ETIndonesia. Perkembangan terbaru di medan perang Ukraina menunjukkan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina berupaya keras dalam pengembangan sistem senjata inovatif, dan bertekad agar dalam waktu singkat dapat memperkenalkan dan menggunakan sistem senjata tersebut untuk mencapai tujuan di medan perang.
Pada 31 Desember, Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa pada hari itu, sebuah rudal anti-udara yang diluncurkan oleh kapal permukaan tak berawak (Uncrewed Surface Vessels. USV) Ukraina berhasil menembak jatuh sebuah helikopter Mi-8 Rusia yang terbang di Laut Hitam. Kejadian tersebut telah mendapat konfirmasi dari blog militer Rusia. Ini adalah pertama kalinya sebuah USV menembak jatuh sebuah pesawat berawak, peristiwa ini menandai bahwa Ukraina telah memimpin jalan menuju era “perang tanpa kesertaan pasukan.”
Kementerian Pertahanan Ukraina menyebutkan bahwa pertempuran bersejarah itu terjadi di dekat Talhankut Point di Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia. Rudal yang menembak jatuh helikopter Mi-8 ditembakkan dari USV “Magura V5” yang dioperasikan oleh Grup 13 Badan Intelijen Pertahanan Ukraina (Defense Intelligence of Ukraine. DIU). Menurut laporan bahwa saat itu ada lagi sebuah helikopter Rusia yang meskipun berhasil terbang kembali ke bandara tetapi mengalami kerusakan parah.
Dalam video yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Ukraina, terlihat sebuah helikopter Rusia muncul di hadapan kapal tak berawak (USV) tersebut, salah satu kapal tak berawak Ukraina sedang diberondong tembakan oleh helikopter serbu Ka-29 Helix-B milik Angkatan Laut Rusia. Setelah USV tersebut melakukan beberapa manuver sulit untuk mencoba melepaskan diri dari serangan, akhirnya dihancurkan oleh tembakan helikopter. Pada saat yang sama, setidaknya satu helikopter Mi-8 terlihat menembakkan bom umpan inframerah untuk menghindari rudal berpemandu inframerah.
Angkatan Laut Ukraina menggunakan USV “Magura V5” untuk menghancurkan helikopter Rusia, yang merupakan pertama kalinya terjadi dalam suatu pertempuran di mana perangkat tak berawak menembak jatuh sasaran udara dengan meluncurkan rudal dari platform senjata yang bukan berada di ruang dalam kapal. Peristiwa ini menyimbolkan bakal berubahnya cara berperang di waktu mendatang. Hal ini selanjutnya dapat menginspirasi pengembangan sistem tak berawak lainnya yang ditempatkan di darat, laut, dan udara sebagai platform senjata.
Sistem tak berawak yang membawa senjata ofensif mungkin akan mempengaruhi cara Rusia melakukan operasi udara di Laut Hitam, terutama karena panas mesin helikopter akan sangat mudah menjadi sasaran rudal berpemandu inframerah.
Helikopter Mi-8 yang dipersenjatai dengan senapan mesin berat, roket tidak terarah, dan mungkin rudal anti-tank tampaknya menjadi andalan Rusia untuk melawan USV Ukraina. Namun tak satu pun dari senjata itu dapat digunakan untuk melawan atau mencegat peluru kendali udara-udara “Vympel R-73”. Begitu helikopter Rusia memasuki jangkauan serangan R-73, maka helikopter akan menghadapi situasi yang berbahaya.
Pada akhirnya, kapal tanpa awak Ukraina yang dipersenjatai dengan peluru kendali R-73 mungkin berhasil memaksa helikopter Rusia menjauh dari wilayah udara Laut Hitam. Pada saat yang sama, hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada aset militer Rusia lainnya di Laut Hitam, dan akan semakin mempersulit tindakan Rusia terhadap kapal tak berawak Ukraina. Peningkatan kemampuan serangan kapal tak berawak dapat membentuk perang tanpa kesertaan pasukan sepihak yang tidak hanya mengancam Armada Laut Hitam Rusia, tetapi juga Jembatan Krimea, serangkaian pelabuhan di sekitarnya, bahkan membahayakan infrastruktur dan jalur navigasi militer Rusia.
USV “Magura V5” yang dikembangkan oleh Direktorat Intelijen Militer Ukraina, setidaknya sejauh ini, merupakan peralatan baru canggih yang dirancang untuk melakukan berbagai tugas seperti pengintaian, peperangan elektronik, dan serangan presisi. “Magura V5” ini memiliki kecepatan tertinggi 78 kilometer per jam, jangkauan hingga sejauh 800 kilometer, dan mampu membawa muatan seberat 200 kilogram. Karena kecepatannya yang tinggi, kemampuan siluman (menyembunyikan diri) dan kemampuan manuver yang baik, telah membuat Armada Laut Hitam Rusia kewalahan dalam menghadapinya. Sebelumnya, banyak kapal Rusia di Laut Hitam yang terkena serangan bunuh diri dari kapal tak berawak Ukraina sehingga menyebabkan kerusakan parah pada Armada Laut Hitam Rusia, yang kemudian memaksa kapal mereka mundur dari Krimea ke pelabuhan di pesisir Laut Hitam Rusia.
