Wabah Virus HMPV di Tiongkok Mengguncang Dunia: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

EtIndonesia. Tiongkok tengah menghadapi lonjakan signifikan dalam kasus wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV), menurut laporan terbaru dari Central News Agency (CNA) pada tanggal 8 Januari. Lonjakan ini menyebabkan rumah sakit tingkat tiga di berbagai daerah kewalahan menampung pasien, sementara berbagai obat yang diklaim “ampuh” cepat habis terjual. Selain itu, krematorium dan rumah duka juga mengalami tekanan berat akibat peningkatan jumlah kematian.

Multiple Virus Menyebar Bersamaan di Daratan Tiongkok

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa beberapa virus sedang menyebar secara simultan di berbagai wilayah Tiongkok. Pada tanggal 7 Januari, sebuah kasus keluarga enam orang di mana lima anggota keluarga terinfeksi flu palsu menjadi perbincangan hangat di media sosial. Data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menunjukkan bahwa tingkat positif virus flu terus meningkat, dengan lebih dari 99% kasus dikategorikan sebagai flu palsu. Para dokter menyarankan agar individu yang terinfeksi segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah perkembangan menjadi pneumonia.

Seorang netizen mengomentari bahwa laju penularan flu palsu ini sangat cepat. 

“Flu palsu menular melalui droplet, seperti percikan bersin atau batuk. Di tempat ramai seperti sekolah atau pusat perbelanjaan, penyebarannya berlangsung cepat seperti api yang menjalar di padang kering,” ujarnya.

Kasus Penyakit Menular Langka di Jiangsu Memicu Kekhawatiran

Pada tanggal 8 Januari, Guangming Online melaporkan konfirmasi kasus penularan penyakit menular langka di Provinsi Jiangsu. Berita ini langsung menjadi topik hangat di jagat maya, menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terulangnya tragedi pandemi lima tahun lalu.

Penyebaran Human Metapneumovirus (HMPV) Meningkat di Berbagai Negara

Tidak hanya di Tiongkok, virus Human Metapneumovirus (HMPV) juga menyebar di berbagai belahan dunia. Menurut The Economic Times India, hingga 7 Januari, India telah mengonfirmasi tujuh balita positif HMPV. 

Data dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UK Health Security Agency) menunjukkan bahwa hingga pekan sebelum 23 Desember 2024, potensi kematian akibat penyakit saluran pernapasan di rumah sakit mencapai 4,53%. Selain itu, kasus HMPV juga melonjak di Malaysia, India, dan Kazakhstan.

Di Amerika Serikat, data dari CDC menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir Desember, kasus positif HMPV meningkat dua kali lipat. Pada pekan terakhir Desember saja, tercatat 300 pasien positif. Meskipun demikian, CDC Amerika menyatakan bahwa kasus-kasus tersebut belum menimbulkan kekhawatiran serius di AS, namun terus memantau situasi di Tiongkok.

Seorang pakar virologi dari Amerika Serikat: Situasi Masih Perlu Dipantau

Dr. Lin Xiaoxu, seorang pakar virologi dari Amerika Serikat, mengungkapkan kepada The Epoch Times pada tanggal 8 Januari bahwa situasi ini tetap perlu dipantau dengan cermat. 

“Meskipun kasus di AS belum menimbulkan kekhawatiran besar, perkembangan di Tiongkok harus diawasi untuk mencegah potensi penyebaran lebih lanjut,” ujarnya.

Larangan Perdagangan Unggas Hidup di Shanghai sebagai Langkah Pencegahan

Pada awal tahun ini, Shanghai secara mendadak mengumumkan larangan perdagangan unggas hidup selama tiga tahun. Berdasarkan data dari CDC Tiongkok, sudah terdapat 23 kasus infeksi flu burung jenis H5N1, H7N9, dan beberapa subtipe lainnya pada manusia. Data dari Universitas Kedokteran Tiongkok (China Medical University) dan Rumah Sakit Afiliasi menunjukkan bahwa flu burung umumnya menyerang unggas dan burung, namun beberapa subtipe virusnya dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan unggas atau burung yang terinfeksi, atau melalui kontak erat dengan pasien yang sudah tertular.

Dr. Lin Xiaoxu menilai bahwa jumlah kasus flu burung yang menular ke manusia dalam jumlah banyak membuat pihak Shanghai khawatir akan potensi penyebaran lebih lanjut. 

“Keputusan untuk melarang perdagangan unggas hidup adalah langkah penting sebagai peringatan. Mengingat Shanghai adalah kota besar, perlu dipertanyakan apakah kota lain seperti Guangzhou akan mengambil kebijakan serupa dan seberapa besar ancaman flu burung di Tiongkok saat ini,” ujar dr. Lin. Selain itu, beberapa lembaga riset di daratan Tiongkok juga diketahui melakukan penelitian mutasi flu burung, yang dapat meningkatkan risiko penyebaran virus.

Kematian Pertama Akibat H5N1 di Louisiana, AS

Sementara itu, CDC Amerika melaporkan pada tanggal 6 Januari 2025 bahwa di negara bagian Louisiana, terdapat satu orang yang meninggal akibat flu burung H5N1. Ini merupakan kasus kematian pertama akibat H5N1 di negara bagian tersebut, menambah kekhawatiran akan potensi penyebaran virus flu burung di Amerika Serikat.

Kesimpulan

Situasi wabah virus HMPV di Tiongkok dan penyebarannya ke berbagai negara menunjukkan perlunya kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang serius. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, mengikuti protokol kesehatan, dan segera mencari pengobatan jika mengalami gejala penyakit menular. Pemerintah dan lembaga kesehatan internasional terus memantau perkembangan situasi ini untuk mencegah terjadinya pandemi yang lebih luas.

FOKUS DUNIA

NEWS