Menjelang Tahun Baru Imlek, Tiongkok kembali menghadapi gelombang tahunan pekerja migran yang menuntut pembayaran gaji mereka. Di Xiamen, Fujian, sebuah perusahaan milik negara menggunakan semprotan air bertekanan tinggi untuk mengusir pekerja migran yang duduk diam menuntut gaji mereka, memicu kecaman dari netizen yang menyebut tindakan tersebut “memalukan.”
ETIndonesia. Pada 14 Januari 2025, sebuah video yang beredar di internet menunjukkan sekelompok pekerja migran duduk diam di depan Gedung Xiangyu, Distrik Huli, Xiamen, menuntut pembayaran gaji yang tertunda.
Namun demikian, pihak manajemen Xiangyu Group memanggil tim pemadam kebakaran untuk menggunakan semprotan air bertekanan tinggi guna mengusir mereka secara paksa. Banyak pekerja basah kuyup akibat semprotan tersebut. Di lokasi kejadian, tampak pula seseorang yang berpenampilan seperti “pemimpin” mengancam dan mengintimidasi para pekerja.
Salah satu pekerja migran yang ikut menuntut gaji mengatakan bahwa Xiangyu Group belum membayar perusahaan konstruksi atas proyek yang mereka kerjakan. Akibatnya, perusahaan konstruksi tidak mampu membayar upah pekerja.
Pekerja itu sendiri mengaku belum menerima pembayaran sebesar lebih dari RMB.100.000 selama dua hingga tiga tahun terakhir. Saat mereka mendatangi perusahaan untuk meminta gaji mereka menjelang Tahun Baru Imlek, mereka justru diusir dengan semprotan air bertekanan tinggi.
Menurut informasi publik, Xiamen Xiangyu Group Co., Ltd. adalah perusahaan milik negara di bawah pemerintah kota Xiamen, dengan puluhan ribu karyawan.
Di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), banyak netizen mengecam tindakan kejam dan tidak manusiawi tersebut. Mereka meninggalkan pesan sebagai berikut :
- “Sungguh kejam terhadap pekerja migran yang hanya menuntut gaji mereka.”
- “Mereka selalu bilang bahwa petugas pemadam kebakaran adalah bagian dari militer, dan sekarang ternyata benar.”
- “Satu-satunya jalan keluar adalah menggulingkan Partai Komunis yang korup dan reaksioner.”
Menjelang Tahun Baru Imlek, banyak tuntutan pekerja migran terkait pembayaran gaji yang tertunda dianggap oleh pihak berwenang sebagai “tuntutan gaji jahat” dan ditekan. Dalam situasi putus asa, beberapa pekerja meninggalkan cara damai seperti unjuk rasa, duduk diam, atau membawa spanduk, dan memilih tindakan yang lebih ekstrem.
Beberapa di antaranya termasuk memanjat atap gedung secara massal atau menduduki kantor perusahaan.
Baru-baru ini, seorang mandor di Guangzhou, karena kesal dengan penundaan pembayaran proyeknya, memimpin para pekerja migran untuk merusak sebuah patung landmark di daerah tersebut.
Sumber : NTDTV.com