EtIndonesia. Sebuah struktur kuno yang dikenal sebagai Rujm el-Hiri (‘Roda Hantu’) telah membuat para arkeolog bingung setelah perubahan tak terduga yang dapat mengubah pemahaman kita tentang tujuannya.
Situs tersebut, yang terletak di daerah terpencil di dataran tinggi Golan di barat daya Suriah, diyakini telah berfungsi secara astronomis bagi peradaban awal. Namun, kejadian baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan baru tentang tujuan awalnya.
Roda Hantu adalah formasi batu melingkar yang berasal dari ribuan tahun yang lalu. Namanya berasal dari penampilannya yang menyeramkan berupa batu-batu yang sudah usang dan cerita rakyat di sekitarnya, yang menunjukkan adanya hubungan dengan roh-roh kuno.
Selama beberapa dekade, para arkeolog dan sejarawan berspekulasi bahwa itu berfungsi sebagai alat astronomi, mungkin untuk melacak peristiwa-peristiwa langit.
Namun, penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan pergeseran yang tidak dapat dijelaskan pada salah satu batu yang membentuk sumbu pusat roda yang berarti roda tersebut tidak selalu sejajar dengan benda-benda langit.
Setelah pemeriksaan yang cermat, para peneliti dari Universitas Tel Aviv dan Universitas Ben-Gurion di Negev di Israel mengonfirmasi pergerakan tersebut, yang seharusnya tidak mungkin terjadi mengingat usianya dan stabilitas struktur di sekitarnya.
“Analisis geofisika terpadu di wilayah tersebut (terutama rekonstruksi GPS dan paleomagnetik) mengungkapkan bahwa situs Rujm el-Hiri telah berputar berlawanan arah jarum jam dan bergeser dari lokasi aslinya sejauh puluhan meter,” tulis mereka dalam penelitian tersebut.
“Struktur geologis wilayah Rujm el-Hiri telah dibentuk oleh evolusi tektonik wilayah tersebut, yang menyebabkan rotasi blok dan, oleh karena itu, migrasi lokasinya dan arah pintu masuk utama serta dinding radial dari waktu ke waktu,” jelas mereka.
Para peneliti percaya bahwa pembangunan di situs tersebut mungkin telah terjadi sejak 4500 SM hingga Zaman Perunggu, sekitar 3600 hingga 2300 SM. Mereka menduga modifikasi tambahan dilakukan pada abad-abad berikutnya, dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa situs tersebut dapat berfungsi sebagai benteng atau tempat berkumpul.
“Sebagian besar bangunan arkeologi di wilayah tersebut digunakan kembali lama setelah pembangunan aslinya,” catat para peneliti. “Ini melibatkan penambahan fitur baru, pembangunan tembok di atas tembok lama, dan pembentukan ulang lanskap dengan objek baru.
“Rujm el-Hiri adalah contoh utama dari rangkaian yang rumit tersebut.” (yn)
Sumber: indy100