Menlu AS Rubio Telepon Perdana Menteri Israel, Bahas Masalah Iran dan Gaza

EtIndonesia. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pada hari Rabu (22/1), Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menegaskan kembali dukungan Washington terhadap sekutunya dan mendiskusikan masalah Iran serta masalah sandera di Gaza.

Ini adalah panggilan pertama Rubio dengan pemimpin Israel sejak pemerintahan Trump dilantik pada hari Senin. Selama periode konflik di Gaza dan Lebanon, baik Presiden Trump maupun mantan Presiden Partai Demokrat AS, Joe Biden, keduanya adalah pendukung kuat Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Rubio menekankan: “Menjaga dukungan teguh Amerika Serikat terhadap Israel adalah prioritas utama Presiden Trump.”

Departemen Luar Negeri juga menambahkan bahwa Rubio memberi tahu Netanyahu bahwa Amerika Serikat akan terus berusaha keras untuk membantu membebaskan sisa sandera yang masih ada di Gaza.

Menurut data dari Israel, pada 7 Oktober 2023, kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel, mengakibatkan 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera. Setelah itu, Israel melancarkan serangan balasan terhadap Hamas dan bertempur di berbagai front dengan kelompok militan yang didukung oleh Iran.

Meski organisasi hak asasi manusia mengkritik tindakan balasan Israel yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza, Washington tetap mendukung Israel dan menyatakan bahwa sekutu Timur Tengah ini sedang melawan berbagai kelompok militan yang didukung oleh Iran, termasuk Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, serta militan Houthi di Yaman.

Selama beberapa bulan terakhir, Israel berhasil melumpuhkan Hamas dan Hizbullah, dua kelompok militan besar yang pemimpinnya tewas dalam pertempuran, dan kini keduanya telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

Sejak 7 Oktober, Israel telah mengikis sebagian besar kekuatan Iran di seluruh kawasan Timur Tengah.

Pada Oktober tahun lalu, Israel menyerang Iran, merusak sistem pertahanan udara dan produksi misil Iran secara signifikan. Beberapa bulan setelahnya, Iran masih belum mewujudkan ancaman balas dendamnya. Beberapa analis berpendapat bahwa ini mungkin karena Iran tidak mampu membalas.

Bulan lalu, kejatuhan rezim Assad di Suriah juga menyebabkan Iran kehilangan salah satu sekutu terdekatnya di kawasan tersebut.

Dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih, Iran mungkin menghadapi prospek peningkatan kesulitan ekonomi dan isolasi lebih lanjut, yang bisa memberikan Trump lebih banyak kekuatan untuk mencegah rezim ini mengembangkan program nuklirnya.

Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataan tersebut juga menyebutkan: “Menteri Luar Negeri mengungkapkan harapannya untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Iran dan mencari peluang untuk perdamaian.” (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS