EtIndonesia. “Siapa pun yang mengganggu peristirahatan Firaun, malaikat maut akan membentangkan sayapnya di atas kepala mereka.” Itulah kutukan yang terukir di makam Firaun Tutankhamun.
Pada sore hari tanggal 26 November 1922, saat pintu makam Tutankhamun dibuka, kutukan Firaun ini tampaknya mulai bekerja. Dalam kurun waktu beberapa tahun setelahnya, lebih dari 20 orang yang terlibat dalam penggalian makam tersebut meninggal dunia akibat penyakit atau bahkan gangguan mental. Apakah insiden-insiden kematian misterius ini benar-benar terkait dengan kutukan Firaun?
Pada 26 November 1922, di sebuah lorong curam di kaki piramida di Lembah Para Raja, Mesir, berdiri seorang arkeolog bernama Howard Carter. Di sebelahnya adalah Lord Carnarvon, yang telah menghabiskan dana besar selama delapan tahun untuk mendukung penelitian ini. Di hadapan mereka terdapat pintu makam Firaun kuno yang telah tertutup selama lebih dari 3.000 tahun.
Dengan hati-hati, Carter membuka sebagian kecil dari pintu makam dan dengan tergagap berkata: “Ajaib—keajaiban yang luar biasa!”
Inilah momen penemuan paling penting dalam sejarah arkeologi: Makam Firaun muda Tutankhamun. Tutankhamun memerintah Mesir selama 9 tahun, tetapi pada tahun 1350 SM, dia meninggal secara misterius di usia 18 tahun. Tak pernah dia duga bahwa setelah dimakamkan selama 3.200 tahun, namanya akan menjadi berita yang mendunia.
Makam ini terletak di kaki tebing di Lembah Para Raja, terdiri dari empat ruang makam. Terdapat tanda-tanda bahwa tak lama setelah pemakaman, pencuri makam sempat masuk ke ruang depan. Perhiasan yang berserakan di lantai menunjukkan bahwa mereka ketakutan dan tidak melanjutkan aksi mereka. Pintu makam kemudian ditutup kembali, dan makam secara keseluruhan tetap utuh.
Ketika memasuki makam, para penemu melihat banyak harta karun yang berserakan di lantai dan merasa sangat gembira. Namun, ketika mereka membaca sebuah prasasti yang terukir di atas lempengan tanah liat, mereka merasakan kengerian: “Maut akan membentangkan sayapnya untuk mencekik siapa pun yang berani mengganggu peristirahatan Firaun!”
Saat mereka masih ragu-ragu tentang kebenaran kutukan itu, serangkaian insiden buruk mulai terjadi. Pertama, Lord Carnarvon digigit serangga saat berada di makam dan meninggal tidak lama setelahnya. Kemudian, sekretarisnya, Dick Bethell, serta beberapa orang lainnya yang terlibat juga meninggal satu per satu. Seolah-olah pedang pembalasan Firaun mengejar siapa pun yang mengganggu peristirahatan Tutankhamun. Dalam waktu enam tahun, 23 orang meninggal secara misterius.
Apakah mungkin para Firaun yang telah menjadi mumi di makam kuno mereka selama ribuan tahun benar-benar dapat mengutuk orang-orang yang menemukan mereka?
Beberapa Pandangan Tentang “Kutukan Firaun”
Hingga saat ini, fenomena yang disebut sebagai “kutukan Firaun” memiliki beberapa pandangan dan penjelasan, di antaranya:
1. Pandangan pertama menyatakan bahwa di dinding makam terdapat lapisan berwarna merah muda dan hijau keabu-abuan, yang mungkin merupakan semacam sinar mematikan. Diperkirakan sinar ini memancarkan zat tertentu yang dapat menyebabkan kematian.
2. Pandangan kedua mengemukakan bahwa budaya kuno Mesir telah cukup maju untuk memungkinkan Firaun menggunakan serangga beracun dan racun sebagai senjata perlindungan di makam mereka untuk menghalau pencuri makam. Pada tahun 1956, ahli geografi Whites melaporkan bahwa dia diserang kelelawar saat menggali makam di Rokaribe.
3. Pandangan ketiga berasal dari seorang profesor kedokteran di Kairo, yang menemukan virus berusia 4.000 tahun di mumi Firaun. Dia percaya bahwa orang-orang yang terpapar virus ini dapat mengalami infeksi saluran pernapasan dan meningitis, yang pada akhirnya menyebabkan sesak napas dan kematian.
4. Pandangan keempat dikemukakan oleh seorang dokter Prancis bernama Philippe, yang pada tahun 1983 menyatakan bahwa kematian para penemu dan pengunjung makam disebabkan oleh reaksi alergi terhadap jamur di dalam makam. Setelah penelitian panjang, dia menemukan bahwa gejala para korban hampir sama: infeksi paru-paru yang menyebabkan sesak napas hingga akhirnya meninggal. Ia menjelaskan bahwa setelah Firaun meninggal, makam mereka tidak hanya berisi harta karun, perhiasan, dan pakaian, tetapi juga berbagai buah-buahan, sayuran, dan makanan lainnya. Benda-benda ini, setelah ribuan tahun, membusuk dan menghasilkan jamur mikroskopis yang tidak terlihat oleh mata. Siapa pun yang menghirup jamur ini akan mengalami serangan akut di paru-paru, menyebabkan kesulitan bernapas hingga akhirnya meninggal secara mengenaskan.
Dengan demikian, tampaknya jamur-jamur inilah yang dianggap sebagai “kutukan Firaun”.(jhn/yn)