Dari “Cahaya Aura Tubuh” Manusia Ditemukan Keajaiban Tubuh

EtIndonesia. Seorang dokter terkenal dari Denmark, Thomas Bartholin, menemukan fenomena seorang wanita Italia yang tubuhnya memancarkan cahaya tahun 1669. Pada tahun 1930-an, di Italia juga ditemukan seorang wanita dengan tubuh yang tampak dikelilingi oleh cahaya. Cahaya ini terlihat sangat jelas, terutama saat dia keluar di malam hari. Fenomena aneh ini menarik perhatian besar masyarakat.

Untuk membuktikan apakah “cahaya aura tubuh” benar-benar ada, seorang dokter asal London, Inggris, bernama Walter J. Kilner, melakukan eksperimen. Dia menggunakan sepotong kaca yang telah dilapisi dengan pewarna dicyanine untuk mengamati tubuh manusia. Hasilnya, dia menemukan adanya cahaya aura sekitar 15 milimeter di sekitar tubuh manusia. Cahaya ini tampak samar namun penuh warna, dan sangat memukau. Yang menarik, bentuk dan warna aura ini berubah sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang.

Pada tahun 1980-an, Jepang, Amerika Serikat, dan negara lainnya mulai menggunakan peralatan teknologi canggih untuk meneliti “cahaya aura tubuh” dan mencoba mengungkap misterinya. Sebuah lembaga bernama “Japan Science and Technology Agency” menggunakan tabung pengganda fotoelektron yang sangat sensitif untuk mendeteksi cahaya lemah serta perangkat pencitraan. Mereka berhasil menangkap gambar “cahaya aura tubuh” dan menyebutnya sebagai “bioluminesensi tubuh manusia”. Jepang memanfaatkan pemantauan bioluminesensi ini untuk memahami metabolisme tubuh manusia dan mengukur kondisi fisiologis seseorang.

Seorang ahli biologi di era Uni Soviet, Sergeyev, menggunakan alat temuannya yang dapat merekam perubahan medan magnet dan elektrostatik yang terhubung dengan elektrokardiogram. Alat ini menunjukkan bahwa beberapa bagian tubuh memancarkan cahaya terang yang sesuai dengan 741 titik akupunktur dalam peta pengobatan tradisional Tiongkok.

Penelitian tentang cahaya aura tubuh ini tidak lagi hanya sekedar rasa ingin tahu, tetapi telah menjadi tindakan ilmiah yang sangat berguna. Dalam sebuah eksperimen, seorang peminum alkohol diambil foto auranya. Hasilnya menunjukkan bahwa selama proses minum alkohol, aura di jari-jari orang tersebut berubah secara bertahap. Pada awalnya, auranya terang dan jelas, tetapi kemudian menjadi tidak harmonis dan akhirnya memudar seiring dengan semakin banyak alkohol yang diminum.

Profesor Fumio Inaba, seorang ahli medis Jepang, menemukan bahwa pola makan seseorang juga memengaruhi aura tubuhnya. Dengan menggunakan alat yang mampu menghitung jumlah foton dalam materi, dia menemukan bahwa orang dari negara maju seperti Eropa dan Amerika Utara memiliki aura yang lebih terang dibandingkan orang dari negara-negara dengan tingkat kehidupan rendah, seperti Amerika Selatan, yang auranya cenderung lebih redup.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa berbagai bagian tubuh memiliki intensitas cahaya aura yang berbeda, dan aura tubuh berubah berdasarkan kondisi tertentu. Misalnya, aura di lengan sedikit lebih gelap daripada cahaya biru muda di kepala, sementara aura di tangan dan kaki lebih terang daripada aura di bagian tubuh lainnya seperti lengan, atau batang tubuh. Dalam keadaan emosional yang berbeda, warna auranya juga berubah: biru muda saat tenang, oranye-kuning saat marah, dan oranye-merah saat ketakutan.

Perubahan usia juga memengaruhi aura. Aura tubuh meningkat seiring bertambahnya usia hingga mencapai puncaknya pada usia paruh baya, kemudian berangsur-angsur melemah. Selain itu, aura orang biasa lebih lemah dibandingkan dengan aura atlet yang memiliki tubuh kuat.

Penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola pikir dan niat seseorang juga memengaruhi aura tubuh. Misalnya, jika seseorang memiliki pikiran untuk menyerang orang lain dengan pisau, ujung jarinya akan memancarkan aura merah. Pada saat yang sama, korban potensial dengan intuisi tinggi akan menunjukkan aura oranye-merah pada ujung jarinya, dengan bentuk yang melengkung seperti sedang menderita. Tubuh korban juga akan menunjukkan aura biru-putih. Jika seorang pelaku kebohongan, auranya akan bersinar bergantian dengan berbagai warna.

Aura tubuh juga terkait dengan kesehatan. Aura merah cerah menunjukkan kondisi tubuh yang sehat, sedangkan aura kusam menunjukkan penyakit serius. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa warna dan bentuk aura tubuh berubah sesuai dengan kondisi kesehatan, aktivitas fisiologis, dan psikologis seseorang. Biasanya, aura pada orang dewasa muda lebih terang dibandingkan dengan bayi atau lansia. Aura tubuh orang yang kuat lebih terang dibandingkan dengan orang yang lemah, dan atlet memiliki aura yang lebih terang dibandingkan dengan orang biasa. Selain itu, bagian tubuh seperti tangan dan kaki memiliki aura yang lebih terang dibandingkan bagian tubuh lainnya.

Setiap manusia, dari lahir hingga meninggal dunia, memancarkan cahaya yang sangat lemah ini. Cahaya ini berubah seiring pertumbuhan usia, kondisi kesehatan, serta perubahan fisiologis seperti rasa lapar atau tidur. Ketika seseorang meninggal, auranya akan hilang beberapa saat setelah kematian. Pada tubuh manusia yang sehat, cahaya lemah ini biasanya simetris di kedua sisi tubuh, tetapi penyakit dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada cahaya ini. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS