ETIndonesia. Pada Senin, 20 Januari 2025, di Rotunda Gedung Capitol AS, Donald Trump mengambil sumpah jabatan selaku Presiden AS ke-47 di atas Alkitab Lincoln dan sebuah Alkitab yang diberikan oleh ibunya, Mary Trump. Sementara Melania Trump, Ibu Negara, memegang kedua Alkitab tersebut, Ketua Mahkamah Agung AS memimpin pengambilan sumpah, menjadikan Trump sebagai presiden kedua dalam sejarah AS yang terpilih untuk dua masa jabatan non-berturut-turut di Gedung Putih.
“Saya bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan menjalankan tugas sebagai presiden Amerika Serikat dengan setia, dan akan dengan kemampuan terbaik saya menjaga, melindungi, dan membela Konstitusi Amerika Serikat, semoga Tuhan menolong saya,” demikian ucap Trump yang ditemani oleh lima anaknya.
Sebelumnya JD Vance juga mengucapkan sumpahnya sebagai Wakil Presiden AS yang juga dipandu oleh Hakim Agung Justice Brett Kavanaugh.
“Saya bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan mendukung dan membela Konstitusi Amerika Serikat dari semua musuh, baik asing maupun domestik; bahwa saya akan menjunjung tinggi iman dan kesetiaan yang sejati; bahwa saya mengambil kewajiban ini dengan sukarela, tanpa ada keraguan atau maksud untuk mengelak; dan bahwa saya akan melaksanakan tugas jabatan yang akan saya emban dengan baik dan setia, semoga Tuhan menolong saya.”
Upacara, yang biasanya dilakukan di luar West Front Gedung Capitol, dipindahkan ke Rotunda karena cuaca musim dingin.
Suhu pada saat upacara dimulai adalah 24°F (-4°C) dengan faktor angin dingin 11°F (-11°C) di bawah langit yang sebagian besar berawan. Beberapa tamu menyaksikan acara tersebut dari jarak jauh di Capital One Arena karena keterbatasan tempat duduk di ruangan Rotunda. Pelantikan Presiden Ronald Reagan pada tahun 1985 dan William H. Taft pada tahun 1909 juga dilakukan di dalam ruangan karena cuaca buruk.
Trump kembali menjabat untuk memimpin negara yang sedang menghadapi inflasi tinggi dan rekor imigrasi ilegal, situasi yang menjadi latar kemenangan Trump namun juga menghadirkan tantangan besar bagi presiden yang baru dilantik.
Semua mantan presiden dan wakil presiden yang masih hidup menghadiri upacara pada 20 Januari itu.
Hubungan antara Trump dan Presiden Joe Biden yang akan meninggalkan jabatannya cenderung tegang, meskipun keduanya terlihat berbincang santai saat tiba di Gedung Capitol. Biden dijadwalkan pergi ke Santa Ynez, California, menggunakan pesawat kepresidenan setelah pelantikan.
Sesuai tradisi presiden, Biden meninggalkan surat untuk presiden baru di Ruang Oval sebelum meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya. Biden juga akan memberikan pidato perpisahan bersama stafnya di Pangkalan Udara Gabungan Andrews sebelum berangkat ke California.
Trump memilih untuk tidak menghadiri pelantikan Biden pada tahun 2021, dengan mengatakan bahwa pemilu telah dicurangi. Sebelum meninggalkan Washington, Trump mengatakan kepada wartawan, “Semoga ini bukan perpisahan yang lama.”
Pengumuman Trump untuk mencalonkan diri ketiga kalinya pada November 2022 memulai kampanye dua tahun yang penuh gejolak. Beberapa hari setelah itu, mantan presiden tersebut didakwa dalam salah satu dari empat kasus pidana yang diajukan terhadapnya selama pencalonan kembali. Trump bersikeras bahwa semua dakwaan tersebut adalah bagian dari “perburuan penyihir” yang bermotif politik.
Para penentangnya mengatakan bahwa dakwaan tersebut adalah bukti bahwa “tidak ada yang kebal hukum.”
Biden mengakhiri kampanye presidennya pada 21 Juli 2024, di bawah tekanan dari para pemimpin Partai Demokrat. Wakil Presiden Kamala Harris, dengan dukungan Biden, mencalonkan diri 15 hari kemudian, menghasilkan kampanye presiden selama 92 hari.
Selama kampanye, Trump dan sekutunya merangkul kritik sebagai tanda kehormatan.
Insiden paling dramatis terjadi pada 13 Juli 2024, ketika peluru mengenai telinga Trump dalam upaya pembunuhan yang gagal di Pennsylvania. Trump bangkit dengan darah mengalir di telinganya, mengangkat tinjunya, dan berteriak, “Fight! Fight! Fight!” menciptakan momen ikonik dalam sejarah modern Amerika.
Trump memenangkan semua tujuh negara bagian medan pertempuran pada pemilu 5 November 2024, meraih masa jabatan presiden non-berturut-turut yang langka.
Para pemimpin dunia seperti Presiden Argentina Javier Milei dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni hadir dalam pelantikan tersebut, sementara pemimpin rezim Tiongkok Xi Jinping mengirim wakilnya, Han Zheng, sebagai perwakilan khusus.
Para pemimpin teknologi seperti Sundar Pichai dari Google, Jeff Bezos dari Amazon, Mark Zuckerberg dari Meta, Tim Cook dari Apple, dan Sam Altman dari OpenAI juga hadir, bersama Elon Musk dan Vivek Ramaswamy, yang akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan Trump.
Para ahli mengatakan bahwa masa jabatan kedua Trump kemungkinan akan berbeda, bukan dalam arah, tetapi dalam efektivitas. Namun, Biden menggunakan otoritas eksekutif secara ekstensif di hari-hari terakhirnya, yang mempersulit pelaksanaan agenda Trump.
Pada 19 Januari, Trump berjanji untuk mencabut perintah eksekutif Biden dalam beberapa jam setelah menjabat, termasuk kebijakan terkait keanekaragaman, kesetaraan, dan inklusi. Trump juga akan menandatangani perintah untuk memperketat imigrasi ilegal dan melanjutkan pembangunan tembok perbatasan.
Pidato pelantikannya menegaskan kebijakan berbasis merit dan penghapusan konsep kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran bagi anak imigran ilegal.
Pelantikan ini merupakan inti dari empat hari acara, termasuk makan malam, pertemuan di Arlington National Cemetery, dan kebaktian di Katedral Nasional Washington. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com