EtIndonesia. Laporan pertama tentang kecelakaan Jeju Air pada Desember tahun lalu di Korea Selatan telah mengonfirmasi jejak tabrakan burung di mesin pesawat.
Meskipun demikian, para pejabat belum memastikan penyebab kecelakaan yang menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang di dalamnya.
Laporan kecelakaan awal yang dirilis oleh Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan pada hari Senin (27/1) mengatakan bulu dan noda darah burung ditemukan di kedua mesin.
“Sampel-sampel itu dikirim ke organisasi khusus untuk analisis DNA, dan sebuah organisasi domestik mengidentifikasi sampel-sampel itu milik teal Baikal,” kata laporan itu, mengacu pada bebek yang bermigrasi.
Laporan itu juga mengatakan dua kotak hitam pesawat — perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit — berhenti merekam sekitar 4 menit sebelum kecelakaan.
Hal ini dapat mempersulit upaya untuk menemukan penyebab kecelakaan.
Pesawat Boeing 737-800 tergelincir dari landasan pacu di Bandara Internasional Muan pada tanggal 29 Desember setelah roda pendaratannya gagal terbuka, menghantam struktur beton dan terbakar.
Penerbangan tersebut dalam perjalanan pulang dari Bangkok dan semua korban adalah warga negara Korea Selatan kecuali dua warga negara Thailand.
Banyak analis mengatakan struktur beton, yang menampung serangkaian antena yang disebut localiser yang memandu pesawat selama pendaratan, seharusnya dibangun dengan bahan yang lebih ringan yang dapat lebih mudah pecah saat terjadi benturan.
Minggu lalu, Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengumumkan akan menyingkirkan struktur beton di bandara tersebut.
Penyelidik sebelumnya mengatakan pengendali lalu lintas udara memperingatkan pilot tentang kemungkinan tabrakan dengan burung dua menit sebelum pesawat mengeluarkan sinyal marabahaya yang mengonfirmasi bahwa telah terjadi tabrakan dengan burung, setelah itu pilot mencoba melakukan pendaratan darurat.
Laporan awal mengatakan pilot juga melihat sekelompok burung saat mendekati landasan pacu di bandara Muan dan bahwa kamera keamanan merekam pesawat yang mendekati burung selama pendaratan yang dibatalkan juga.
Laporan itu mengatakan pihak berwenang akan membongkar mesin, memeriksa komponennya secara mendalam, menganalisis kotak hitam dan data kontrol lalu lintas udara, serta menyelidiki bukti tanggul, localiser, dan tabrakan burung.
“Semua kegiatan investigasi ini bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan secara akurat,” kata laporan itu.
Kementerian Perhubungan mengatakan laporan awal telah dikirim ke Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, Thailand, Amerika Serikat, dan Prancis.
Dikatakan bahwa pesawat itu dibuat di AS dan mesinnya di Prancis.
Dikatakan bahwa bandara Muan akan tetap ditutup hingga 18 April. (yn)
Sumber: abc.net.au