Netanyahu Menyatakan Akan Terus Berperang Jika Diperlukan, Keluarga Sandera Cemas

EtIndonesia. Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah berlaku pada Minggu, 19 Januari, pukul 08:30 waktu setempat. Perjanjian ini mengakhiri konflik selama 15 bulan antara Israel dan kelompok militan Palestina di Gaza. Namun, pada Sabtu malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa “kita harus mempertahankan kekuatan militer untuk melanjutkan pertempuran jika diperlukan.”

Netanyahu menegaskan bahwa jika Hamas melanggar perjanjian tersebut, Israel memiliki hak untuk kembali berperang.

Berdasarkan perjanjian ini, gencatan senjata akan dilakukan dalam dua tahap. Namun, Netanyahu belum memberikan jaminan kepada publik bahwa Israel akan melanjutkan ke tahap kedua, sehingga banyak keluarga sandera khawatir bahwa orang-orang tercinta mereka akan ditinggalkan.

Retakan dalam Aliansi Pemerintah

Sementara itu, Netanyahu berusaha meyakinkan sekutu sayap kanannya untuk tetap berada dalam koalisi pemerintahan yang sedang goyah, meskipun mereka menentang gencatan senjata.

Anggota Partai Kekuatan Yahudi (Otzma Yehudit), sebuah partai sayap kanan ekstrem Israel, mengumumkan niat mereka untuk mengundurkan diri dari pemerintahan sebagai protes terhadap perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Hamas, yang melibatkan pembebasan tahanan Palestina.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu, partai tersebut mengecam perjanjian itu sebagai “kesepakatan gegabah” karena membebaskan “ratusan pembunuh yang tangannya berlumuran darah warga Israel, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak.”

Partai ini menganggap perjanjian tersebut sebagai “penyerahan” terhadap Hamas dan pengkhianatan atas pencapaian militer Israel dalam perang.

Menurut pernyataan tersebut, beberapa anggota partai, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Menteri Pembangunan Yitzhak Wasserlauf, dan Menteri Warisan Amihai Eliyahu, akan mengajukan pengunduran diri mereka pada Minggu pagi.

Meski begitu, keluarnya partai tersebut dari koalisi Netanyahu diperkirakan tidak cukup untuk menggulingkan pemerintahannya.

Setelah pengumuman itu, Itamar Ben Gvir merilis pernyataan yang tampaknya merespons komentar Netanyahu bahwa Israel akan melanjutkan pertempuran jika Hamas melanggar perjanjian. 

Dia menegaskan: “Karena Hamas belum dikalahkan, jelas bahwa kita harus kembali ke medan perang, dan hal ini tidak seharusnya bersyarat.”

Kekhawatiran Keluarga Sandera

Sebelum perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku, keluarga sandera Amerika yang ditahan di Gaza telah berdiskusi dengan tim transisi Trump dan pemerintahan Biden.

Menurut seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut, pada hari sebelum gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera diberlakukan, keluarga warga Amerika yang diyakini disandera oleh Hamas di Gaza berbicara dengan pejabat tinggi dari pemerintahan Biden serta tim keamanan nasional Presiden terpilih Donald Trump.

Sumber itu menyatakan bahwa pada Sabtu, keluarga tersebut bertemu dengan penasihat keamanan nasional Trump yang akan datang, Mike Waltz, di Capitol Hill. Adam Boehler, calon utusan presiden khusus untuk urusan sandera, juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Keluarga sandera menyampaikan kekhawatiran mereka bahwa sulit untuk memastikan pelaksanaan tahap pertama dan kedua dari perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera. Mereka meminta Waltz untuk “berkomitmen memastikan pelaksanaan perjanjian ini”, sehingga semua sandera dapat kembali kepada keluarga mereka.

Waltz meyakinkan keluarga bahwa penyelamatan sandera Amerika adalah prioritas utama tim Trump dan berjanji untuk memastikan hal tersebut tercapai.

Selain itu, pada Sabtu, keluarga sandera juga berbicara dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan sehari sebelumnya melakukan panggilan telepon dengan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.

Dilaporkan bahwa tujuh warga negara Amerika diyakini disandera oleh Hamas di Gaza. Tiga di antaranya diyakini masih hidup, sementara empat lainnya telah dikonfirmasi tewas, namun jasad mereka masih ditahan di Gaza.

Menurut laporan CNN sebelumnya, dua warga Amerika yang ditahan di Gaza, yaitu Keith Siegel dan Sagui Dekel-Chen, termasuk dalam daftar sandera yang dijadwalkan akan dibebaskan dalam enam minggu pertama perjanjian gencatan senjata.

Namun, keluarga sandera khawatir dengan komentar Netanyahu. Dalam pidato nasional yang disampaikan 12 jam sebelum gencatan senjata dimulai, Netanyahu menyatakan bahwa Israel memandang gencatan senjata sebagai langkah sementara dan tetap berhak melanjutkan pertempuran jika diperlukan.

Netanyahu juga memperingatkan bahwa gencatan senjata tidak akan dilanjutkan kecuali Israel menerima daftar nama sandera yang disetujui untuk dibebaskan. Daftar nama ini awalnya diharapkan diperoleh Israel dari mediator Qatar.Menurut laporan Associated Press, Presiden terpilih AS Donald Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia telah memberi tahu Netanyahu untuk “melakukan apa yang seharusnya dilakukan.” (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS