ETIndonesia. Menjelang Tahun Baru Imlek, berbagai virus menyebar secara bersamaan di Tiongkok, menyebabkan lonjakan pandemi yang terus meluas dan memicu kekhawatiran masyarakat.
“Saya tidak ingin membuat sensasi, tetapi anak-anak yang terkena flu ini mengalami kejang karena demam tinggi. Kita harus waspada terhadap penyakit mematikan ini, yaitu ensefalitis nekrotikans akut,” ujar dokter Anak di Tiongkok, Dr. Ma.
Baru-baru ini, beberapa anak di berbagai daerah di Tiongkok dilaporkan meninggal dunia akibat “ensefalitis nekrotikans akut”. Secara medis, penyakit ini dianggap sebagai komplikasi paling serius dari virus flu.
Pada 14 Januari, seorang blogger muda mengungkapkan bahwa flu telah merenggut nyawa anaknya. Tujuh hari setelah kehilangan anaknya, dia masih merasakan duka yang tak terungkapkan. Di kolom komentar, banyak netizen mengungkapkan kasus serupa tentang kematian anak-anak akibat flu.
Di sisi lain, banyak orang dewasa yang terinfeksi mengalami kondisi yang memburuk dengan cepat, bahkan meninggal dunia.
Di Taiyuan, Provinsi Shanxi, seorang wanita bermarga Xie berusia 30 tahun mengalami demam pada 11 Januari. Ketika dibawa ke rumah sakit pada 12 Januari, dokter mendiagnosisnya dengan “paru-paru putih” (kondisi serius akibat kerusakan paru-paru). Setelah dipindahkan ke rumah sakit lain, ia menerima pemberitahuan kondisi kritis. Pada 13 Januari, ia dinyatakan meninggal dunia karena gagal organ total.
“Gelombang flu kali ini benar-benar sangat parah. Banyak orang yang terkena. Demam tinggi tidak kunjung reda meski telah minum berbagai obat. Ini harus diperhatikan serius. Flu yang parah bisa menyebabkan kematian,” kata Dr. Jiang Chenyen, Spesialis THT di Tiongkok.
Sejak Oktober 2024, pandemi di Tiongkok kembali mencapai puncaknya. Pihak berwenang awalnya menyebut penyebabnya adalah virus flu, pneumonia mikoplasma, adenovirus, dan virus metapneumovirus manusia. Namun, kemudian mereka menyatakan bahwa 99% infeksi adalah akibat flu H1N1.
Pada 12 Januari, Wang Liping, peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, menyatakan bahwa flu yang saat ini melanda adalah subtipe flu H1N1.
Namun, para pakar virus menilai tingginya angka kematian akibat flu H1N1 di Tiongkok ini cukup langka, dan mencurigai pemerintah Tiongkok sedang menyembunyikan fakta sebenarnya.
“Kasus ensefalitis nekrotik akibat flu H1N1 sangat jarang terjadi. Saya menduga kasus ini lebih mungkin disebabkan oleh infeksi flu burung yang menular ke manusia, terutama oleh virus flu burung yang sangat patogen seperti H5N6 atau H5N1. Virus ini lebih mungkin menyebabkan ensefalitis terkait flu seperti ini,” ujar Dr. Lin Xiaoxu, Ahli Virologi AS.
Baru-baru ini, warga dari Nantong, Jiangsu, dan Changsha, Hunan, memposting video yang menunjukkan rumah duka di daerah mereka dipenuhi antrian panjang, pemandangan yang sangat mengejutkan. Namun, pihak berwenang tidak mengomentari laporan ini, sehingga kebenarannya masih memerlukan verifikasi lebih lanjut.
Seorang dokter yang bekerja di bidang pengawasan pandemi di Tiongkok mengungkapkan kepada Epoch Times pada 11 Januari bahwa virus flu burung H5N1 sedang menyebar di Tiongkok, dan ia telah menemui banyak kasus semacam ini.
Sebelumnya, Shanghai telah mengumumkan penghentian sementara perdagangan unggas hidup, yang memicu kekhawatiran publik.
“Saya benar-benar khawatir bahwa pemerintah PKT sedang menyembunyikan situasi terkait infeksi flu burung pada manusia. Hal ini sangat mengkhawatirkan, dan dunia harus lebih memperhatikan masalah ini,” ujar Dr. Lin Xiaoxu. (Hui)
Sumber : NTDTV.com