Warga Tiongkok Berharap Bisa Berpergian ke Luar Negeri
ETIndonesia. Saat perayaan Tahun Baru Imlek, pandemi di Tiongkok terus menyebar, dan jumlah orang yang meninggal dunia mendadak meningkat tajam. Banyak warga mengungkapkan kepada media bahwa virus kali ini bahkan lebih ganas daripada COVID-19, serta mereka khawatir pemerintah akan kembali menerapkan lockdown ketat, sehingga banyak yang berharap bisa “melarikan diri” ke luar negeri.
Lonjakan Pasien di Rumah Sakit, Warga Khawatir Pandemi Lebih Parah dari COVID-19
Seorang dokter independen di Tiongkok mengatakan: “Flu kali ini lebih parah dari COVID-19.”
Sebelum dan sesudah Tahun Baru, rumah sakit di Beijing, Chongqing, dan Shanghai penuh sesak dengan pasien. Media milik pemerintah mengakui bahwa rumah sakit Peking Union Medical College Hospital di Beijing kewalahan menangani pasien.
Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit milik pemerintah mengungkapkan: “Kami kewalahan, pasien membludak, dan kami butuh lebih banyak tenaga medis di ruang gawat darurat.”
Pejabat Tiongkok mengklaim bahwa 99% infeksi saat ini disebabkan oleh flu tipe A, tetapi mereka mengakui bahwa virus menyebar dengan cepat dan gejalanya parah. Namun, warga melaporkan bahwa banyak orang di sekitar mereka yang meninggal mendadak, antrean di krematorium semakin panjang, dan hanya orang kaya yang bisa mempercepat proses kremasi dengan memberikan suap.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa gelombang pandemi saat ini sebenarnya adalah COVID-19 yang kembali merebak, tetapi ditutupi oleh pemerintah.
Seorang warga di Pingxiang, Jiangxi, bernama Liu mengatakan: “Saya mengalami sakit kepala, pilek, mata merah, dan susah membuka mata selama dua hari terakhir. Banyak orang bilang ini adalah COVID-19 lagi. Orang tua banyak yang meninggal mendadak.”
Sementara itu, Zhang, seorang pekerja migran di Nanjing, menambahkan: “Rumah sakit penuh sesak, kebanyakan pasien mengalami batuk parah, muntah, dan diare. Banyak yang mengalami pneumonia, terutama orang yang lebih tua dan memiliki daya tahan tubuh lemah. Saya sendiri tahu lima atau enam orang yang meninggal, usia mereka sekitar 60 tahun, yang termuda 47 atau 48 tahun. Mereka berasal dari Henan, Shandong, dan Anhui, bekerja serabutan di sini. Krematorium sangat penuh, tapi kalau punya uang bisa menyuap agar dapat giliran lebih cepat. Kalau tidak punya uang, harus antri lama.”
Warga Trauma dengan Lockdown, Takut Sejarah Berulang
Lima tahun lalu, pandemi COVID-19 yang dimulai di Wuhan membuat pemerintah Tiongkok menerapkan lockdown ekstrem, yang masih menjadi trauma bagi banyak orang hingga sekarang.
Setelah periode mudik Tahun Baru 2025 dimulai, Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Tiongkok tiba-tiba mengubah kebijakan, memerintahkan semua wilayah untuk meningkatkan pengawasan terhadap COVID-19 dan penyakit menular lainnya. Mereka juga kembali mewajibkan tes PCR dan meminta klinik demam untuk dibuka sebanyak mungkin. Warga mulai khawatir bahwa lockdown besar-besaran akan terjadi lagi.
Seorang komentator politik, Li Linyi, mengatakan: “Secara psikologis, rakyat Tiongkok tidak akan sanggup menghadapi lockdown pandemi lagi. Lockdown sebelumnya sudah sangat menyiksa mereka. Banyak orang bahkan memilih meninggalkan Tiongkok. Jika lockdown terjadi lagi, masyarakat bisa jadi kacau dan banyak yang akan melakukan protes.”
Ekonomi Anjlok, Banyak Warga Ingin Kabur ke Luar Negeri
Saat ini, ekonomi Tiongkok sedang mengalami kemerosotan besar, dengan tingkat pengangguran kaum muda yang sangat tinggi. Dari mahasiswa hingga pekerja, semakin banyak yang berharap bisa keluar dari Tiongkok.
Wakil Ketua Partai Demokrat Tiongkok Bersatu, Jie Lijian, mengatakan: “Lockdown nasional akibat pandemi sebelumnya membuat banyak orang sadar bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak akan pernah benar-benar melayani rakyatnya.” (Hui)
Sumber : NTDTV.com