ETIndonesia. Gempa berkekuatan 6,8 melanda Dingri, Xigaze, Tibet pada 7 Januari 2025 waktu setempat. Gempa tersebut menyebabkan banyak bangunan roboh dan rusak. Setidaknya ratusan orang tewas atau terluka, meskipun situasi sebenarnya belum diketahui.
Dengan ketinggian daerah yang tinggi dan suhu yang rendah, lebih dari 60.000 orang terkena dampak dan sangat membutuhkan tenda serta perlengkapan penghangat. Sejumlah sukarelawan yang secara spontan mengirimkan bantuan menghadapi hambatan, sementara siaran langsung dari para influencer yang melaporkan situasi di lapangan kerap diblokir.
Gempa terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, dengan pemerintah menyebut kekuatannya 6,8 . Namun, Survei Geologi AS melaporkan kekuatan gempa mencapai 7,1 dengan kedalaman 10 km.
Kondisi Pasca Gempa
Jalanan penuh dengan reruntuhan, toko-toko rusak, dan bangunan runtuh. Penduduk berlarian menyelamatkan diri dalam kondisi dingin ekstrem.
“Saya sedang tidur, gempa itu sangat parah hingga langsung membangunkan saya!,” ujar salah satu warga.
Video amatir: “Semua rumah ini roboh.”
Dingri terletak di lereng utara Himalaya memiliki populasi lebih dari 60.000 orang, menjadikannya salah satu wilayah perbatasan dengan populasi terbanyak di Tibet.
Kebutuhan Mendesak dan Hambatan Bantuan
Beberapa desa di pusat gempa dengan rumah-rumah berbahan tanah langsung runtuh, banyak warga tidak sempat menyelamatkan diri. Suhu malam mencapai minus 10 derajat Celcius, ditambah pemadaman listrik dan air serta jalanan rusak membuat banyak orang terjebak dan membutuhkan bantuan.
Desa dan Kota yang Terdampak:
Dingri (Desa Cuoguo, Quluo, Changsuo, Nixia, Jiazuo, Kota Xiegeer), Tingjie (Desa Guojia, Kota Jiangga), Kabupaten Sakya (Desa Xiongmian), serta Lazi (Kota Quxia, Desa Zhaowu, Mangpu, Xiqin, Kota Lazi).
Warga Lazi mengungkapkan bahwa meski daerah mereka tidak berada di pusat gempa, bantuan tidak kunjung tiba.
Salah satu korban: “Tidak ada bantuan yang datang. Di desa kami yang berisi 100 lebih keluarga, hampir semua rumah runtuh dan kami harus tinggal di tempat terbuka.”
Data Resmi dan Keraguan Publik
Hingga 8 Januari pukul 12.00 siang, pemerintah melaporkan 126 orang tewas dan 188 terluka. Namun, angka sebenarnya diduga jauh lebih tinggi mengingat kebiasaan pemerintah menyembunyikan data. Sebanyak 1.211 gempa susulan telah terdeteksi hingga 9 Januari, dengan gempa susulan terbesar berkekuatan 4,4.
Kritik terhadap Tindakan Pemerintah
Beberapa analis berpendapat bahwa gempa adalah bencana alam, tetapi menjadi lebih parah akibat kesalahan manusia di bawah pemerintahan otoriter.
Ketua Partai Sosial Demokrat Tiongkok, Liu Yinquan: “Tindakan pencegahan bencana tidak memadai; bangunan banyak yang tidak tahan gempa.”
Anggota Parlemen Tibet di pengasingan, Namgyal Dolkar Lhagyari, menyebut eksploitasi sumber daya alam besar-besaran, seperti penambangan batu bara dan litium, turut menjadi penyebab gempa.
Kesulitan Distribusi Bantuan
Banyak warga tidur di luar ruangan karena gempa susulan terus terjadi. Sukarelawan yang membawa bantuan dilarang memasuki kota tanpa dokumen resmi, sementara beberapa kendaraan terpaksa bermalam di jalan dengan suhu minus 6 derajat Celcius.
Beberapa influencer yang melaporkan situasi gempa, kini menghadapi penangkapan dan pemblokiran. Salah satu dari mereka mengungkapkan: “Saya hanya melaporkan situasi untuk meyakinkan orang lain bahwa kami baik-baik saja, tetapi tetap saja ditangkap dan diberi peringatan.” (Hui)
Sumber : NTDTV.com