis sayap kanan Inggris yang dipenjara selama 18 bulan karena menuduh seorang remaja pengungsi Suriah menyerang seorang gadis. Musk secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, menyebutnya “aib nasional” dan menyerukan pengunduran dirinya. Musk menuduh Starmer gagal menangani “geng pemerkosa” dan menambahkan bahwa “AS harus membebaskan rakyat Inggris dari tirani.”
Starmer menanggapi tuduhan ini dalam sebuah konferensi pers, meski tidak menyebut nama Musk secara langsung, dengan menyebut bahwa orang-orang yang menyebarkan informasi palsu di internet “benar-benar keterlaluan.” Dia menyebut narasi-narasi ini sebagai “racun ekstrem kanan” yang tidak berhubungan dengan kenyataan.
Di Jerman: Dukungan untuk Partai Alternatif untuk Jerman (AfD)
Di Jerman, Musk secara terbuka menyatakan dukungannya kepada partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), yang dikenal karena kritiknya terhadap Islam, tuduhan meremehkan Holocaust, dan penentangannya terhadap imigrasi massal. Musk menggambarkan AfD sebagai “satu-satunya partai yang dapat menyelamatkan Jerman”. Dia memperingatkan bahwa Jerman berada di ambang “kehancuran ekonomi dan budaya,” di mana kekhawatiran rakyat “diabaikan oleh pihak berwenang”.
Musk juga mengumumkan rencananya untuk melakukan siaran langsung bersama pemimpin AfD, Alice Weidel, pada pekan depan, menjelang pemilu awal Jerman yang dijadwalkan pada Februari 2025.
Di Kanada: Kritik terhadap Justin Trudeau dan Dukungan untuk Pierre Poilievre
Musk juga menyerang Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang baru saja mengumumkan pengunduran dirinya. Musk menyebut Trudeau sebagai “orang bodoh yang tak tertahankan,” terutama karena pandangannya bahwa kekalahan Kamala Harris dalam pemilu AS oleh Trump sebagai kemunduran bagi kemajuan perempuan.
Sebaliknya, Musk memuji pemimpin Partai Konservatif Kanada, Pierre Poilievre, yang mengkritik kebijakan pemerintah Trudeau, termasuk pajak karbon yang disebutnya akan menyebabkan “kelaparan besar dan malnutrisi.”
Dukungan Finansial dan Koneksi Internasional Musk
Pada tahun lalu, Musk menjadi donor politik terbesar di AS dengan menyumbangkan 277 juta dolar untuk pemilu AS, membantu Trump dan Partai Republik meraih kembali Gedung Putih dan Kongres. Dalam waktu yang sama, Musk memanfaatkan kekayaannya untuk memperkuat posisi politik globalnya, bertemu dengan pemimpin-pemimpin sayap kanan di berbagai negara.
Pada Desember 2024, Musk bertemu dengan pemimpin Partai Reformasi Inggris, Nigel Farage, di Mar-a-Lago, Florida. Farage kemudian mengungkapkan kepada BBC bahwa mereka mendiskusikan kemungkinan donasi sebesar 100 juta dolar dari Musk untuk mendukung agenda partai. Namun, Musk menyatakan bahwa dia belum membuat donasi dan sedang memeriksa apakah tindakan tersebut legal.
Reaksi Pemimpin Inggris dan Jerman terhadap Musk
Para pemimpin Inggris dan Jerman dengan cepat merespons kritik Musk. Mereka mengecam pandangan Musk sebagai berbahaya dan tidak berdasar, menyebut bahwa tindakannya memperburuk polarisasi politik dan menyebarkan informasi palsu.
Musk Melanjutkan Pengaruh Politik Global
Dengan lonjakan kekayaan dan pengaruhnya, Musk kini menjadi tokoh sentral dalam politik global, memengaruhi dinamika di negara-negara besar. Langkah-langkahnya untuk mendukung pemimpin sayap kanan dan menyebarkan narasi kontroversial telah mengubah dirinya menjadi tokoh yang semakin berpengaruh di panggung internasional. Namun, aksinya juga menuai kritik dari berbagai pihak yang khawatir terhadap dampak polarisasi yang ia dorong di dunia politik. (jhn/yn)