EtIndonesia. Mike Waltz, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih yang ditunjuk oleh Trump, mengatakan pada 12 Januari bahwa menyelesaikan perang Rusia-Ukraina mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan. Waltz menekankan bahwa gagasan untuk sepenuhnya mengusir Rusia dari wilayah Ukraina adalah “tidak realistis”.
Dalam beberapa bulan mendatang, Presiden Trump akan berusaha membangun hubungan dengan pihak-pihak terkait untuk membuka jalan bagi berakhirnya perang Rusia-Ukraina. Sementara itu, utusan perdamaian Rusia-Ukraina yang diusulkan oleh Trump memperkirakan bahwa proses negosiasi untuk mencapai gencatan senjata akan memakan waktu sekitar 100 hari.
Mike Waltz: Sepenuhnya Mengusir Rusia dari Ukraina adalah Gagasan yang Tidak Realistis
Mike Waltz, yang ditunjuk oleh Trump sebagai Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan dalam program politik “This Week” yang ditayangkan oleh ABC pada 12 Januari: “Menurut Presiden Trump, tidak mungkin ada pembicaraan tentang perjanjian tanpa terlebih dahulu membangun hubungan dan dialog dengan pihak lain. Ini adalah langkah yang harus dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.”
Waltz juga menyatakan bahwa Ukraina jelas tidak akan mampu sepenuhnya mengusir pasukan Rusia yang menyerbu.
Dia mengatakan: “Semua orang tahu bahwa masalah ini pada akhirnya harus diselesaikan melalui cara diplomatik. Menurut saya, mengatakan bahwa kita harus mengusir semua pasukan Rusia dari setiap jengkal tanah Ukraina adalah sesuatu yang tidak realistis, bahkan mengusir mereka dari Krimea pun sulit. Presiden Trump telah mengakui realitas ini, tetapi meyakinkan dunia untuk menerima hal ini adalah langkah besar yang harus kita mulai ambil sekarang.”
Menurut laporan dari Politico, Trump menyebutkan pada 9 Januari di Mar-a-Lago bahwa dia sedang mengatur pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, meskipun tidak memberikan rincian jadwalnya.
Waltz memperkirakan bahwa Trump kemungkinan akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa hari atau minggu mendatang.
Utusan perdamaian Rusia-Ukraina yang diusulkan Trump, Keith Kellogg, mengatakan kepada Fox News pada 8 Januari bahwa dia menetapkan target 100 hari untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
Waltz juga mengungkapkan bahwa Trump sangat serius mempertimbangkan ancaman terhadap Amerika Serikat di wilayah Arktik, dan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan militer jika diperlukan.
Trump: Sedang Mengatur Pertemuan dengan Putin
Menurut laporan Reuters, Trump akan kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari, yang memunculkan harapan bagi berbagai pihak bahwa perang Rusia-Ukraina dapat diakhiri melalui cara diplomatik.
Pada 9 Januari, Trump mengatakan di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, sebelum bertemu dengan gubernur dari Partai Republik: “Presiden Putin ingin bertemu, dan kami sedang mengatur hal ini.”
Berbicara tentang perang Rusia-Ukraina, Trump berkata: “Kita harus mengakhiri perang ini. Itu benar-benar kekacauan berdarah.”
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan sebelumnya pada hari itu bahwa jika Trump ingin memulihkan kontak tingkat tertinggi dengan Rusia, Putin akan menyambut baik hal ini. Namun, tim Trump belum secara resmi mengajukan permintaan untuk pertemuan, dan Peskov menambahkan bahwa lebih tepat jika pengaturan dilakukan setelah Trump menjabat.
Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden AS Joe Biden telah memberikan lebih dari 175 miliard dolar dalam bantuan ke Ukraina, termasuk lebih dari 60 miliar dolar dalam bantuan keamanan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Trump mungkin memainkan peran menentukan dalam hasil perang ini dan dapat membantu menghentikan tindakan Putin.
Pada konferensi pers 7 Januari di Mar-a-Lago, Trump mengatakan: “Masalah Rusia-Ukraina memiliki satu poin penting: bertahun-tahun yang lalu, bahkan sebelum era Putin, Rusia sudah mengatakan bahwa ‘NATO tidak akan pernah diperbolehkan masuk ke Ukraina.’ Mereka sudah mengatakannya.”
“Lalu, di suatu titik, Biden mengatakan, ‘Tidak, mereka harus bisa masuk ke NATO.’ Oke, jadi ada orang-orang di depan pintu Rusia. Saya bisa memahami bagaimana perasaan mereka.”
Menurut laporan sebelumnya, setelah KTT Bucharest pada 2008, anggota NATO secara resmi menyatakan dukungan untuk keanggotaan Ukraina di NATO. Pemerintahan Biden terus mendukung langkah ini, meskipun Ukraina belum pernah menerima undangan resmi.
Staf dan sekutu Trump umumnya menentang keanggotaan Ukraina di NATO, setidaknya untuk masa mendatang, karena mereka percaya langkah tersebut akan memprovokasi Moskow secara tidak perlu.
Di sisi lain, para pemimpin Ukraina yang didukung oleh pihak kiri Barat secara aktif mendesak NATO untuk memberikan undangan, dengan mengatakan bahwa ini adalah kunci untuk menghentikan agresi lebih lanjut oleh Rusia.
Dalam konferensi pers yang sama, ketika ditanya apakah perang Rusia-Ukraina dapat diselesaikan dalam enam bulan, Trump menjawab: “Saya berharap diberikan waktu enam bulan. Tidak, saya berharap masalah ini bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari enam bulan.”
“Rusia kehilangan banyak anak muda, begitu pula Ukraina. Perang ini tidak seharusnya dimulai.”
Putin: Bersedia “Berkompromi” untuk Mengakhiri Perang
Pada akhir tahun 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan konferensi pers akhir tahun di Moskow. Dia mengatakan kesediaannya untuk bertemu dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump. Jika Presiden Ukraina Zelenskyy memperoleh legitimasi melalui pemilu, Moskow juga siap untuk memulai negosiasi dengannya.
Putin mengatakan bahwa dia bersedia “berkompromi” untuk mengakhiri perang, meskipun belum jelas seperti apa kompromi tersebut nantinya.
Putin juga menyebutkan bahwa dia siap bertemu dengan Trump. Terakhir kali keduanya bertemu secara terbuka adalah pada KTT G20 di Osaka, Jepang, pada Juni 2019. Dia menambahkan bahwa dia sudah lebih dari empat tahun tidak berbicara dengan Trump dan tidak tahu kapan mereka akan bertemu atau berbicara lagi.
“Jika ia bersedia, saya siap untuk bertemu dengannya,” katanya.
Putin juga mengatakan bahwa dia tidak menyesali keputusan untuk meluncurkan “operasi militer khusus” terhadap Ukraina pada 2022. Bahkan, dia merasa seharusnya memulai perang ini lebih awal dan mempersiapkannya dengan lebih matang. Menurutnya, perang ini telah membuat Rusia lebih kuat.Profesor John Mearsheimer dari Universitas Chicago baru-baru ini mengatakan: “AS dan Ukraina harus menerima dua syarat Putin: Pertama, Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO, baik secara hukum maupun fakta, dan Ukraina harus menjadi negara netral sejati. Selain itu, Barat dan Ukraina harus menerima bahwa Krimea dan empat wilayah yang dianeksasi Rusia sekarang adalah bagian dari Rusia secara permanen.” (jhn/yn)