Arab Saudi dan UEA Jadi Lokasi Potensial Pertemuan Trump-Putin

EtIndonesia. Menurut laporan Reuters pada Senin (3/2), yang mengutip dua sumber Rusia yang mengetahui situasi tersebut, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dipertimbangkan oleh Rusia sebagai lokasi potensial untuk pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump sebelumnya telah menyatakan keinginannya untuk segera mengakhiri perang di Ukraina dan menyatakan kesiapan untuk bertemu dengan Putin. Di sisi lain, Putin telah memberi ucapan selamat kepada Trump atas kemenangannya dan juga menyatakan kesiapannya untuk bertemu guna membahas masalah Ukraina dan energi.

Pejabat Rusia secara konsisten membantah telah melakukan kontak langsung dengan Amerika Serikat untuk mengatur panggilan telepon antara Trump dan Putin. Panggilan telepon ini diperkirakan akan berlangsung sebelum pertemuan puncak antara kedua pemimpin tersebut yang direncanakan pada akhir tahun ini.

Namun, menurut sumber Rusia yang meminta anonimitas karena sensitivitas masalah ini, pejabat tinggi Rusia telah mengunjungi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam beberapa pekan terakhir.

Salah satu sumber menyatakan bahwa masih ada penolakan terhadap gagasan ini di kalangan pejabat Rusia, terutama di antara diplomat dan intelijen yang menyoroti hubungan militer serta keamanan yang erat antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dengan Amerika Serikat.

Pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab belum memberikan komentar atas permintaan tanggapan terkait laporan ini. Kremlin juga menolak memberikan komentar. Trump dan Putin diketahui memiliki hubungan baik dengan para pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Pada hari Minggu, Trump menyatakan bahwa pemerintahannya telah “mengatur pertemuan dan pembicaraan dengan berbagai pihak, termasuk Ukraina dan Rusia.” Ketika ditanya tentang pernyataan Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa kontak semacam itu jelas telah direncanakan.

Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman Al Saud, adalah kepala negara asing pertama yang berbicara dengan Trump melalui telepon setelah dia menjabat. Dalam pidatonya melalui video di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos, Trump menggambarkan Mohammed bin Salman sebagai “sosok yang luar biasa.”

Putin sendiri telah mengunjungi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada tahun 2023. Pada September tahun lalu, dia mengucapkan terima kasih kepada Mohammed bin Salman atas perannya dalam mengoordinasikan pertukaran tahanan terbesar antara Rusia dan Amerika Serikat sejak era Perang Dingin.

Sejak kunjungan pertama Muhammad bin Salman Al Saud ke Rusia pada tahun 2015, dia dan Putin telah menjalin hubungan pribadi yang erat. Hubungan ini memungkinkan kedua negara—yang merupakan dua eksportir minyak terbesar di dunia—untuk mencapai dan mempertahankan kesepakatan energi OPEC+.

Di sisi lain, Trump telah meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak, yang menjadi salah satu kartu tawar Rusia dalam negosiasi.

Sepanjang perang Ukraina, Muhammad bin Salman Al Saud dan Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, tetap bersikap netral dan menghindari bergabung dengan negara-negara Barat dalam mengkritik atau menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Kedua pemimpin juga tetap menjalin komunikasi rutin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Mohammed bin Zayed Al Nahyan telah beberapa kali mengunjungi Rusia selama perang Rusia-Ukraina. Dalam kunjungannya yang terakhir pada Oktober 2024, dia menyatakan kesiapannya untuk mendukung upaya mencari solusi damai di Ukraina. Uni Emirat Arab juga telah berhasil menengahi pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bukanlah anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC). ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin, yang membatasi pergerakannya ke beberapa negara, termasuk Brasil dan Afrika Selatan.

Pada tahap ini, sumber Rusia tidak melihat Turki—yang merupakan anggota NATO—sebagai lokasi potensial untuk pertemuan puncak. Turki sebelumnya telah menjadi tuan rumah perundingan damai yang gagal antara Rusia dan Ukraina pada Maret 2022.

Menurut laporan Reuters, kantor berita resmi Rusia, TASS, mengutip seorang analis Rusia yang kerap bertemu dengan Putin, yang mengatakan bahwa Trump dan Putin tidak memiliki banyak pilihan lokasi pertemuan. Dia menyatakan bahwa hampir seluruh negara Barat mendukung Ukraina, sehingga tempat perundingan tradisional seperti Helsinki, Jenewa, dan Wina tidak lagi cocok.

Dia juga menambahkan bahwa meskipun Arab Saudi dan Uni Emirat Arab adalah sekutu dekat Amerika Serikat, yang dapat menimbulkan keraguan bagi pihak Rusia, namun kedua negara tetap dapat dijadikan sebagai lokasi perundingan yang masuk akal.

Pada 23 Januari, Trump mengungkapkan bahwa dia akan segera berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendorong Putin mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina.

Dalam pidato yang disampaikan melalui video di hadapan para pemimpin bisnis dunia di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Trump mengatakan: “Jutaan nyawa anak muda telah terbuang sia-sia. Perang ini sangat mengerikan.”

Meskipun belum ada perundingan damai yang diumumkan, Trump menegaskan bahwa “Ukraina siap mencapai kesepakatan” dan menyebut perang ini sebagai “perang yang seharusnya tidak pernah dimulai.”

Pada hari ketiga setelah kembali ke Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa dia akan meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak global guna membatasi pendapatan Rusia dari sektor minyak. Saat ini, harga minyak berkisar sekitar 77 dolar per barel, yang digunakan Rusia untuk mendanai perang.

“Jika harga minyak turun,” kata Trump, “perang di Ukraina akan segera berakhir.”

“Kita harus memastikan ini terjadi,” tambahnya. “Sekarang adalah saatnya untuk mengakhirinya.”

Sehari sebelum pernyataan ini, Trump menyebut perang ini sebagai “perang yang konyol” dan dalam sebuah unggahan di media sosial, dia memperingatkan Putin bahwa jika Rusia tidak berusaha mengakhiri perang, Amerika Serikat akan memberlakukan tarif dan sanksi baru terhadap ekspor Rusia ke Barat.

Namun, Kremlin tampak tidak tergoyahkan oleh peringatan Trump. Pemerintah Rusia menyatakan bahwa mereka tidak melihat adanya perubahan signifikan dalam kebijakan AS terhadap Rusia.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS