PMI Manufaktur Tiongkok Turun di Bawah 50, Pakar: Pertanda Arah Ekonomi

EtIndonesia. Memasuki tahun 2025, ekonomi Tiongkok semakin merosot. Pada Senin (27/1), Biro Statistik Tiongkok merilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index-PMI) manufaktur bulan Januari, yang hanya mencapai 49,1%, turun di bawah ambang batas 50% dan menjadi angka terendah dalam lima bulan terakhir.

Seorang analis independen Tiongkok mengatakan: “Menjelang akhir tahun, yang paling menderita mungkin adalah para pemilik bisnis, terutama di sektor manufaktur.”

Menjelang Tahun Baru Imlek, semakin banyak pabrik di Tiongkok yang tutup, menyebabkan kesulitan bagi pemilik usaha dan pekerja.

Profesor dari University of South Carolina, Xie Tian, menjelaskan bahwa PMI adalah indikator ekonomi utama yang mencerminkan tren ekonomi ke depan.

“Turunnya PMI menunjukkan bahwa tidak hanya ekonomi Tiongkok yang sedang menurun, tetapi prospek ke depannya juga mengkhawatirkan,” ujarnya.

Ekonom dari Washington Institute for Information and Strategy, Li Hengqing, menambahkan bahwa ekonomi Tiongkok mengalami penurunan spiral yang mempengaruhi berbagai sektor. Penyebab utamanya adalah lemahnya daya beli domestik.

Meskipun Pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus ekonomi, termasuk menerbitkan obligasi khusus jangka panjang senilai 1 triliun yuan, hasilnya tetap minim.

“Sebagian besar dana ini digunakan pemerintah daerah untuk membayar utang, bukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Akibatnya, konsumsi tidak bertambah dan ekonomi tidak terdorong,” kata Xie Tian.

Para analis menilai bahwa dengan adanya tekanan dari sanksi perdagangan internasional, kebijakan tarif yang lebih ketat dari pemerintahan Trump, serta lemahnya permintaan domestik, Tiongkok kini menghadapi tantangan besar baik dari dalam maupun luar negeri.(yn)

Sumber: ntdtv

FOKUS DUNIA

NEWS