Trump Dorong Perundingan Damai dan Tekan Rusia, Sekjen NATO Serukan Dukungan Sekutu Eropa

ETIndonesia. Selama kampanye pemilu, Donald Trump sering mengatakan bahwa dia akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina dalam waktu 24 jam setelah menjabat. Namun, konflik di Eropa Timur tampaknya lebih rumit dan sulit diselesaikan dibandingkan konflik di Timur Tengah. Untuk mendorong perundingan damai antara Rusia dan Ukraina, Trump secara terbuka menekan Vladimir Putin dan menyerukan Beijing di forum internasional. 

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, pembawa acara bertanya kepada Trump: “Apakah tahun depan Ukraina dan Rusia akan mencapai kesepakatan damai?”

Presiden AS Donald Trump menjawab: “Anda harus bertanya kepada Rusia. Ukraina sudah siap untuk mencapai kesepakatan.”

Pada 23 Januari, dalam konferensi internasional pertamanya setelah dilantik, Trump menyatakan harapannya untuk segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna mengakhiri perang.

Sehari sebelumnya, Trump menekan Putin melalui unggahan di media sosial. Dia mengatakan: “Saya akan memberikan bantuan besar bagi ekonomi Rusia yang sedang resesi dan Presiden Putin. Segera selesaikan masalah ini, hentikan perang konyol ini! Jika tidak, situasi hanya akan semakin memburuk. Jika kita tidak segera mencapai kesepakatan, saya tidak punya pilihan selain mengenakan pajak, tarif, dan sanksi yang tinggi terhadap semua produk yang Rusia jual ke Amerika Serikat dan negara terkait lainnya.”

Peneliti Taiwan Institute for National Defense and Security Research, Shen Mingshi, berpendapat bahwa Putin mungkin menggunakan strategi penundaan.

“Anda mengatakan ingin gencatan senjata dan negosiasi, maka saya akan mengajukan syarat yang tidak dapat Anda terima. Dengan demikian, tanggung jawab atas kegagalan gencatan senjata bukan pada saya, melainkan pada Anda yang menolak syarat saya,” katanya. 

“Putin bisa terus menunda, melindungi operasi militer saat ini, dan mendapatkan lebih banyak waktu untuk persiapan. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan gencatan senjata sudah semakin kecil, sehingga cara lain mulai digunakan untuk memaksa negosiasi atau membuka jalan ke arah gencatan senjata.”

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi bahwa sanksi yang disebut Trump bukanlah hal baru, karena Trump telah melakukannya selama masa jabatan pertamanya. Peskov juga menegaskan kembali kesiapan Putin untuk berdialog secara setara dengan Trump.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 21 Januari di Forum Davos menyatakan prasyarat untuk perundingan damai, yaitu setidaknya diperlukan 200.000 tentara Eropa di garis depan Ukraina timur untuk menjamin keamanan negara. 

Zelenskyy juga menyoroti pengaruh besar PKT terhadap Rusia, sekaligus mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pemerintah AS mungkin akan mengesampingkan Eropa dalam negosiasi dengan Rusia dan PKT.

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyatakan apresiasi terhadap upaya Trump dalam menekan Putin dan mendorong perundingan damai, serta menyerukan dukungan dari sekutu Eropa.

“Saya benar-benar senang dia (Trump) melakukannya. Saya berharap orang-orang Eropa akan mendukungnya. Sanksi dari Amerika Serikat akan berhasil. Jika kita di Eropa mendukung mereka dan bekerja bersama, maka efektivitas AS akan meningkat,” ujarnya. 

Rutte juga menambahkan bahwa jika Amerika Serikat terus mendukung Ukraina, Eropa tidak boleh tinggal diam dan harus meningkatkan pengeluaran pertahanan. Sebelumnya, Trump mengajukan tuntutan baru kepada anggota NATO, menyarankan agar pengeluaran pertahanan negara-negara anggota dinaikkan dari 2% menjadi 5% dari PDB.

Selain menekan Putin, Trump juga secara terbuka menyerukan kepada Xi Jinping agar Tiongkok memainkan peran positif.

Donald Trump berkata : “Saya berharap Tiongkok dapat membantu kita menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina. Saya telah membicarakan hal ini melalui telepon dengan Presiden Xi Jinping. Saya berharap kita dapat bekerja sama untuk mengakhiri perang ini.”

Di medan perang Rusia-Ukraina, pasukan Rusia dan tentara Korea Utara terus maju dengan strategi tameng manusia. Para tentara Ukraina yang mempertahankan garis depan di Donetsk, Ukraina timur, merasa kelelahan dan berharap untuk rotasi, serta meminta lebih banyak senjata dan amunisi. (hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS