Studi Kaitkan Penggunaan Media Sosial dengan Meningkatnya Gangguan Emosi pada Orang Dewasa

Penelitian terhadap Lebih dari 42.000 Orang Dewasa Menunjukkan Dampak Platform Media Sosial pada Suasana Hati

 George Citroner

Orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di media sosial menunjukkan tingkat iritabilitas atau gangguan emosi yang jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya. Studi besar yang melibatkan lebih dari 42.000 orang dewasa, mereka mencetak lebih dari tiga poin lebih tinggi pada tes standar iritabilitas.

Respon yang Bergantung pada Intensitas Penggunaan

Studi baru yang diterbitkan di JAMA Network Open pada 8 Januari meneliti hubungan antara penggunaan media sosial dan iritabilitas. Penelitian ini melampaui studi sebelumnya yang lebih berfokus pada depresi dan kecemasan.

Dilaksanakan antara November 2023 hingga Januari 2024, penelitian ini melibatkan lebih dari 42.500 orang dewasa di Amerika Serikat, mencakup 50 negara bagian dan Distrik Columbia.

Penelitian menemukan bahwa sekitar 80 persen responden menggunakan setidaknya satu platform media sosial setiap hari. Dengan menggunakan Brief Irritability Test, peneliti menemukan bahwa orang yang menggunakan media sosial beberapa kali dalam sehari mencetak skor 1,43 poin lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya.

Mereka yang melaporkan menggunakan media sosial “sepanjang hari” menunjukkan peningkatan yang lebih dramatis, dengan skor 3,37 poin lebih tinggi dibandingkan non-pengguna.

Pola ini menunjukkan hubungan dose-response: semakin sering seseorang menggunakan media sosial, semakin tinggi skor iritabilitas mereka, menurut penulis studi.

Dampak Media Sosial pada Emosi dan Suasana Hati

Media sosial sering kali menampilkan versi realitas yang sangat terfilter dan dikurasi dengan hati-hati. Melihat orang lain yang tampak menjalani kehidupan bahagia, liburan, hubungan, dan penampilan tubuh ideal secara terus-menerus dapat memicu perasaan tidak cukup baik, iri, dan frustrasi terhadap kehidupan sendiri. Perbandingan terus-menerus ini dapat memicu rasa kesal dan iritabilitas.

Selain itu, hiburan melalui media sosial bisa sangat merangsang, yang dapat meningkatkan tingkat stres dasar, sehingga memicu kecemasan dan iritasi.

Cahaya biru yang dipancarkan oleh perangkat elektronik juga dapat mengganggu pola tidur. Kurangnya tidur dapat secara signifikan memengaruhi suasana hati dan meningkatkan iritabilitas.

Penggunaan TikTok, Facebook, dan Instagram Paling Disorot

Efek iritabilitas ini terlihat lebih menonjol di platform tertentu. Sebagai contoh, pengguna TikTok yang aktif sepanjang hari menunjukkan peningkatan skor iritabilitas sebesar 1,69 poin, sementara pengguna Facebook yang sering menggunakan platform ini mencatat peningkatan sebesar 1,40 poin.

Peneliti juga menganalisis apakah keterlibatan politik di media sosial dapat menjelaskan peningkatan iritabilitas. Meskipun diskusi politik yang lebih sering di media sosial terkait dengan tingkat iritabilitas yang lebih tinggi, temuan tetap menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara umum menjadi faktor signifikan dalam peningkatan skor iritabilitas, bahkan setelah mempertimbangkan keterlibatan politik.

Batasan Utama

Iritabilitas perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai masalah kesehatan mental yang terpisah, selain kaitannya yang sudah dikenal dengan depresi dan kecemasan, tulis penulis studi.

Namun, mereka mengakui beberapa keterbatasan penting dalam penelitian ini, termasuk ketidakmampuan untuk menilai hubungan sebab akibat serta ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri, yang mungkin rentan terhadap bias ingatan dari para partisipan.

“Asosiasi antara media sosial dan suasana hati kemungkinan besar kompleks dan berpotensi dua arah,” tulis para peneliti.

Sebagai contoh, meskipun algoritma beberapa platform dirancang untuk “memicu kemarahan” demi meningkatkan keterlibatan, peneliti tidak dapat mengaitkan iritabilitas dengan aspek tertentu dari penggunaan media sosial.

Para peneliti menyerukan studi tambahan untuk menyelidiki mekanisme di balik hubungan ini dan mengembangkan intervensi potensial untuk mengurangi dampak buruknya.

FOKUS DUNIA

NEWS