Ekonomi Jawa Timur Tetap Stabil, Sinergi BI, OJK, Kementerian Keuangan, dan LPS Dorong Pertumbuhan Berkelanjutan

Surabaya – Stabilitas ekonomi Jawa Timur terus terjaga pada tahun 2024 dengan pertumbuhan sebesar 4,93% (yoy), didorong oleh peningkatan investasi dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN). Kolaborasi antara Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam menjaga stabilitas sistem keuangan menjadi kunci dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Dalam Media Briefing yang diselenggarakan, Jumat (7/2) di Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Kepala Perwakilan BI Erwin Gunawan Hutapea menegaskan bahwa pengendalian inflasi yang efektif, yakni sebesar 1,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan rata-rata nasional, berkontribusi pada daya beli masyarakat serta stabilitas harga. Koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan pendekatan Jatim SIGATI menjadi faktor utama keberhasilan ini.

Perbankan Menguat, Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga

Kepala Kantor OJK Jawa Timur, Yunita Linda Sari, mengungkapkan bahwa sektor perbankan menunjukkan kinerja yang solid. Kredit tumbuh 8,04% (yoy) mencapai Rp614 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 4,73% (yoy) menjadi Rp790 triliun. Rasio Non-Performing Loan (NPL) menurun ke angka 2,88%, menunjukkan perbankan tetap sehat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di 29,58%. Ketahanan likuiditas perbankan pun terjaga dengan rasio AL/DPK sebesar 15,01% dan AL/NCD sebesar 68,58%.

Di sektor pasar modal dan industri keuangan non-bank, kinerja tetap positif dengan pertumbuhan dana pensiun dan perusahaan pembiayaan yang semakin membaik. Sinergi antara perbankan dan sektor keuangan lainnya akan menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur ke depan.

Belanja APBN dan Investasi Dorong Pertumbuhan

Dari sisi fiskal, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Timur, Dudung Rudi Hendratna, menyampaikan bahwa realisasi belanja APBN di Jawa Timur meningkat, terutama pada Belanja Kementerian/Lembaga yang tumbuh 13,74% hingga akhir 2024. Penguatan belanja negara berperan sebagai shock absorber melalui investasi di infrastruktur, bantuan sosial, dan penyelenggaraan Pilkada serentak.

Sementara itu, pendapatan negara dari pajak, kepabeanan, cukai, dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) melampaui target, menunjukkan peningkatan kepatuhan pajak serta optimalisasi penerimaan negara. Ini menjadi indikasi kuat bahwa kebijakan fiskal di Jawa Timur mampu memberikan stimulus positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Prospek Ekonomi 2025: Optimisme dengan Tantangan Global

Prospek ekonomi Jawa Timur pada 2025 diproyeksikan tetap kuat dengan pertumbuhan di kisaran 4,7% hingga 5,5% (yoy). Inflasi diperkirakan tetap terkendali dalam rentang sasaran nasional sebesar 2,5% ±1%. Meskipun terdapat tantangan eksternal seperti ketidakpastian global dan dinamika suku bunga, penguatan sinergi antara BI, OJK, Kementerian Keuangan, dan LPS diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi daerah.

Kepala LPS II Jawa Timur, Bambang S. Hidayat, menegaskan bahwa pihaknya menjamin penuh lebih dari 608 juta rekening simpanan nasabah di Bank Umum dan 15,8 juta rekening di BPR/BPRS, mencakup 99,9% total rekening. Langkah ini menjadi jaminan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perbankan di Jawa Timur.

Dengan strategi penguatan sinergi, inovasi kebijakan, dan pendekatan pro-growth, empat lembaga ini optimis dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Langkah ini sejalan dengan visi besar Indonesia Emas 2045 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan merata di seluruh daerah.

FOKUS DUNIA

NEWS