Darah Tiram Australia Bisa Jadi Rahasia untuk Mengatasi ‘Krisis Kesehatan Global yang Mengancam’

EtIndonesia. Menyeruput tiram mungkin akan segera melakukan lebih dari sekadar memuaskan keinginan Anda akan makanan laut.

Ilmuwan Australia menemukan protein dalam darah tiram batu Sydney yang tidak hanya membunuh bakteri tetapi juga meningkatkan kekuatan antibiotik konvensional.

Temuan ini bisa menjadi pengubah permainan dalam perang melawan resistensi antimikroba, yang disebut sebagai “krisis kesehatan global yang mengancam”.

Bakteri super meningkat

Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri dan kuman lain berevolusi menjadi lebih kuat daripada antibiotik yang dirancang untuk membunuh mereka, sering kali karena penggunaan yang berlebihan dan salah.

Infeksi yang disebabkan oleh apa yang disebut “bakteri super” ini lebih sulit, jika tidak mustahil, untuk diobati, merenggut lebih dari 1 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahun sejak 1990.

Situasinya diperkirakan akan semakin buruk. Sebuah studi tahun 2024 memperkirakan bahwa infeksi yang resistan terhadap antibiotik dapat menyebabkan lebih dari 39 juta kematian pada tahun 2050 — tiga kematian setiap menit — tanpa intervensi. Para peneliti di Southern Cross University percaya bahwa tiram batu Sydney dapat berperan dalam memerangi krisis kesehatan yang semakin meningkat.

Senjata rahasia alam

Saat mengembangkan obat baru, para ilmuwan sering kali mencari inspirasi dari alam, dengan fokus pada organisme dengan mekanisme pertahanan bawaan terhadap infeksi. Faktanya, lebih dari 90% antibiotik yang kita andalkan saat ini berasal dari sumber alami.

“Tiram terus-menerus menyaring bakteri dari air, jadi mereka adalah tempat yang baik untuk mencari antibiotik potensial,” kata Kirsten Benkendorff, salah satu penulis studi dan ilmuwan kelautan interdisipliner di Southern Cross, dalam sebuah pernyataan.

Dalam studi sebelumnya, tim menemukan bahwa protein yang ditemukan dalam hemolimfa (alias darah tiram) efektif membunuh Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus pyogenes, bakteri yang masing-masing bertanggung jawab atas pneumonia dan radang tenggorokan.

Biasanya, bakteri menghindari antibiotik dan sistem kekebalan tubuh dengan membentuk gugusan yang disebut biofilm, yang membungkus diri mereka dalam lapisan pelindung yang lengket.

Para peneliti menemukan bahwa protein hemolimfa tiram membantu menghalangi pembentukan biofilm dan dapat menembus biofilm yang ada, sehingga memungkinkan antibiotik untuk menargetkan bakteri dengan lebih efektif.

Dalam uji laboratorium, protein tiram meningkatkan efektivitas antibiotik terhadap berbagai patogen pernapasan berbahaya hingga 32 kali lipat.

Hasilnya sangat menjanjikan untuk Staphylococcus aureus (staph emas), penyebab utama infeksi kulit dan aliran darah yang resistan terhadap obat, dan Pseudomonas aeruginosa, yang menimbulkan ancaman signifikan bagi pasien dengan gangguan kekebalan tubuh yang menderita fibrosis kistik.

Yang terpenting, para peneliti mengatakan bahwa protein hemolimfa tiram tidak beracun bagi sel manusia yang sehat, yang menunjukkan bahwa protein tersebut suatu hari nanti dapat digunakan untuk mengembangkan produk alami guna mengobati infeksi bakteri. Namun, mereka memperingatkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut pada hewan dan manusia.

“Sementara itu, menyeruput tiram dapat membantu menjauhkan kuman pernapasan,” kata Benkendorff. “Tiram mengandung seng, yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan vitamin yang sangat baik yang juga membantu mengatur kekebalan tubuh.”

Moluska berlendir dan cangkangnya telah lama menjadi bahan pokok dalam pengobatan tradisional untuk mengobati segala hal mulai dari kondisi peradangan dan insomnia hingga tekanan darah tinggi dan jantung berdebar-debar.

Dan meskipun tidak ada bukti ilmiah bahwa tiram meningkatkan gairah seks, tiram telah lama dianggap sebagai afrodisiak alami. (yn)

Sumber: nypost

FOKUS DUNIA

NEWS