ETIndonesia. Fokus berita kali ini tentang Trump mendeklasifikasi tiga kasus pembunuhan besar di Amerika Serikat; misteri pembunuhan Kennedy terungkap. Selain itu, Departemen Pertahanan AS mengungkapkan rahasia besar: Apakah virus dibuat bersama oleh Partai Komunis Tiongkok dan Fauci?. Beberapa hari usai dilantik, trump kunjungi Carolina Utara dan wilayah bencana di California; marah dan mencabut otoritas FEMA.
Trump Deklasifikasi Tiga Kasus Pembunuhan Besar AS
Setelah menjabat, Trump menandatangani banyak perintah eksekutif yang mencakup berbagai aspek kehidupan Amerika. Salah satu perintah eksekutif yang paling menggemparkan masyarakat adalah ketika Trump melakukan hal yang tidak pernah dilakukan presiden sebelumnya: mendeklasifikasi dokumen rahasia terkait pembunuhan Presiden John F. Kennedy, mantan Jaksa Agung Robert F. Kennedy, dan pemimpin hak sipil kulit hitam, Martin Luther King Jr.
Apakah Anda memperhatikan bahwa Trump memberikan pena tanda tangan terakhirnya kepada Robert F. Kennedy Jr.? Ia adalah putra dari Robert F. Kennedy yang terbunuh, keponakan dari John F. Kennedy, dan saat ini merupakan Menteri Kesehatan yang diusulkan oleh Trump. Tindakan ini memiliki makna yang mendalam. Secara gamblang, Trump ingin memberikan penjelasan kepada rakyat Amerika dan juga kepada keluarga Kennedy yang telah lama berada dalam kegelapan.
Mungkin banyak yang bertanya, “Kapan kita bisa melihat isi deklasifikasi ini?” Sesuai rencana, setelah Trump menandatangani perintah eksekutif, Direktur Intelijen Nasional dan Jaksa Agung harus memberikan langkah-langkah rinci untuk mendeklasifikasi dokumen terkait pembunuhan Presiden John F. Kennedy dalam waktu 15 hari. Dalam waktu 45 hari, mereka juga harus memberikan rencana deklasifikasi untuk dokumen terkait pembunuhan Robert F. Kennedy dan Martin Luther King Jr. Jadi, kita masih perlu menunggu.
Ketiga kasus pembunuhan ini adalah kasus pembunuhan paling misterius dalam sejarah Amerika Serikat. Presiden John F. Kennedy terbunuh pada tahun 1963 di Dallas, Texas. Lima tahun kemudian, pada tahun 1968, saudaranya Robert F. Kennedy dibunuh saat mencalonkan diri sebagai presiden di California, hanya dua bulan setelah Martin Luther King Jr. dibunuh di Memphis.
Kasus-kasus ini penuh dengan misteri. Pada November 1963, Presiden John F. Kennedy ditembak mati saat naik mobil terbuka di Dallas. Hasil investigasi resmi hanya menyebutkan bahwa pelakunya adalah mantan marinir, Lee Harvey Oswald. Namun, banyak orang Amerika percaya bahwa ini hanyalah “pengalihan”. Dua hari setelah pembunuhan Kennedy, Oswald—yang dituduh sebagai pelaku penembakan—dibunuh di depan umum oleh Jack Ruby di bawah pengawasan ketat polisi. Ini membuat investigasi terhenti, sehingga berbagai teori konspirasi muncul, termasuk tuduhan terhadap CIA, mafia, dan lainnya.
Namun, semua bukti dan informasi terkait kasus pembunuhan Kennedy telah disegel sebagai rahasia oleh pemerintah AS. Kini, rahasia ini akhirnya akan terungkap. Apa rahasia besar yang tersembunyi di dalamnya? Kita akan segera mengetahuinya.
Kasus pembunuhan lainnya juga penuh dengan intrik. Pada Juni 1968, Robert F. Kennedy dibunuh di Los Angeles saat berkampanye. Pelakunya adalah seorang pria Palestina bernama Sirhan Sirhan. Menurut penyelidikan resmi, Sirhan tidak puas dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Israel. Ia dihukum atas pembunuhan tingkat pertama dan hingga kini masih menjalani hukuman penjara. Namun, putra Robert F. Kennedy, Robert F. Kennedy Jr., mengatakan bahwa ia pernah berbicara dengan Sirhan di penjara dan tidak percaya bahwa Sirhan membunuh ayahnya. Ia juga mengisyaratkan bahwa pembunuhan ayah dan pamannya mungkin melibatkan konspirasi yang sama. Hal ini semakin menambah misteri kasus tersebut.
Kasus ketiga yang akan dideklasifikasi adalah pembunuhan pemimpin hak sipil terkenal, Martin Luther King Jr. Hasil investigasi resmi menyebutkan bahwa pelakunya adalah seorang nasionalis kulit putih bernama James Earl Ray. Awalnya, Ray mengaku bersalah, tetapi kemudian mencabut pengakuannya dan menyatakan dirinya tidak bersalah hingga ia meninggal dunia di penjara pada tahun 1998. Keluarga Martin Luther King juga percaya bahwa ini bukan tindakan “serigala tunggal” melainkan ada konspirasi besar di baliknya.
Menariknya, bukan berarti semua presiden AS enggan mendeklasifikasi rahasia ini. Pada tahun 1992, Presiden George H.W. Bush menandatangani undang-undang yang mewajibkan dokumen terkait pembunuhan Kennedy untuk dibuka dalam waktu 25 tahun. Namun, undang-undang ini memberikan “celah” yang memungkinkan presiden berikutnya untuk menunda publikasi jika dianggap merugikan keamanan nasional. Itulah sebabnya, hingga tahun 2017 di masa jabatan pertama Trump, deklasifikasi masih ditunda dengan alasan “keamanan nasional”, atas desakan CIA dan FBI.
Menurut Trump, dokumen terkait pembunuhan Kennedy berjumlah ribuan. Namun demikian, dokumen yang benar-benar mengandung rahasia besar hanya beberapa saja. Kini, dokumen-dokumen ini akhirnya akan dipublikasikan kepada publik.
Jika pembunuhan Kennedy hanya berdampak besar di dalam negeri, dokumen yang baru saja dirilis oleh DARPA (Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan AS) menyentuh rahasia global yang mengejutkan seluruh dunia.
Departemen Pertahanan AS Ungkap Rahasia Besar: Apakah PKT dan Fauci Berkolaborasi Membuat Virus?
Dokumen ini secara langsung mengungkap bahwa virus yang dikenal sebagai Virus PKT (Partai Komunis Tiongkok), yang menyebabkan pandemi global dan menewaskan setidaknya 5,6 juta orang, diciptakan di Institut Virologi Wuhan. Selain itu, virus ini terkait dengan Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Penyakit Menular AS.
Dokumen tersebut juga menuduh bahwa Fauci berperan dalam mendanai, bahkan mungkin mengawasi langsung penelitian berbahaya yang menyebabkan munculnya virus mematikan ini. Pengacara Tom Renz dari Ohio, yang mewakili “Tim Pengacara Amerika”, secara terang-terangan menuding PKT terlibat dalam pembuatan pandemi global.
Dalam pernyataannya, Renz menyebutkan penelitian “gain-of-function” yang terkait dengan Fauci. Istilah ini mungkin terdengar asing, tetapi sederhananya, penelitian ini diduga mengubah virus menjadi lebih berbahaya. Virus corona penyebab pandemi global diyakini muncul dari penelitian semacam itu.
Baru-baru ini, Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang semua penelitian virologi gain-of-function di AS. Langkah ini bertujuan untuk menghentikan upaya pembuatan virus baru secara sengaja di masa mendatang.
Yang lebih menarik, media arus utama AS melaporkan bahwa pada 23 Januari, Trump mengakhiri layanan perlindungan keamanan khusus pemerintah untuk Fauci. Ketika seorang jurnalis bertanya apakah Trump akan merasa bersalah jika Fauci mengalami bahaya akibat pencabutan perlindungan tersebut, Trump secara tegas menjawab, “Tidak!”
Lalu, berapa banyak kekayaan yang telah Fauci kumpulkan? Menurut laporan, hingga tahun 2022, saat pandemi belum sepenuhnya berakhir, kekayaan bersih Fauci sudah melebihi 10 juta dolar AS. Hanya pada tahun 2020, ketika pandemi baru mulai, Fauci berhasil mengantongi 1,7 juta dolar AS.
Trump Kunjungi Daerah Bencana di Carolina Utara dan California, Usulkan Pembubaran FEMA
Pada 24 Januari, Trump dan Ibu Negara Melania memulai perjalanan domestik pertama mereka sejak Trump menjabat. Kunjungan ini bertujuan meninjau dan membantu dua wilayah bencana, yaitu wilayah barat Carolina Utara dan Los Angeles, California.
Sebelum naik pesawat, Trump mengemukakan dua harapan untuk perbaikan di California:
- Penduduk harus memiliki kartu identitas pemilih.
- Air yang dapat digunakan untuk pemadaman kebakaran harus tersedia.
Tujuan pertama perjalanan ini adalah Carolina Utara, yang mana pada September tahun lalu terkena dampak badai Helen. Setelah meninjau komunitas yang hancur akibat badai, Trump menyatakan akan menghapus berbagai perizinan dan prosedur birokrasi yang menghambat rekonstruksi di sana. Trump menemukan bahwa meskipun empat bulan telah berlalu sejak badai, banyak area masih dalam kondisi hancur dan menghadapi banyak masalah. Ia sangat tidak puas dengan kinerja FEMA (Badan Manajemen Darurat Federal AS) dan menilai lembaga tersebut gagal melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menangani bencana. Trump bahkan bersumpah untuk melakukan reformasi mendasar terhadap FEMA, atau bahkan membubarkannya.
Meski belum jelas apakah pejabat Carolina Utara setuju dengan saran Trump, seorang warga yang menjadi korban badai telah mengungkapkan isi hati yang mewakili banyak penduduk daerah bencana lainnya. (Hui)