Angkatan Laut Ukraina telah melengkapi USV “Magura V5” dengan sistem navigasi otonom yang didukung oleh kecerdasan buatan yang dapat mengintegrasikan berbagai muatan untuk manuver yang tepat dan keterlibatan target. Kali ini, peluru kendali R-73 (AA-11 Archer) yang diluncurkan “Magura V5” merupakan peluru kendali udara-ke-udara jarak pendek berpemandu inframerah yang memiliki jangkauan 8,7 mil. Setelah dimodifikasi untuk diluncurkan dari air, jangkauannya berkurang karena hilangnya kecepatan awal kondisi penerbangan pesawat. Namun R-73 yang dimodifikasi dapat diluncurkan dari laut untuk menyerang sasaran di udara. Angkatan Laut Ukraina menamakannya “SeeDragon”.
Faktanya, sejak Mei 2024, Ukraina sudah mulai melengkapi kapal permukaan tak berawak dengan rudal udara-ke-udara berpemandu inframerah. Modifikasi ini awalnya dimaksudkan untuk memungkinkan kapal jenis USV bertahan dari serangan helikopter dan pesawat sayap tetap Rusia, tetapi juga memberikan kemampuan ofensif baru terhadap kapal permukaan tak berawak, selain mengejar kapal permukaan, juga dapat menyerang sasaran udara.
Sulit untuk menilai prinsip kerja aktual dan proses keterlibatan senjata-senjata ini dari video pertempuran. Artinya, tingkat konfigurasi senjata ini, termasuk cara menyelesaikan pencarian, identifikasi, penargetan, dan serangan, masih belum jelas. Namun, pernyataan dari Kementerian Pertahanan Ukraina mengindikasikan bahwa senjata tersebut terbukti efektif dalam serangan udara. Kyrylo Budanov, kepala DIU menegaskan dalam pidatonya pada 31 Desember 2024, bahwa kapal tak berawak yang dilengkapi dengan peluru kendali R-73 telah digunakan untuk menyerang helikopter Rusia berkali-kali sebelumnya, namun belum berhasil.
Selama ini “Magura V5” selalu dianggap sebagai senjata jarak jauh yang hanya dapat melakukan misi serangan bunuh diri di laut, karena ia tidak memiliki kemampuan bertahan, dan hanya bisa bergegas menyelamatkan diri begitu ditemukan oleh musuh. Kini Angkatan Laut Ukraina menggunakannya sebagai platform senjata maritim yang dikombinasikan dengan peluru kendali udara-ke-udara jarak pendek R-73, yang berpotensi menjadikannya senjata anti-udara baru yang efektif. Pencari inframerah high off-boresight (HOBS) R-73 dapat menemukan target pada berbagai sudut. Setelah dimodifikasi menjadi senjata yang dapat diluncurkan dari USV memberikan R-73 potensi untuk menjadi senjata serang yang sangat efektif, memungkinkannya untuk menyerang target udara dengan sensor tambahan yang minimal.
Ide ini tidak berbeda jauh dengan munculnya NASAMS (National Advanced Surface-to-Air Missile System) yang juga merupakan modifikasi dari rudal udara-ke-udara jarak pendek “AIM-9X” dan rudal udara-ke-udara jarak menengah “AIM-120” menjadi sistem rudal pertahanan udara yang diluncurkan dari darat. Senjata tersebut telah dimasukkan dalam daftar persenjataan yang dipasok Amerika Serikat untuk membantu Ukraina. Pada Juli 2022, Amerika Serikat mulai mengirimkan NASAMS ke Ukraina untuk melawan serangan udara Rusia. Fakta menunjukkan bahwa NASAMS sudah efektif dalam mempertahankan kota-kota Ukraina dari serangan rudal Rusia.
Ukraina juga melakukan modifikasi R-73, menambahkan peluru kendali tersebut ke sistem pertahanan udara jarak pendek bergerak (SHORADS) 9K33 Osa (SA-8 Gecko) buatan Uni Soviet di era Perang Dingin. Karena keterbatasan jangkauan R-73, maka R-73 mungkin lebih banyak digunakan dalam pertahanan udara di garis depan.
Ukraina memiliki R-73 dalam jumlah besar dan mungkin juga memiliki peluru kendali tipe lama R-60 yang masih cocok untuk diluncurkan dari kapal permukaan tak berawak, meski secara umum peluru kendali tua ini kurang mumpuni. Namun R-73 masih menjadi perlengkapan senjata standar jet tempur MiG-29 dan Su-27 Angkatan Udara Ukraina.
Selama pertempuran tutup tahun lalu antara kapal tak berawak Ukraina dan helikopter Mi-8 Rusia, militer Ukraina juga berhasil menyadap komunikasi pilot Rusia. Dalam lalu lintas radio Rusia yang dicegat oleh badan intelijen Ukraina DIU, pilot Rusia mengatakan: “Mereka mengenai saya. Diluncurkan dari atas laut”.
Ini adalah peristiwa penting lainnya yang menunjukkan bahwa Kiev telah memperoleh akses terhadap komunikasi Moskow dan dapat dimanfaatkan untuk mengubah taktik tempur. (sin/whs)
Sumber : Epochtimes.com