Memahami Human Metapneumovirus (HMPV) – Risiko dan Pencegahan

Human metapneumovirus (HMPV) umumnya tidak menimbulkan ancaman serius bagi populasi umum, hanya menyebabkan gejala ringan mirip dengan flu biasa

Shan Lam dan JoJo Novaes

Setelah pandemi COVID-19, HMPV yang saat ini menyebar di Tiongkok menjadi sorotan global. 

Dalam program “Health 1+1,” Xiaoxu Sean Lin, pakar virologi asal Amerika dan mantan direktur laboratorium virologi di U.S. Army Research Institute, membahas karakteristik dan gejala infeksi HMPV serta berbagi strategi pencegahan yang efektif.

HMPV pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda pada tahun 2001, meskipun virus ini telah ada selama setidaknya 50 tahun. Karena biasanya hanya menyebabkan gejala ringan, infeksi HMPV sering kali tidak terdeteksi.

Baru-baru ini, artikel online beredar yang menyebutkan bahwa tingkat kematian akibat infeksi HMPV mencapai 43 persen. Namun, Lin menjelaskan bahwa angka ini menyesatkan. Jika tingkat kematian benar-benar mendekati 50 persen, HMPV sudah menjadi perhatian global utama, seperti Ebola atau COVID-19.

Studi di Amerika Serikat menemukan bahwa di antara pasien yang menjalani transplantasi sel hematopoietik, tingkat kematian akibat infeksi HMPV dapat mencapai 43 persen. Namun, angka ini hanya berlaku bagi individu dengan sistem imun yang sangat lemah dan tidak mencerminkan populasi umum.

Gejala umum infeksi HMPV meliputi:

  • Hidung berair
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Sakit tenggorokan
  • Mengi (suara napas berbunyi siulan)
  • Demam
  • Ruam

HMPV terutama menginfeksi saluran pernapasan atas, tetapi dalam beberapa kasus dapat menyebar ke saluran pernapasan bawah. Lin menjelaskan bahwa perkembangan ini sangat terkait dengan kondisi imun seseorang. Jika sistem imun melemah, virus lebih mungkin menyerang saluran pernapasan bawah, yang dapat menyebabkan bronkitis, pneumonia, dan respons inflamasi lainnya.

Setelah menginfeksi epitel bronkial, HMPV dapat menyebabkan edema dan inflamasi pada jaringan yang mengelilingi kantung udara di paru-paru. Dalam kasus yang jarang, infeksi HMPV dapat menyebabkan komplikasi serius seperti ensefalitis (peradangan otak) dan perdarahan alveolar difus (perdarahan di kantung udara paru-paru).

Populasi yang lebih rentan terhadap infeksi HMPV

Pada kebanyakan orang dewasa, infeksi HMPV hanya menyebabkan gejala ringan, dan pemulihan biasanya terjadi dalam dua minggu, kata Lin. Namun, infeksi ini dapat menyebabkan gejala lebih parah pada individu dengan sistem imun yang lemah. Pasien yang terinfeksi sebaiknya menghindari kontak dengan anak-anak atau orang dengan kekebalan yang terganggu.

Populasi yang lebih rentan terhadap infeksi HMPV meliputi:

  • Orang dengan sistem imun yang lemah, seperti pasien kanker, individu yang menjalani kemoterapi, dan penerima transplantasi organ.
  • Orang dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit hati kronis, atau penyakit ginjal.
  • Orang yang mengalami komplikasi atau efek samping setelah vaksinasi.
  • Orang yang telah mengalami beberapa kali infeksi COVID-19 dan belum sepenuhnya pulih.
  • Anak-anak di bawah usia lima tahun dan orang dewasa di atas usia 65 tahun.
  • Orang dengan bronkitis kronis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), atau kerusakan paru-paru akibat kebiasaan merokok jangka panjang.

Tidak Ada Obat yang Efektif

Saat ini, belum tersedia obat khusus untuk mengobati HMPV, kata Lin. Bahkan, banyak penyakit infeksi tidak memiliki pengobatan spesifik. Contohnya, meskipun ada obat antiretroviral untuk HIV, penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Bahkan untuk COVID-19, meskipun investasi global sangat besar, obat antivirus hanya efektif pada tahap awal infeksi dan tidak dapat sepenuhnya menekan virus.

HMPV belum menjadi fokus penelitian utama karena infeksi biasanya ringan, sehingga belum ada pengobatan khusus yang dikembangkan. Strategi pengobatan saat ini melibatkan penggunaan antihistamin untuk mengurangi inflamasi, serta pengelolaan gejala seperti demam. Terapi pendukung, termasuk teknik untuk meningkatkan pernapasan, juga digunakan untuk membantu tubuh melawan virus secara alami.

Cara Penularan dan Pencegahan

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), HMPV kemungkinan besar menyebar melalui:

  • Sekresi yang dihasilkan saat batuk atau bersin.
  • Kontak langsung, seperti berjabat tangan.
  • Menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus.

Untuk mencegah infeksi HMPV, Lin merekomendasikan penguatan langkah-langkah pencegahan penyakit pernapasan secara rutin. Langkah-langkah ini meliputi mencuci tangan secara teratur, memastikan ventilasi udara dalam ruangan yang baik, dan menghindari tempat ramai dengan sirkulasi udara buruk. Menguatkan sistem imun juga penting, yang dapat dilakukan melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, manajemen stres, dan menghindari merokok.

Lin juga menekankan pentingnya ventilasi yang baik dan menghirup udara segar. “Menghabiskan waktu di alam dan menghirup udara segar dapat membuat orang merasa segar dan penuh energi, bukan? Jadi, tidak perlu selalu memakai masker,” tambahnya.

Kurangnya Transparansi Laporan di Tiongkok

Terkait dengan tingginya jumlah infeksi HMPV yang dilaporkan di Tiongkok, Lin menyatakan bahwa untuk saat ini, HMPV tidak mungkin memicu pandemi besar berikutnya. Dia menunjukkan bahwa Amerika Serikat juga mengalami lonjakan kecil infeksi HMPV tahun lalu, tetapi tidak menyebabkan pandemi global atau peningkatan signifikan dalam ancaman patogenik. Selain itu, tidak ada laporan dari negara lain tahun ini yang menunjukkan bahwa HMPV telah mengalami mutasi baru yang mematikan atau peningkatan penularan yang signifikan.

Lin juga menyoroti kurangnya transparansi informasi dari Tiongkok, yang membuat sulit untuk menilai situasi sebenarnya. Belum jelas apakah pasien yang terinfeksi HMPV juga terinfeksi virus lain, sehingga mempersulit upaya untuk menentukan apakah HMPV merupakan penyebab utama lonjakan kasus pernapasan parah baru-baru ini di Tiongkok. Virus lain seperti COVID-19, respiratory syncytial virus (RSV), dan influenza mungkin juga menjadi faktor penyumbang, tambah Lin.

Situasi politik dan ekonomi yang memburuk di Tiongkok daratan juga memberikan tekanan besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat, ujar Lin. “Stres mental yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan fungsi sistem imun secara signifikan. Dalam banyak kasus, pikiran menyerah sebelum tubuh. Saya merasa sangat prihatin bagi mereka yang menyerah karena hal ini,” katanya.

“Saya percaya penting untuk memperkuat ketahanan dari perspektif mental dan spiritual. Fokus pada pertumbuhan spiritual dapat sangat membantu dalam menghadapi tantangan dan krisis di masa depan.” (asr)

FOKUS DUNIA

NEWS