EtIndonesia. Menurut laporan Bloomberg pada 28 Januari, Microsoft dan OpenAI tengah menyelidiki dugaan bahwa teknologi OpenAI telah digunakan secara tidak sah oleh pihak yang terkait dengan startup AI asal Tiongkok, DeepSeek.
Sejumlah sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa peneliti keamanan Microsoft telah menemukan aktivitas mencurigakan sejak musim gugur tahun lalu. Mereka mencurigai individu yang berhubungan dengan DeepSeek menggunakan API OpenAI untuk mengakses sejumlah besar data secara tidak sah.
Karena sifatnya yang sensitif, sumber ini meminta agar identitas mereka dirahasiakan.
Bagaimana DeepSeek Bisa Mengakses Data OpenAI?
API (Application Programming Interface) memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengintegrasikan model AI OpenAI ke dalam aplikasi mereka dengan membayar lisensi resmi.
Namun, menurut sumber yang sama, DeepSeek diduga telah memanfaatkan celah dalam API ini untuk memperoleh lebih banyak data daripada yang seharusnya mereka dapatkan.
Sebagai mitra teknologi utama dan investor terbesar OpenAI, Microsoft segera memberi tahu OpenAI mengenai aktivitas mencurigakan ini. Jika terbukti, DeepSeek mungkin telah melanggar ketentuan layanan OpenAI dan mencabut batasan yang membatasi jumlah data yang dapat diakses.
DeepSeek Mengungguli ChatGPT di Apple Store, Pasar Teknologi Panik
Menariknya, hanya sehari sebelum laporan ini muncul, aplikasi DeepSeek berhasil menyalip ChatGPT dalam daftar aplikasi paling populer di App Store Amerika Serikat.
Fenomena ini memicu kepanikan di pasar teknologi, dengan banyak investor yang khawatir bahwa DeepSeek telah menemukan cara untuk meniru atau memanfaatkan teknologi OpenAI guna mengembangkan produknya sendiri dengan biaya lebih rendah.
Pejabat AS: “Banyak Bukti DeepSeek Bergantung pada Teknologi OpenAI”
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, David Sacks, utusan khusus Gedung Putih untuk AI dan kripto, ditanya apakah DeepSeek terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual.
Sacks menegaskan bahwa “ada banyak bukti” yang menunjukkan DeepSeek menggunakan keluaran model OpenAI untuk mengembangkan teknologinya sendiri.
“Ini sangat mungkin terjadi. Dalam dunia AI, ada teknik yang disebut Knowledge Distillation, yang memungkinkan satu model belajar dari model lain. Anda akan sering mendengar istilah ini dalam diskusi AI.” — David Sacks, Utusan AI dan Kripto Gedung Putih
Laporan Reuters juga mengutip seorang juru bicara OpenAI yang mendukung klaim tersebut.
“Perusahaan-perusahaan Tiongkok dan entitas lainnya telah mencoba meniru model AI terdepan yang dimiliki perusahaan Amerika Serikat. Kami telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan intelektual kami.” — Juru Bicara OpenAI
OpenAI dan Pemerintah AS Siapkan Langkah Perlindungan
Dalam pernyataan resminya, OpenAI mengonfirmasi bahwa mereka telah menerapkan berbagai langkah perlindungan untuk mencegah pencurian teknologi.
“Kami sangat berhati-hati dalam menentukan fitur-fitur terbaru yang dapat dimasukkan ke dalam model kami. Kami percaya bahwa bekerja sama dengan Pemerintah AS sangat penting dalam melindungi model AI terkuat dari pencurian oleh pihak asing dan pesaing.”
Dengan meningkatnya persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan, kasus DeepSeek ini diperkirakan akan memicu pengawasan lebih ketat dari regulator AS terhadap perusahaan AI Tiongkok.
Kesimpulan
– Microsoft dan OpenAI sedang menyelidiki dugaan bahwa DeepSeek telah mengakses teknologi OpenAI secara tidak sah.
– Sumber dalam Microsoft menemukan bahwa individu yang terkait dengan DeepSeek mungkin telah menyalahgunakan API OpenAI untuk mendapatkan lebih banyak data daripada yang diperbolehkan.
– Keberhasilan DeepSeek mengungguli ChatGPT di Apple Store telah memicu kekhawatiran bahwa mereka mungkin menggunakan teknologi OpenAI untuk meniru modelnya.
-David Sacks dari Gedung Putih menyebutkan bahwa ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa DeepSeek bergantung pada keluaran model OpenAI untuk mengembangkan AI-nya sendiri.
– OpenAI dan pemerintah AS kini meningkatkan langkah perlindungan terhadap teknologi mereka agar tidak dicuri oleh pesaing atau pihak asing.
-Kasus ini bisa menjadi titik balik dalam regulasi AI, terutama dalam upaya AS untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi AI canggih. (jhn/yn)