Shanghai Larang Perdagangan Unggas Hidup, Wabah Flu Burung dan Virus Lainnya Picu Kewaspadaan Internasional

ETIndonesia. Shanghai baru-baru ini mengumumkan melarang perdagangan unggas hidup selama tiga tahun ke depan. Situasi ini, ditambah dengan merebaknya berbagai virus di Tiongkok, telah memicu tingginya kewaspadaan internasional. 

Seorang dokter Tiongkok mengatakan, “Musim puncak flu A telah tiba. Dari hanya beberapa kota, kini telah menyebar ke seluruh negeri. Klinik demam di rumah sakit kami sudah penuh sesak.”

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok pada Kamis menyebutkan bahwa patogen positif yang terdeteksi pada pasien rawat jalan terutama adalah virus influenza, virus parainfluenza, dan rhinovirus. 

Sementara itu, pada pasien rawat inap, patogen yang ditemukan adalah virus influenza, Mycoplasma pneumoniae, dan virus parainfluenza. Banyak warga dan dokter menyatakan bahwa gelombang virus kali ini sangat ganas, dengan angka kematian yang tampaknya lebih tinggi dibandingkan dengan COVID-19.

Seorang konten kreator Tiongkok mengatakan, “Banyak orang jatuh sakit, situasinya sangat mirip dengan saat terinfeksi COVID sebelumnya, namun kali ini lebih parah.”

Seorang pekerja di Guangzhou, Tuan Lu, menambahkan, “Beberapa teman saya sering kali terinfeksi, dengan gejala demam, pilek, dan batuk. Beberapa bahkan mengalami kerusakan paru-paru. Saya juga memiliki seorang teman yang meninggal pada usia 30 tahun.”

Dalam situasi yang berkembang, Komisi Perdagangan Shanghai baru-baru ini mengeluarkan pemberitahuan bahwa terhitung sejak 1 Januari 2025 hingga 31 Desember 2027, perdagangan unggas hidup akan dihentikan di seluruh wilayah kota dengan alasan risiko kesehatan masyarakat.

Seorang komentator isu-isu terkini dengan latar belakang medis, Tang Jingyuan, berpendapat, “Kemungkinan besar Shanghai telah menghadapi wabah flu burung yang serius, sehingga memicu kebijakan mendadak ini.”

Ia menambahkan, “Saat ini, karena perselisihan internal di tubuh Partai Komunis dan situasi ekonomi yang sangat sensitif, jangan berharap mereka akan mengungkapkan kondisi pandemi meskipun situasinya memburuk.”

Wabah berbagai virus di Tiongkok telah memicu kewaspadaan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, Malaysia, Pakistan, dan Kamboja. India memperingatkan bahwa hingga Selasa lalu, mereka telah menemukan tujuh kasus virus parainfluenza.

Seorang analis politik, Li Linyi, menyatakan, “Ada sekitar empat hingga lima jenis virus yang beredar saat ini. Namun, pihak berwenang PKT sering kali tidak transparan dan tidak memberikan informasi yang akurat, sehingga jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi tetap menjadi misteri.”

Di sisi lain, seorang pekerja krematorium di Zhejiang melaporkan antrean panjang untuk kremasi.

“Situasinya seperti orang yang sedang bersiap menyambut tahun baru atau mengadakan pameran dagang,” kata Wang, seorang pekerja krematorium.

Dengan adanya arus mudik menjelang Tahun Baru Imlek, banyak pihak khawatir bahwa pandemi di Tiongkok akan kembali tidak terkendali. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS