ETIndonesia. Baru-baru ini, berbagai virus menyebar di Tiongkok, menyebabkan banyak anak-anak menderita kondisi serius, bahkan beberapa meninggal dunia karena ensefalitis akibat flu. Seorang dokter yang mengetahui situasi tersebut mengungkapkan bahwa flu burung H5N1 yang mematikan kini hampir tidak terkendali. Ditambah lagi banyak wilayah mulai membangun zona isolasi secara besar-besaran.
“Saya ingin memberi peringatan bahwa pasien flu di klinik dan rumah sakit semakin banyak,” ujar seorang dokter dari Tiongkok.
Pada 11 Januari, seorang dokter bernama Liu mengungkapkan kepada Epoch Times bahwa ia telah menangani lebih dari 100 kasus H5N1. Flu burung ini telah menyebar luas dan sulit dikendalikan. Dia mengatakan pihak berwenang akan segera mengumumkan situasi tersebut, dan zona isolasi besar telah dibangun di sepanjang jalan tol.
Dokter Liu memperingatkan bahwa laporan resmi dari pemerintah tidak perlu terlalu dipercaya. Saat ini, berbagai penyakit pernapasan menyebar, termasuk varian baru COVID-19, infeksi saluran pernapasan manusia, dan H5N1.
Menurutnya, H5N1 akan menjadi salah satu virus paling berbahaya di masa depan. Dia juga menekankan pentingnya pengobatan yang tepat untuk mencegah kondisi parah dan kematian.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC), hingga 30 November tahun lalu, hanya satu kasus flu burung H5N1 yang terdeteksi di Guangxi.
“Tiongkok memiliki kredibilitas rendah secara internasional. Angka-angka yang mereka laporkan sering kali perlu dikalikan 100 kali lipat. Dengan pertanian intensif mereka, manusia, babi, dan sapi sering berada dalam jarak yang sangat dekat, sehingga berbagai penyakit menular baru seperti flu burung dan flu babi sangat mungkin muncul,” ujar Dokter Jiang Guan-yu dari Rumah Sakit Kota Taipei.
Flu burung memiliki tingkat mutasi tinggi dan dapat menyebar dengan mudah di antara manusia dan hewan. “Ketika satu kasus ditemukan, sebetulnya jumlah kasus bisa jauh lebih banyak,” tambah Jiang.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1996, H5N1 telah menginfeksi lebih dari 900 orang di Tiongkok hingga Juni 2024, dengan lebih dari setengahnya meninggal dunia.
Pada 7 Januari, Amerika Serikat melaporkan kematian pertama akibat infeksi H5N1 pada manusia.
Lin Xiaoxu, mantan kepala laboratorium virologi Angkatan Darat AS, menyatakan kekhawatirannya bahwa flu burung di Tiongkok bisa berpotensi menular antar manusia secara berkelanjutan.
Baru-baru ini, pemerintah Shanghai mengumumkan larangan perdagangan unggas hidup selama tiga tahun. Langkah ini mencerminkan kekhawatiran bahwa flu burung bisa menyebar di antara manusia.
Saat ini, berbagai virus sedang mewabah di Tiongkok. Pada 12 Januari, CDC Tiongkok menyatakan bahwa virus flu yang beredar sebagian besar adalah virus influenza A H1N1.
Di media sosial Tiongkok, banyak kasus ensefalitis yang disebabkan oleh demam flu pada anak-anak telah terungkap.
“Sudah lima anak dirawat di ruang gawat darurat karena flu, beberapa di antaranya harus menggunakan ventilator, dan ada yang tidak dapat diselamatkan,” ujar seorang dokter di Shanghai.
Namun demikian, otoritas PKT menutup-nutupi berita ini.
“Rumah sakit anak penuh sesak dengan pasien demam dan flu. Tidak ada tempat tidur kosong. Sulit menerima kenyataan bahwa seorang anak bisa tiba-tiba meninggal dunia seperti ini,” ujar seorang warga Tiongkok mengungkapkan.
Lin Xiaoxu menilai bahwa kemungkinan besar ensefalitis ini disebabkan oleh infeksi flu burung dengan virulensi tinggi seperti H5N1 atau H5N6.
“Situasi ini sangat mengkhawatirkan dan seharusnya menjadi perhatian dunia,” ujarnya. (hui)
Sumber : NTDTV.com