Kesaksian Mengejutkan: Dokter Militer PKT Diduga Melakukan Pengambilan Organ Secara Hidup-Hidup

ETIndonesia. Seorang mantan sopir ambulans di salah satu universitas kedokteran militer di Tiongkok baru-baru ini mengungkapkan kepada media independen “Zeng Zhen Zhen Yan” bahwa ia pernah menyaksikan pengambilan organ manusia secara hidup-hidup di rumah sakit militer PKT. Dalam insiden tersebut, seorang dokter menggunakan gergaji listrik ortopedi untuk membelah tulang dada seorang pria yang masih hidup secara tiba-tiba terbangun dan menjerit kesakitan.


“Jika Anda mendengar suara itu, Anda tidak akan pernah bisa melupakannya seumur hidup Anda. Seperti suara dari neraka, sangat mengerikan,” ujar Saksi mata. 

Pernyataan ini diungkapkan dalam sebuah rekaman yang dipublikasikan oleh pembawa acara media independen “Zeng Zhen Zhen Yan”, Zeng Zhen. Saksi mata tersebut menggambarkan proses pengambilan organ secara hidup-hidup yang mengerikan di rumah sakit militer PKT.

Saksi ini pernah bekerja sebagai sopir ambulans di sebuah universitas kedokteran militer PKT yang memiliki tiga rumah sakit afiliasi. 

Demi melindungi identitas saksi, Zeng Zhen mengubah suara dalam rekaman tersebut dan menyembunyikan informasi spesifik tentang waktu, lokasi, dan nama-nama yang terlibat.


“Ketika mereka membutuhkan organ, mereka akan bekerja sama dengan departemen kepolisian. Rumah sakit ini adalah bagian dari universitas militer dengan tiga rumah sakit afiliasi, semuanya memiliki kemampuan medis untuk transplantasi organ,” demikian Saksi mata menjelaskan. 

“Mereka akan bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk menentukan siapa yang akan menjadi donor organ, bahkan dari luar daerah. Bahkan jika hukuman mati dilakukan di luar daerah, mereka akan membawa tubuh tersebut ke rumah sakit ini,” katanya. 

Dalam salah satu misinya, saksi mengendarai ambulans ke lokasi eksekusi. Sekitar 10 “terpidana mati” dieksekusi di lokasi tersebut, yang berada di tepi sungai. Lokasi itu dijaga ketat oleh pihak berwenang, melarang orang luar untuk mendekat. 

Setelah eksekusi, delapan jenazah dibawa menggunakan kendaraan militer untuk dibuang, sementara dua “jenazah” dengan tanda khusus dibiarkan di tepi sungai untuk diambil organnya di tempat.

Saksi menambahkan: “Setelah eksekusi, dokter dari rumah sakit militer biasanya langsung melakukan otopsi dan pengambilan organ. Salah satu korban tidak sadarkan diri hingga proses selesai, tetapi korban kedua terbangun di tengah-tengah prosedur.”

Karena pengalaman traumatis ini, saksi akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Saksi juga memperingatkan bahwa rumah sakit di Tiongkok yang memiliki fasilitas transplantasi organ sering mengumpulkan data medis dari masyarakat umum dan narapidana dengan dalih “pemeriksaan kesehatan gratis” atau “layanan medis”. Ia mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan tidak tertipu oleh program semacam itu. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS