EtIndonesia. Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari 2025, sebelumnya telah mengundang Xi Jinping untuk menghadiri acara tersebut pada akhir 2024. Namun, pada 17 Januari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan bahwa Han Zheng, Wakil Presiden sekaligus perwakilan khusus Xi Jinping, akan dikirim untuk menghadiri pelantikan tersebut.
Sebelumnya, Financial Times melaporkan bahwa tim Trump berharap Cai Qi, salah satu anggota Politbiro Tiongkok yang memiliki kekuasaan besar dan merupakan sekutu dekat Xi Jinping, akan menghadiri pelantikan tersebut. Namun, Xi Jinping memilih mengirim Han Zheng, yang dianggap memiliki pengaruh lebih rendah dibanding Cai Qi atau Menteri Luar Negeri Wang Yi.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok, dalam pernyataan resminya pada 17 Januari, menegaskan: “Pihak Tiongkok selalu memandang dan mengembangkan hubungan Tiongkok-AS berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan.”
Juru bicara menambahkan: “Kami bersedia memperkuat dialog dan komunikasi dengan pemerintahan baru AS, mengelola perbedaan secara tepat, memperluas kerja sama yang saling menguntungkan, dan bersama-sama mendorong hubungan Tiongkok-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan, serta menemukan jalur hubungan yang benar di era baru.”
Analisis Ahli: Strategi Xi Jinping
Dr. Zhang Tianliang, komentator isu Tiongkok, dalam saluran YouTube-nya, “Tianliang Shifen”, menganalisis bahwa pengiriman Han Zheng alih-alih Cai Qi mencerminkan strategi Xi Jinping untuk menunda kemungkinan kebijakan keras Trump terhadap Tiongkok. Dengan mengirim Han Zheng, yang tidak memiliki pengaruh besar, Xi Jinping tampaknya berharap dapat memperlambat langkah Trump selama empat tahun ke depan.
Zhang Tianliang juga menyoroti peringatan Marco Rubio, Senator AS yang ditunjuk Trump sebagai Menteri Luar Negeri. Rubio memperingatkan bahwa jika AS tidak segera mengubah kebijakan, Tiongkok akan menjadi “ancaman terbesar bagi Amerika” dalam waktu kurang dari satu dekade. Rubio menyatakan bahwa dominasi Tiongkok di sektor-sektor utama dan sumber daya akan membuat AS sepenuhnya bergantung pada Tiongkok, mulai dari obat-obatan hingga produk hiburan.
Rubio menekankan bahwa: “Tiongkok adalah ancaman terbesar bagi Amerika, bahkan lebih besar dari Uni Soviet sebelumnya, dan ancaman ini akan mendefinisikan abad ke-21!”
Dia juga mengkritik kebijakan AS sebelumnya yang terlalu toleran terhadap Tiongkok, yang menurutnya telah memicu kebangkitan otoritarianisme Tiongkok.
Pandangan Pengamat Lain
Pengamat independen Cai Shenkun melalui media sosialnya menyatakan bahwa Barat membutuhkan pemimpin yang berpikiran jernih dan memiliki kemampuan eksekusi yang kuat. Dia menekankan bahwa ketergantungan pada konsep globalisasi yang keliru hanya memperkuat otoritarianisme.
Sementara itu, Financial Times melaporkan pada 10 Januari bahwa Beijing telah memberitahu tim transisi Trump bahwa seorang pejabat senior akan mewakili Xi Jinping dalam pelantikan. Xi Jinping kemungkinan akan mengirim Han Zheng atau Wang Yi. Namun, beberapa penasihat Trump berharap Cai Qi akan hadir, mengingat pengaruhnya yang lebih besar.
Seorang analis menambahkan bahwa jika utusan Tiongkok hanya setingkat Han Zheng atau Wang Yi, Trump mungkin merasa tidak puas, karena dia secara khusus mengundang Xi Jinping. Namun, pengiriman utusan senior seperti Han Zheng dianggap sebagai langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah hubungan Tiongkok-AS.
Tanggapan Trump dan Timnya
Beberapa pengamat politik menilai undangan Trump kepada Xi Jinping sebagai bagian dari pendekatan Trump yang sering memadukan taktik keras dan lunak untuk membingungkan lawan. Kolumnis Stephen Collinson menulis bahwa jika Trump berhasil mengundang Xi Jinping, itu akan menjadi kemenangan besar baginya di tingkat politik, tetapi hal itu akan menjadi dilema bagi Xi Jinping.
Collinson menambahkan: “Jika Xi hadir di pelantikan, dia harus mendengarkan pidato Trump tanpa bisa mengontrol isi pidato atau memberikan tanggapan. Hal ini akan dilihat sebagai pengakuan terhadap transisi kekuasaan demokratis, yang bertentangan dengan prinsip otoritarianisme satu partai di Tiongkok.”
Peneliti dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Lily McElwee berpendapat bahwa, seiring dengan persiapan Trump untuk mengambil alih hubungan diplomatik paling penting antara AS dan Tiongkok, undangan ini harus dilihat dalam konteks Trump yang menggunakan pendekatan campuran antara keras dan lunak.
Kesimpulan dan Konteks Diplomatik
Menghadapi pelantikan Trump, Beijing tampaknya ingin menghindari eskalasi ketegangan perdagangan dan politik dengan AS. Sebelum pemilu AS pada November 2024, Beijing telah kesulitan menjalin kontak dengan tim Trump, yang semakin memperbesar kekhawatiran Tiongkok terhadap kebijakan keras Trump.
Secara keseluruhan, undangan Trump kepada Xi Jinping mencerminkan pendekatan diplomatik yang kompleks. Di satu sisi, hal ini dapat memperkuat posisi diplomatik Trump. Di sisi lain, pengiriman Han Zheng sebagai utusan menunjukkan upaya Xi Jinping untuk menjaga hubungan tetap stabil, sambil menghindari konfrontasi langsung dengan presiden AS yang terkenal sulit diprediksi ini. (jhn/yn)