Surabaya — Sampah makanan menjadi persoalan serius yang memerlukan perhatian khusus. Berdasarkan data dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, sekitar 55% dari 1.600 ton sampah yang masuk setiap hari adalah sampah makanan, setara dengan 888 ton. Peningkatan jumlah sampah makanan ini juga berdampak langsung pada produksi gas metana, gas rumah kaca yang memiliki daya rusak 21 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2).
Studi dari Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat mengungkapkan bahwa satu ton sampah makanan menghasilkan emisi setara 595 kg CO2, setara dengan penggunaan listrik rumah tangga sebesar 700 kWh atau mengemudi sejauh 3.000 km. Fakta ini menegaskan pentingnya pengelolaan sampah makanan yang lebih baik.
“Dalam rangka memperingati Zero Waste Month 2025, tema yang diangkat adalah “food waste no more”. Zero waste month diperingati secara internasional setiap tahun setiap bulan Januari. Kota Surabaya akan mengadakan deklarasi gerakan “Makan Dihabiskan” pada Minggu, 19 Januari di Car Free Day (CFD) Jalan Darmo, di sudut Jalan Progo. Kegiatan ini akan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya bersama sekolah-sekolah Adiwiyata, Kampung Iklim, Trans Bag Community, dan komunitas Bonek Garis Hijau,” jelas Wawan Some, mewakili Nol Sampah.
Perayaan zero waste month bermula di Filipina pada tahun 2012 ketika para pemimpin pemuda mengeluarkan Manifesto Pemuda Zero Waste yang menyerukan, antara lain, perayaan zero waste month yang diresmikan melalui Deklarasi Presiden Filipina No. 760. saat ini peringatan zero waste month tidak hanya dilakukan di Filipina tetapi di beberapa negara terutama di Asia Pasifik.
Dalam rangka zero waste month ini, nol sampah bersama DLH kota Surabaya akan deklarasi gerakan makan dihabiskan bersama sekolah-sekolah Adiwiyata. Gerakan ini sejalan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan di Surabaya. Data survei awal pada 13 Januari di salah satu SMP menunjukkan bahwa setiap siswa rata-rata membuang 25-40 gram sisa makanan. Dengan jumlah penerima program MBG mencapai 600.000 siswa, potensi sampah makanan dapat mencapai 15 hingga 24 ton per hari. Melalui deklarasi ini, diharapkan siswa kader lingkungan menjadi penggerak kampanye pengelolaan sampah di sekolah masing-masing.
Selain deklarasi, akan dilakukan kampanye edukasi kepada pengunjung CFD untuk menghabiskan makanan dan menghentikan penggunaan alat makan sekali pakai. Meskipun pembatasan tas kresek telah mengurangi sampah plastik hingga 5 ton per hari, penggunaan alat makan sekali pakai justru meningkat seiring bertumbuhnya sektor kuliner. Langkah ini bertujuan tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menjaga kesehatan masyarakat.
Deklarasi ini juga akan melibatkan beberapa kampung iklim di Surabaya, Trans Bag Comunnity dan Bonek Garis Hijau. Kegiatan kolaboratif ini diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku konsumsi demi masa depan yang lebih lestari.