ETIndonesia. Perusahaan rintisan Tiongkok, DeepSeek, baru-baru ini merilis model kecerdasan buatan (AI) yang dengan cepat meroket ke popularitas global. Hal ini dianggap sebagai peringatan serius bagi Eropa. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Artificial Intelligence (AI) di Prancis yang akan berlangsung pada 10 Februari menjadi momen yang sangat krusial.
Menteri Delegasi untuk AI dan Teknologi Digital Clara Chappaz, menyatakan bahwa teknologi kini lebih politis dari sebelumnya. Salah satu tujuan utama KTT ini adalah diplomasi, menjadikannya arena persaingan antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa, sekaligus peluang bagi Eropa untuk kembali memperkuat perkembangan AI-nya.
Pada pertengahan Januari, Chappaz telah mengumumkan bahwa beberapa tokoh besar di industri teknologi akan hadir, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, CEO Anthropic Dario Amodei, serta pendiri startup AI Prancis, Mistral AI, Arthur Mensch.
Selain itu, perusahaan Jerman Aleph Alpha, Accenture yang mendapat pujian dari CEO Nvidia Jensen Huang, Mozilla dari Amerika Serikat, serta aplikasi pesan terenkripsi Signal juga telah memastikan kehadiran eksekutif mereka dalam pertemuan ini.
Menurut laporan dari Central News Agency, DeepSeek yang baru saja diluncurkan tidak hanya mendominasi jumlah unduhan secara global, tetapi juga menarik perhatian para pengembang dengan model AI open-source mereka. Hal ini memberikan dampak besar bagi perusahaan seperti OpenAI yang fokus pada model tertutup.
Yang membuat industri teknologi khawatir adalah klaim DeepSeek bahwa pengembangan model terbaru mereka, R1, dilakukan dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan investasi besar yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan AI besar. Mereka menggunakan chip yang lebih murah dan berdaya rendah.
Sebelumnya, kandidat Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengkritik DeepSeek karena diduga mencuri teknologi dari Amerika Serikat.
“Jika teknologi itu hasil curian, tentu biayanya lebih murah,” katanya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah larangan teknologi yang diberlakukan AS terhadap Tiongkok justru berdampak sebaliknya.
Namun demikian, ledakan popularitas DeepSeek juga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan siber, propaganda Partai Komunis Tiongkok (PKT), serta penyebaran disinformasi. Otoritas Perlindungan Data Prancis, CNIL (Commission Nationale de l’Informatique et des Libertés), mengumumkan bahwa mereka akan meminta klarifikasi dari DeepSeek mengenai cara kerja chatbot AI mereka serta langkah-langkah perlindungan data yang diterapkan.
Di tengah gejolak besar dalam dunia teknologi global, KTT AI Action Summit akan digelar pada 10–11 Februari di Paris, dengan serangkaian acara pendukung yang dimulai sejak 8 Februari. Clara Chappaz, sebagai Menteri Digital Prancis untuk AI, mengumumkan bahwa KTT ini bertujuan untuk membangkitkan kembali AI di Eropa serta menyusun strategi dan arah kebijakan AI di kawasan tersebut.
Chappaz menjelaskan kepada situs berita ekonomi Prancis, Maddyness, bahwa KTT ini memiliki tiga tujuan utama: sosial dan budaya, ekonomi, serta diplomasi.
Dari segi sosial dan budaya, KTT ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai manfaat dan tantangan AI.
“Hampir separuh warga Prancis masih skeptis terhadap AI. KTT ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bagaimana AI dapat berkontribusi bagi kehidupan dan masyarakat,” kata Chappaz.
Dalam aspek ekonomi, sekitar 3.000 perwakilan perusahaan teknologi, peneliti, pemimpin politik, dan pengambil keputusan akan berkumpul untuk membahas strategi penerapan AI, dampaknya terhadap ekonomi, serta peluang kerja sama.
Tujuan terakhir adalah diplomasi. Prancis ingin menjadikan KTT ini sebagai pusat perhatian dunia dalam diskusi mengenai AI, meskipun hanya untuk beberapa hari. Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menjadi tuan rumah bersama Perdana Menteri India Narendra Modi, yang dipilih sebagai mitra strategis dalam konferensi ini.
Chappaz menekankan bahwa KTT ini juga merupakan acara diplomatik. “Teknologi kini lebih politis dari sebelumnya, dan waktu penyelenggaraan KTT ini sangat krusial.” Memang, tahun 2025 baru saja dimulai, tetapi sudah terjadi berbagai perkembangan besar dalam AI, termasuk pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai rencana investasi AI senilai 500 miliar dolar AS, serta munculnya DeepSeek yang menawarkan alternatif murah dan berpotensi menjadi pesaing utama ChatGPT.
“Semua ini menunjukkan bahwa perlombaan AI baru saja dimulai. Kita tidak boleh pasrah pada keadaan. Segalanya masih mungkin terjadi. KTT ini akan menjadi peristiwa diplomatik besar, di mana keputusan penting akan diambil,” ujar Chappaz.
Dia juga menambahkan bahwa konferensi ini akan memberikan suara alternatif selain Amerika Serikat dan Tiongkok, serta kemungkinan akan menghasilkan “Piagam Pembangunan Berkelanjutan AI Global” di akhir acara.
Lonjakan popularitas DeepSeek dianggap sebagai peringatan bagi Eropa, menunjukkan bahwa dengan sumber daya terbatas, tetap mungkin untuk mencapai inovasi.
Asma Mhalla, pakar hubungan antara teknologi dan geopolitik di Sciences Po Paris, mengatakan kepada surat kabar Le Monde bahwa ini adalah pelajaran berharga bagi Eropa. “Eropa sebenarnya bisa mencapai hal yang sama.”
Di sisi lain, DeepSeek juga memberikan harapan baru bagi komunitas AI Eropa. Model mereka yang berbasis open-source dan dapat direplikasi menarik minat besar dari para pengembang.
Mantan CEO Google, Eric Schmidt, dalam wawancaranya dengan The Washington Post, menyebutkan bahwa keseimbangan kekuatan dalam AI kini mengikuti dua poros utama: Amerika Serikat–Tiongkok serta model open-source versus model tertutup.
Namun, jurnalis teknologi Alexandre Piquard dalam kolomnya di Le Monde menyoroti bahwa meskipun DeepSeek mempromosikan keterbukaan, hal itu tidak menjamin etika AI. Bahkan para pendukung open-source pun menyatakan bahwa model DeepSeek sebenarnya tidak sepenuhnya terbuka, karena mereka tidak mengungkapkan data pelatihan yang digunakan. Ini menimbulkan potensi pelanggaran hak cipta. (Hui)
Sumber : NTDTV.com