Badai Regulasi Elon Musk, Enam Jenius Muda yang Mengguncang Amerika Serikat 

Oleh Tang Qing 

Mari kita simak  bagaimana tim Department of Government Efficiency (DOGE) Elon Musk, enam jenius super, dalam hitungan minggu telah mengguncang Washington.

Elon Musk muda tidak hanya membuat roket, menciptakan Starlink, menggali terowongan, dan membeli Twitter, tetapi kini ia juga masuk ke dalam Washington, membawa sekelompok insinyur teknologi muda untuk mengaudit keuangan, memangkas anggaran, dan menghapus proyek-proyek yang tidak efisien. 

Elon ingin mereformasi seluruh pemerintahan Amerika Serikat. Bisa dibilang, pahlawan sejati memang lahir di usia muda!

Di Gedung Putih, ada yang mendukungnya, sementara di Kongres, ada yang panik. Apakah ini akan menjadi reformasi yang revolusioner?

Kelahiran DOGE

Kisah ini dimulai ketika pemerintahan baru Donald Trump kembali berkuasa. Kali ini, Trump mengeluarkan langkah besar—langsung mengundang Elon Musk ke Gedung Putih. Namun, Musk tidak datang hanya untuk makan malam. Ia ditunjuk sebagai Pegawai Pemerintah Khusus (Special Government Employee) dan memimpin tim teknologi elit untuk mereformasi pemerintahan.

Kenapa Trump memilih Musk? alasannya sederhana: birokrasi Washington terlalu gemuk dan tidak efisien. Trump sudah lama ingin memangkas pengeluaran pemerintah yang berlebihan dan meningkatkan efisiensi, tetapi upaya-upaya sebelumnya tidak berhasil. Akhirnya, ia memanggil orang paling ahli dalam “menghancurkan aturan”—Elon Musk—dengan harapan membawa pola pikir perusahaan teknologi untuk mengoptimalkan pemerintahan.

Namun, kali ini status Musk sedikit berbeda. Ia bukan penasihat pemerintah, bukan kepala departemen, tetapi seorang “agen operasi khusus” yang langsung memimpin tim kecil bernama DOGE.

DOGE bukanlah lembaga pemerintah biasa, tetapi “senjata rahasia” yang dipilih langsung oleh Trump.

  • Tidak memerlukan persetujuan Kongres
  • Tidak terikat oleh prosedur birokrasi tradisional
  • Langsung bertanggung jawab kepada Gedung Putih

Dengan kata lain, Musk bisa menjalankan reformasi pemerintahan seperti mengelola sebuah perusahaan.

DOGE sendiri adalah singkatan dari Department of Government Efficiency atau Departemen Efisiensi Pemerintah.

Perlu diketahui bahwa anggaran tahunan pemerintah federal AS mencapai US$. 6,2 triliun , dengan banyak dana terbuang untuk proyek-proyek yang tidak efisien, tumpang tindih, atau bahkan tidak transparan.

Misi tim DOGE adalah memangkas pengeluaran yang tidak berguna dan mendistribusikan kembali sumber daya, sehingga pemerintahan menjadi lebih efisien.

Tim ini terdiri dari para insinyur muda terbaik, bahkan ada yang baru berusia 19 tahun tetapi sudah duduk di ruang rapat Gedung Putih. Tugas mereka hanya satu: mencari “pengeluaran yang tidak berguna” dalam pemerintahan dan menghapusnya.

Enam Jenius Muda Tim DOGE

Sulit dipercaya, tetapi rata-rata usia tim “pasukan khusus reformasi pemerintah” ini hanya 22 tahun. Mereka bukanlah birokrat tradisional, melainkan para jenius pemrograman, ahli AI, dan pakar analisis data.

Musk memiliki standar seleksi sederhana:
✅ Tidak peduli latar belakang atau ijazah
✅ Yang penting adalah kemampuan menyelesaikan masalah

Hasilnya, ia berhasil mengumpulkan enam “jenius luar biasa” dengan riwayat hidup yang tidak biasa:

1. Akash Bobba

  • Mahasiswa program elit MET (Management, Entrepreneurship & Technology) di Universitas Berkeley
  • Pernah magang di Meta dan Palantir, ahli dalam AI dan analisis data
  • Pernah mengalami kejadian di mana seluruh kode proyek timnya terhapus dua hari sebelum batas waktu, namun ia berhasil menulis ulang seluruhnya dalam semalam—dan hasilnya lebih baik dari sebelumnya!

2. Edward Coristine

  • Mahasiswa teknik di Northeastern University, tetapi drop out untuk bergabung dengan DOGE
  • Baru berusia 19 tahun, termuda di tim
  • Pernah bekerja di proyek Neuralink milik Musk, tetapi berfokus pada rekayasa perangkat lunak, bukan antarmuka otak-komputer

3. Luke Farritor

  • 21 tahun, dikenal sebagai orang pertama di dunia yang berhasil menggunakan AI untuk menerjemahkan gulungan Yunani kuno berusia 2000 tahun
  • Penelitiannya mengguncang dunia akademik dan membuka jalan baru bagi penggunaan AI dalam analisis teks kuno
  • Bergabung dengan DOGE untuk memodernisasi sistem IT pemerintahan

4. Gautier Cole Killian

  • Mantan analis di Jump Trading, ahli dalam perdagangan frekuensi tinggi dan algoritma keuangan
  • Di DOGE, ia bertanggung jawab atas modernisasi IT pemerintahan, terutama dalam keamanan data dan optimalisasi sistem

5. Gavin Kliger

  • Mantan karyawan Databricks (platform data AI global terkemuka)
  • Sekarang menjadi penasihat khusus di Kantor Manajemen Personalia (OPM)
  • Juga terkenal sebagai penulis blog di X (Twitter) tentang analisis mendalam “Deep State”, dengan gaya penulisan yang tajam

6. Ethan Shaotran

  • Mahasiswa Ilmu Komputer di Harvard, sekaligus pendiri startup AI bernama Energize AI
  • Startup-nya mendapat dukungan investasi dari OpenAI
  • Pernah meraih juara dua dalam kompetisi hackathon yang disponsori oleh perusahaan Musk—dan langsung direkrut ke DOGE

Gaya Kerja DOGE: Kecepatan Silicon Valley vs. Birokrasi Washington

💻 Di Silicon Valley, orang bekerja 996 (09:00 – 21:00, 6 hari seminggu)
💀 Di DOGE? Mereka kerja 007 (00:00 – 00:00, tanpa henti)

Musk mengatakan bahwa mereka bekerja 120 jam per minggu, hampir tanpa libur dan tanpa jadwal tetap.

Sementara itu, sistem birokrasi Washington:
❌ Hari Jumat sudah pulang lebih awal
❌ Liburan lebih banyak dari siapa pun
❌ Menyetujui anggaran bisa memakan waktu berbulan-bulan

Musk bahkan meledek di X:

“Tim DOGE bekerja 120 jam seminggu, sementara birokrat Washington hanya 40 jam. Tidak heran mereka kalah cepat.”

Tim DOGE memiliki akses khusus ke berbagai lembaga pemerintahan, termasuk:
🔹 Administrasi Layanan Umum (GSA) – mengakses sistem IT pemerintah
🔹 Kantor Manajemen Personalia (OPM) – membantu optimalisasi data pegawai pemerintah

“Serangan Kilat” DOGE Mengguncang Washington

Dalam kurang dari satu bulan, tim DOGE telah membuat seluruh pemerintahan terguncang.

Dengan metode teknologi, mereka telah:
✅ Mengungkap pengeluaran yang tidak transparan
✅ Memotong anggaran proyek tidak efisien
✅ Bahkan menyebabkan beberapa lembaga berhenti beroperasi

Washington gempar.

