Trump Sedang Mengatur Pertemuan dengan Putin

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, yang berkomitmen untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, pada tanggal 9 Januari mengungkapkan bahwa dia sedang mengatur pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, meskipun tidak memberikan rincian jadwal pastinya.

Reuters melaporkan bahwa Trump akan kembali ke Gedung Putih pada tanggal 20 Januari, yang menumbuhkan harapan bahwa pertemuan diplomatik dapat digunakan untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

Trump mengungkapkan dalam pertemuan dengan gubernur Partai Republik di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida: “Presiden Putin ingin bertemu, dan saat ini sedang dalam proses pengaturan.”

Saat berbicara tentang perang Rusia-Ukraina, Trump mengatakan: “Kita harus mengakhiri perang ini. Itu benar-benar kekacauan berdarah.”

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa jika Trump ingin melakukan kontak tingkat tinggi dengan Rusia, Putin akan menyambutnya. Namun, tim Trump belum mengajukan permintaan untuk melakukan kontak, dan pertemuan tersebut kemungkinan akan lebih tepat diatur setelah Trump resmi menjabat.

Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberikan lebih dari 175 miliar dolar AS untuk bantuan kepada Ukraina, termasuk lebih dari 60 miliar dolar AS dalam bantuan keamanan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pernah mengatakan bahwa Trump mungkin akan memainkan peran penting dalam hasil perang ini dan mungkin dapat membantu menghentikan tindakan Putin.

Pada konferensi pers di Mar-a-Lago pada 7 Januari, Trump mengatakan: “Masalah utama dalam konflik Rusia-Ukraina adalah bahwa selama bertahun-tahun, bahkan sebelum Putin, Rusia sudah mengatakan bahwa ‘Anda tidak akan pernah bisa membiarkan NATO terlibat di Ukraina.’ Mereka sudah mengatakan itu.”

“Namun kemudian pada titik tertentu, Biden mengatakan, ‘Tidak, mereka harus bisa bergabung dengan NATO.’ Baiklah, namun sekarang ada orang-orang di depan pintu mereka (Rusia). Saya bisa memahami perasaan mereka.”

Menurut laporan sebelumnya, setelah KTT Bucharest 2008, negara-negara anggota NATO secara resmi mendukung keanggotaan Ukraina di NATO, dan pemerintahan Biden terus mendukung hal ini meskipun Ukraina tidak pernah menerima undangan resmi.

Para staf dan sekutu Trump umumnya menentang Ukraina bergabung dengan NATO, setidaknya dalam waktu dekat, karena mereka menganggap hal itu sebagai provokasi yang tidak perlu terhadap Moskow.

Sementara itu, pemimpin Ukraina yang didukung oleh kiri Barat secara aktif mendorong NATO untuk mengundang Ukraina, dengan alasan bahwa ini adalah kunci untuk menghentikan agresi Rusia lebih lanjut.

Ketika ditanya apakah perang Ukraina-Rusia bisa berakhir dalam enam bulan, Trump menjawab: “Saya berharap bisa menyelesaikannya dalam enam bulan. Tidak, saya ingin, saya berharap bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari enam bulan.”

“Rusia kehilangan banyak pemuda, Ukraina juga demikian, ini seharusnya tidak pernah dimulai.”

Putin: Bersedia “Berkompromi” untuk Mengakhiri Perang

Pada akhir tahun 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers tahunan di Moskow menyatakan bahwa dia siap untuk berbicara dengan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden AS, serta jika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperoleh legitimasi melalui pemilu, Moskow juga siap untuk memulai negosiasi dengannya.

Putin menyatakan bahwa dia bersedia “berkompromi” untuk mengakhiri perang, tetapi belum jelas jenis kompromi apa yang dimaksud.

Putin mengatakan bahwa dia siap untuk bertemu dengan Donald Trump yang terpilih, dengan pertemuan terakhir mereka secara publik adalah pada Juni 2019 di KTT G20 Osaka, Jepang. Putin mengungkapkan bahwa sudah lebih dari empat tahun sejak terakhir kali dia berbicara dengan Trump, dan tidak yakin kapan mereka akan bertemu atau berbicara lagi, tetapi “jika dia ingin, saya siap untuk bertemu dengannya.”

Putin juga menyatakan bahwa dia tidak menyesali tindakannya melancarkan “operasi militer khusus” di Ukraina pada 2022, dan melihat bahwa seharusnya perang ini dimulai lebih awal dan lebih dipersiapkan, karena menurutnya, perang ini telah membuat Rusia semakin kuat.

Profesor John Mearsheimer dari Universitas Chicago dan pemikir utama Putin, Alexander Dugin, baru-baru ini berdialog tentang konflik Rusia-Ukraina, menganalisis mengapa krisis Ukraina bisa mencapai titik ini.

Mearsheimer mengatakan: “Amerika Serikat dan Ukraina harus menerima dua syarat Putin: pertama, Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO, baik secara hukum maupun fakta, Ukraina akan menjadi negara netral, negara netral sejati; selain itu, Barat dan Ukraina harus menerima kenyataan bahwa Krimea dan empat wilayah yang sekarang dianeksasi oleh Rusia telah hilang selamanya, mereka akan selalu menjadi bagian dari Rusia.”

Alexander Dugin, yang dianggap sebagai “pemikir negara” Putin, sepenuhnya setuju dengan hal ini.

“Seperti yang jelas disebutkan oleh Mearsheimer, ‘ancaman terhadap eksistensi’ bagi kami adalah kenyataan. Anda bisa menyalahkan kami, menyebut kami sebagai agresor, imperialis, dan sebagainya, tetapi bagi kami, Ukraina bergabung dengan NATO berarti ancaman eksistensi bagi negara kami Rusia,” ujarnya (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS