Israel dan Hamas Akhirnya Capai Kesepakatan Gencatan Senjata

Perdana Menteri Qatar menguraikan syarat umum gencatan senjata selama enam minggu, termasuk pertukaran 33 sandera dengan sejumlah tahanan yang tidak disebutkan.

ETIndonesia. Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan yang akan berlaku pada 19 Januari, mencakup pertukaran sandera dan tahanan, gencatan senjata enam minggu, serta akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dilanda krisis.

Detail kesepakatan ini dikonfirmasi dalam konferensi pers di Doha, Qatar, pada 15 Januari 2025 malam oleh Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Negosiasi intensif ini dimediasi oleh Qatar, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.

“Kami bekerja siang dan malam untuk mencapai momen ini,” kata Al Thani.

Sebagai bagian dari kesepakatan, menurut Al Thani, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk perempuan sipil, rekrutmen perempuan, anak-anak, lansia, serta warga sipil yang sakit dan terluka, dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang tidak disebutkan jumlahnya. Israel juga akan menarik pasukan ke arah timur, menjauh dari area pemukiman.

“Pasukan Israel kemudian akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza, memungkinkan pertukaran tahanan, pertukaran jenazah, dan pengembalian orang-orang yang mengungsi ke tempat tinggal mereka. Ini juga akan memfasilitasi perjalanan orang yang terluka dan sakit untuk mendapatkan perawatan,” jelas Al Thani.

Fase pertama kesepakatan ini juga akan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk rehabilitasi rumah sakit, pusat kesehatan, dan toko roti. Bantuan ini juga mencakup masuknya bahan bakar, peralatan pertahanan sipil, serta kebutuhan dasar bagi pengungsi yang kehilangan rumah akibat perang.

Detail fase kedua dan ketiga akan dinegosiasikan selama fase pertama, kata Al Thani.

Presiden AS Joe Biden menyebutkan bahwa fase pertama akan mencakup pembebasan sandera asal Amerika Serikat. Dia menggambarkan negosiasi ini sebagai salah satu yang paling sulit yang pernah dia alami.

“Kita sampai pada titik ini karena tekanan Israel terhadap Hamas yang didukung oleh Amerika Serikat,” ujar Biden.

Biden menyatakan bahwa pemerintahannya dan tim Presiden terpilih Donald Trump bekerja sama untuk mewujudkan kesepakatan ini. Wakil dari kedua pihak, termasuk Koordinator Dewan Keamanan Nasional AS untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk, serta Utusan Timur Tengah yang ditunjuk Trump, Steve Witkoff, telah berada di Doha selama beberapa hari terakhir.

Trump, dalam unggahan di Truth Social, juga mengklaim keberhasilan ini sebagai hasil dari kemenangannya pada November lalu. Dia menyatakan bahwa kesepakatan ini menandai era baru negosiasi perdamaian untuk memastikan keselamatan warga Amerika dan sekutu mereka.

Dua sandera Amerika yang akan dibebaskan dalam fase pertama adalah Keith Siegel dan Sagui Dekel-Chen. Secara total, 33 sandera akan dibebaskan oleh Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel selama enam minggu gencatan senjata. Jika negosiasi berlanjut setelah enam minggu, gencatan senjata akan diperpanjang.

Pada 17 Januari, pertemuan di Kairo, Mesir, akan membahas implementasi kesepakatan gencatan senjata, bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina.

Namun, tidak semua pemimpin Israel mendukung kesepakatan ini. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, mengancam akan keluar dari koalisi pemerintahan Netanyahu jika kesepakatan disetujui.

Pada 7 Oktober 2023, ribuan militan menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang, kebanyakan warga sipil Yahudi. Serangan ini juga mencakup penyiksaan, pembunuhan massal, dan penghancuran komunitas seperti kibbutz Kfar Aza dan Be’eri.

Sebagai tanggapan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai operasi militer besar-besaran, termasuk invasi darat ke Gaza pada 27 Oktober 2023, dengan tujuan menghancurkan Hamas.

Konflik ini telah menyebabkan kerusakan besar di Gaza, dengan ribuan warga sipil kehilangan tempat tinggal dan menghadapi kekurangan makanan. IDF menyebut telah menewaskan lebih dari 17.000 teroris, meski jumlah korban sipil juga sangat tinggi.

Laporan ini berkontribusi dari Associated Press dan Reuters.

Sumber : Theepochtimes.com 

FOKUS DUNIA

NEWS