Apakah revolusi administrasi sedang terjadi? Kita lihat saja kelanjutannya! 🚀

Langkah Pertama: Sistem Pembayaran Departemen Keuangan — Menelusuri Aliran Dana

Target pertama yang disasar adalah Departemen Keuangan AS. Seperti yang diketahui, pemerintah AS menghabiskan sekitar US$.5 triliun setiap tahun untuk berbagai kebutuhan, seperti jaminan sosial, program kesehatan, anggaran pertahanan, serta pembayaran kepada penyedia layanan pemerintah. Namun, transparansi aliran dana ini selalu menjadi tanda tanya besar.

Karena itu, DOGE langsung masuk dan mendapatkan akses terbatas ke sistem pembayaran Departemen Keuangan untuk mulai “mengaudit” transaksi keuangan pemerintah.

Tak lama setelah itu, Elon Musk membocorkan fakta mengejutkan di platform X:

“Pejabat yang bertanggung jawab atas persetujuan pembayaran di Departemen Keuangan tidak pernah menolak satu pun transaksi. Baik itu transaksi yang jelas-jelas mencurigakan, atau yang berpotensi terhubung ke organisasi teroris, semuanya lolos begitu saja.”

Pernyataan ini langsung menyulut perdebatan panas di berbagai kalangan.

Jika klaim ini benar, berarti sistem pembayaran pemerintah telah mengalami kebocoran selama puluhan tahun tanpa ada yang mengawasi. Namun, beberapa pakar menilai bahwa proses persetujuan pembayaran Departemen Keuangan sebenarnya lebih kompleks, sehingga pernyataan Musk dianggap berlebihan.

Meski demikian, langkah DOGE telah menggemparkan lingkungan internal Departemen Keuangan. Bahkan, Wakil Menteri Keuangan, David Lebryk, mengundurkan diri setelah skandal ini mencuat. Beberapa anggota Kongres mulai mendesak agar hak akses DOGE terhadap sistem keuangan pemerintah segera dicabut.

Di sisi lain, serikat pekerja federal juga ikut bergerak, menuduh DOGE telah melanggar privasi pegawai pemerintah dengan mengakses data pembayaran tanpa izin yang jelas.

Bagaimana respons Musk?

“Jika masalah ini tidak penting, kenapa kalian begitu ketakutan saat kami mulai mengaudit?”

Pernyataan ini membuat situasi semakin panas. Kini, pertarungan antara “tim audit” dan “tim anti-audit” sedang berlangsung di Washington.

Langkah Kedua: Serangan Mendadak ke Badan Pembangunan Internasional AS (USAID)

Jika audit di Departemen Keuangan sudah cukup mengejutkan, maka yang terjadi di Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) benar-benar seperti “ledakan bom” di Washington.

USAID adalah lembaga pemerintah yang mengelola lebih dari US$.40 miliar per tahun untuk program bantuan luar negeri AS. Namun, pertanyaannya adalah:

“Ke mana sebenarnya uang ini digunakan?” Apakah benar-benar dipakai untuk hal yang seharusnya?”

Tak lama setelah DOGE mulai menyelidiki, Gedung Putih merilis daftar proyek-proyek yang dianggap sebagai “pemborosan anggaran”, di antaranya:

  • US$.1,5 juta untuk program DEI (Diversity, Equity, and Inclusion) di Serbia
  • US$.70.000 untuk mendukung pertunjukan musik DEI di Irlandia
  • US$.2 juta untuk membiayai operasi transgender dan kegiatan LGBT di Guatemala
  • US$.47.000 untuk opera bertema transgender di Kolombia

Gedung Putih langsung mengecam penggunaan anggaran ini, menilai bahwa uang pajak rakyat digunakan untuk proyek-proyek berbasis ideologi pribadi, tanpa pengawasan yang jelas.

Tak menunggu lama, DOGE langsung bergerak. Mereka mengaudit sistem IT USAID, dan hasilnya?

Banyak pegawai USAID tiba-tiba kehilangan akses ke sistem internal mereka, bahkan tidak bisa masuk ke kantor.

