ETIndonesia. Tiongkok dilaporkan menghadapi virus misterius yang berdampak serius pada anak-anak. Baru-baru ini, Jiangsu mengonfirmasi satu kasus penyakit menular langka, yang memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat.
“Seorang pria bermarga Gu dari Changzhou, Jiangsu, jatuh sakit setelah kembali ke negaranya. Ia didiagnosis dengan penyakit langka bernama ‘Q fever’, yang kini menjadi sorotan,” ujar seorang warganet Tiongkok, Tuan Ma.
Pada 8 Januari, media daratan melaporkan bahwa pria bermarga Gu tersebut mengalami gejala tidak nyaman dan mengunjungi klinik demam di rumah sakit. Ia kemudian didiagnosis dengan penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Coxiella burnetii, dikenal sebagai “Q fever.” Penyakit ini jarang terjadi, bersifat zoonosis (dapat menular antara hewan dan manusia), dan sangat tahan terhadap lingkungan luar.
Meningkatnya Kekhawatiran Publik
Topik ini segera menjadi perbincangan hangat di media sosial Tiongkok. Situasi ini diperparah dengan munculnya berbagai virus lain di Tiongkok, termasuk human metapneumovirus yang memiliki tingkat kematian tinggi dan terus menyebar dengan cepat. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pandemi mematikan seperti COVID-19, yang pertama kali muncul di Wuhan lima tahun lalu, bisa terulang kembali.
“Setiap malam penuh dengan pasien seperti ini—demam tinggi, batuk, nyeri tubuh, bahkan ada yang mengatakan tulangnya seperti akan meleleh,” kata seorang dokter warganet menggambarkan.
Sejak akhir tahun lalu, situasi pandemi di Tiongkok terus memburuk. Memasuki tahun 2025, rumah sakit anak-anak penuh sesak, dan jumlah pasien dengan kondisi parah terus meningkat.
“Banyak orang yang sakit demam, terutama anak-anak. Saya bekerja di bidang pendidikan, dan banyak murid saya yang izin sakit dan tidak bisa mengikuti pelajaran,” kata seorang pendidik di Sanya, Li Jin (nama samaran).
Anak-anak Jadi Korban
Banyak anak-anak dilaporkan meninggal dunia akibat virus ini, meskipun pemerintah PKT diduga menyembunyikan informasi tersebut.
Seorang dokter di Jiangsu mengungkap bahwa dari 30 pasien di bangsal yang ia tangani, 6 orang meninggal, dan 3 lainnya dalam kondisi kritis. Kejadian serupa juga dilaporkan terjadi di rumah sakit lain.
“Sudah lima anak yang dibawa ke ruang gawat darurat karena flu. Ada yang harus memakai ventilator, bahkan ada yang tidak berhasil diselamatkan,” kata Dr. Wang dari poliklinik pediatri Rumah Sakit Haixin Hua.
Ketidakjelasan dan Penanganan Pemerintah
Media pemerintah melaporkan bahwa menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Tiongkok, tingkat positif virus flu meningkat, dengan lebih dari 99% kasus adalah influenza A. Namun, warga Beijing menyebut virus ini berbeda dari jenis yang dikenal di pasaran. Mereka mencurigai pemerintah menyembunyikan informasi terkait COVID-19.
“Ada virus baru yang tidak memiliki vaksin atau obat khusus untuk mengatasinya,” ujar seorang dokter warganet.
Li Jin menambahkan: “Saat ini, apapun alasannya, pemerintah tidak akan mengaitkannya dengan COVID-19.”
Pada Agustus 2023, pendiri Falun Gong, Master Li Hongzhi, memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 utamanya ditujukan kepada Partai Komunis Tiongkok dan mereka yang mendukung atau bekerja untuk partai tersebut. Ia mengungkap bahwa banyak orang telah meninggal, termasuk kaum muda.
Master Li menyarankan cara untuk menghindari bencana: “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan.” (Hui)
Sumber : NTDTV.com