Etindonesia. Baru-baru ini, pemerintah dan militer Ukraina mengungkapkan bahwa di wilayah Kursk Oblast, Rusia bagian barat, ditemukan sejumlah jenazah tentara Korea Utara yang wajahnya hancur akibat ledakan. Berdasarkan investigasi, tentara-tentara ini memilih bunuh diri menggunakan granat untuk menghindari kemungkinan ditawan. Lebih mengejutkan lagi, mereka sengaja meledakkan granat dekat wajah mereka agar jenazah tidak dapat dikenali, dengan tujuan menyembunyikan keterlibatan militer Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina. Hingga saat ini, hampir 20 jenazah tentara Korea Utara yang bunuh diri telah ditemukan.
Menurut laporan dari Kyodo News, para pejabat Ukraina dan personel militer menyatakan bahwa sekitar 20 jenazah tentara Korea Utara ditemukan di wilayah Kursk Oblast. Semua jenazah tersebut memiliki ciri yang sama: wajah mereka telah hancur akibat ledakan. Berdasarkan analisis otoritas Ukraina, militer Korea Utara kemungkinan besar telah memerintahkan para tentaranya untuk tidak menyerah dalam situasi apa pun dan diwajibkan “mengakhiri hidup sendiri” jika diperlukan.
Militer Ukraina menyebutkan bahwa jenazah-jenazah tersebut sangat sulit dikenali karena kerusakan parah akibat ledakan dari jarak dekat. Dinas intelijen Korea Selatan mengungkapkan bahwa dari barang-barang pribadi tentara Korea Utara, ditemukan memorandum militer yang menginstruksikan mereka untuk bunuh diri jika menghadapi kemungkinan ditawan.
Kesaksian dari tentara di garis depan Ukraina menunjukkan bahwa tentara Korea Utara sering menggunakan granat untuk bunuh diri ketika amunisi habis atau ketika mereka terluka parah dan tidak dapat mundur. Bahkan, mereka sengaja meledakkan granat di dekat wajah mereka, agar identitas mereka sulit dikenali oleh pasukan Ukraina yang menemukan jenazah mereka.
Militer Ukraina mengonfirmasi bahwa hingga kini, sekitar 20 tentara Korea Utara telah bunuh diri dengan cara tersebut. Langkah ekstrem ini diyakini sebagai upaya Korea Utara untuk menyembunyikan fakta keterlibatan militernya dalam perang Rusia-Ukraina. Selain itu, terdapat juga kasus di mana tentara dieksekusi langsung oleh atasan mereka. Seorang pejabat pemerintah Ukraina menduga bahwa perilaku seragam ini merupakan perintah langsung dari pimpinan Korea Utara, yang menggunakan metode “pencucian otak”.
Kecaman Internasional: Taktik Kejam Rusia dan Korea Utara
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa pimpinan militer Rusia dan Korea Utara memperlakukan tentara Korea Utara sebagai “barang habis pakai,” memaksa mereka melakukan “serangan putus asa.” Kirby menegaskan bahwa taktik ini tidak hanya gagal mengubah jalannya perang tetapi juga memperburuk krisis kemanusiaan.
Dia juga menyebut bahwa banyak tentara Korea Utara lebih memilih mengakhiri hidup mereka sendiri daripada ditangkap oleh pasukan Ukraina, karena khawatir nyawa keluarga mereka di Korea Utara akan terancam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melaporkan bahwa sepertiga pasukan Korea Utara yang dikirim untuk mendukung Rusia telah tewas atau terluka. Dalam kondisi kerugian yang begitu besar, tentara Korea Utara menghadapi penurunan moral dan masalah psikologis yang signifikan.
Menurut laporan Daily NK pada tanggal 9 Desember 2024, tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia menunjukkan gejala ketakutan akan kematian serta ketidaknyamanan budaya yang membuat mereka mulai kehilangan semangat. Sumber yang berbasis di Pyongyang mengungkapkan bahwa pada akhir Desember 2024, laporan dari lapangan di Rusia menunjukkan bahwa meskipun para tentara telah melewati pelatihan fisik dan ideologis di Korea Utara, mereka tetap mengalami kegelisahan besar saat menghadapi pertempuran nyata.
Guncangan Budaya dan Hilangnya Kepercayaan
Menurut laporan tersebut, banyak tentara Korea Utara yang belum pernah meninggalkan negara mereka merasa sangat terkejut saat berinteraksi dengan tentara Rusia. Tentara Korea Utara, yang terbiasa hidup di bawah pengawasan dan kontrol ketat, merasa kagum dan minder melihat tentara Rusia yang bertindak lebih percaya diri dan mandiri.
Sumber menyebut bahwa jumlah korban yang terus meningkat menyebabkan ketakutan dan tekanan mental yang luar biasa bagi para tentara Korea Utara di Rusia. Mereka mengalami keputusasaan yang semakin dalam, bahkan ada risiko mereka akan berkhianat kepada pemerintah Korea Utara. Untuk mencegah “keruntuhan mental” ini, pemerintah Kim Jong-un berencana mengirim lebih banyak pejabat tinggi ke Rusia guna mengawasi pasukan yang dikirim.
Kesimpulan
Fenomena tragis ini tidak hanya menunjukkan kekejaman perang tetapi juga menggambarkan dampak besar pada sisi kemanusiaan, termasuk manipulasi ideologis dan perlakuan tidak manusiawi terhadap tentara. Perang Rusia-Ukraina kini telah mengungkapkan babak baru dari keterlibatan Korea Utara, yang menambah daftar panjang penderitaan global akibat konflik bersenjata.(jhn/yn)