Insiden kematian misterius seorang pelajar di Pucheng, Shaanxi, Tiongkok, memicu protes massal warga yang berujung pada bentrokan hebat antara warga dan pihak berwenang. Hingga 7 Januari dini hari, area kejadian masih dijaga ketat oleh banyak polisi.
ETIndonesia. Bentrokan antara warga dan polisi berhenti pada 6 Januari 2025 sore. Akan, tetapi polisi tetap berjaga dengan barisan ketat, mengepung warga yang belum bubar. Banyak mobil polisi dan petugas berpakaian sipil masih terlihat di sekitar lokasi. Bahkan hingga dini hari 7 Januari, kendaraan polisi tetap berada di tempat. Penyebabnya adalah insiden kematian misterius seorang pelajar di Pucheng, Shaanxi, Tiongkok.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa pihak berwenang menutup akses jalan tol di malam hari untuk mencegah lebih banyak warga bergabung dalam aksi protes. Banyak kendaraan terpaksa berhenti di jalan tol.
Para analis berpendapat bahwa bentrokan ini mencerminkan aspirasi masyarakat yang mencoba melawan kendali rezim Partai Komunis Tiongkok(PKT).
“Masalah dan konflik di bawah pemerintahan PKT sebenarnya sudah ada sejak lama, bukan baru muncul hari ini. Seiring dengan perlambatan ekonomi Tiongkok, berbagai konflik mulai muncul ke permukaan,” ujar komentator politik Lan Shu.
“Ini menunjukkan suara rakyat. Dengan semakin banyaknya pemberontakan di berbagai daerah terhadap rezim PKT, ketidakpuasan rakyat semakin memuncak seperti rumput liar yang terus tumbuh. Ada pepatah, ‘Percikan api dapat membakar padang rumput,’ mungkin suatu hari nanti, PKT akan runtuh,” ujar Komentator politik Xing Tianxing.
Kronologi Kejadian
Seorang siswa berusia 17 tahun bernama Dang Changxin dari Pusat Pendidikan Kejuruan Pucheng baru-baru ini meninggal secara misterius di sekolah hingga memicu protes massal. Pihak berwenang mengklaim bahwa Dang melompat dari gedung, tetapi menurut informasi dari orang dalam, Dang diduga di-bullying di sekolah dan kemudian didorong dari gedung oleh pelaku bullying. Pelaku bullying tersebut diduga adalah anak dari seorang pejabat setempat.
Keluarga korban dan warga menuntut pihak sekolah mengungkap kebenaran, tetapi mereka justru menghadapi kekerasan dari pasukan polisi yang dikirim oleh pihak berwenang. Bentrokan hebat terjadi, beberapa warga ditangkap dan terluka, memicu kemarahan masyarakat. Ada kabar bahwa puluhan ribu orang ikut serta dalam aksi protes, meskipun jumlah sebenarnya belum dapat dipastikan.
Apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dinilai sudah menjadi hal biasa terkait kongkalingkong antara pejabat pemerintah dan kepolisian. “Upaya sekolah untuk menutup-nutupi kasus ini, serta kerja sama antara polisi dan pihak sekolah untuk menekan warga, bukanlah hal baru. Di balik tragedi ini adalah masalah kekuasaan dan sistem di Tiongkok. Ketika kekuasaan tidak terkontrol dan berada di atas rakyat tanpa hukum yang mengekang, hasilnya adalah malapetaka seperti ini,” ujar Xing Tianxing. (hui)
Sumber : NTDTV.com