Beberapa pegawai yang terdampak bahkan menyiarkan langsung di media sosial saat mereka diblokir dari sistem.

Musk menanggapi situasi ini dengan lugas:”USAID adalah lubang korupsi yang tidak bisa diselamatkan. Harus dibersihkan total.”

Donald Trump pun mendukung penuh langkah DOGE, dengan mengatakan: “Lihat saja apa yang ditemukan oleh Musk. Sekarang kalian paham kenapa kami harus menutup USAID.”

Meski demikian, USAID belum sepenuhnya dibubarkan. Lembaga ini sekarang diambil alih oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio, yang berencana melakukan reformasi besar-besaran.

Namun, masa depan USAID kini masih dalam ketidakpastian, dan bisa saja berubah drastis dalam waktu dekat.

3. Audit Sistem IT Pemerintah: Mengungkap “Posisi Hantu”

Selain menelusuri keuangan, DOGE juga melakukan pembersihan besar-besaran terhadap sistem IT pemerintah. Hasilnya? Mereka menemukan sejumlah fakta mengejutkan.

Ditemukan banyak “posisi hantu” di dalam sistem pemerintahan. Beberapa posisi yang seharusnya aktif ternyata tidak memiliki pegawai yang bekerja secara nyata. Bahkan, ada pegawai yang sudah pensiun tetapi tetap menerima gaji setiap bulan, seolah-olah mereka masih bekerja.

Kabar ini membuat para birokrat di Washington panik. Beberapa pimpinan lembaga bahkan diam-diam menyarankan staf mereka untuk mengunduh data pribadi ke perangkat pribadi, takut jika informasi mereka tiba-tiba dihapus dari sistem.

Selain itu, DOGE juga berusaha mendapatkan akses IT ke Small Business Administration (SBA), yang mengawasi pendanaan bagi usaha kecil. Jika investigasi ini benar-benar berlanjut, tidak ada yang tahu berapa banyak skandal besar lain yang akan terungkap.

4. Memotong Anggaran DEI: Penghematan US$1 Miliar

Langkah besar lainnya dari DOGE adalah memangkas drastis anggaran Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) yang selama ini didanai oleh pemerintah.

Mereka telah memotong dana sebesar US$1 miliar, yang sebagian besar berasal dari:

  • Posisi kepemimpinan DEI dalam pemerintahan federal
  • Program DEI internasional
  • Dana riset DEI di universitas-universitas AS

Juru bicara Gedung Putih menyatakan: “Selama beberapa tahun terakhir, program DEI telah menjadi ‘lubang hitam’ dalam anggaran federal, dengan banyak dana yang terbuang sia-sia untuk proyek-proyek yang tidak membuahkan hasil.”

Partai Demokrat menentang keras pemotongan ini, menyebutnya sebagai manuver politik, tetapi Musk menegaskan: “Uang pajak rakyat harus digunakan untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat, bukan untuk proyek berbasis ideologi.”

5. Kontroversi Data Iklim NOAA

Langkah DOGE bahkan sampai mempengaruhi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), lembaga yang bertanggung jawab atas prakiraan cuaca, pemantauan iklim, dan prediksi bencana alam.

DOGE melakukan audit terhadap sistem IT NOAA, terutama program-program yang terkait dengan DEI. Secara bersamaan, beberapa database ilmiah NOAA tiba-tiba offline, termasuk pusat data pemantauan karbon dioksida global.

NOAA menjelaskan bahwa gangguan ini adalah bagian dari “pemeliharaan sistem”, tetapi anggota Kongres dari Partai Demokrat menuduh DOGE sengaja merusak sistem pemantauan lingkungan.

Musk menanggapi dengan pernyataan tajam: “Tentu saja data perlu dipelihara, tapi bagaimana jika ada data yang telah dimanipulasi?”

Dalam hitungan minggu, DOGE telah mengguncang Washington, mulai dari sistem pembayaran Departemen Keuangan, pembekuan USAID, hingga audit sistem IT pemerintahan secara besar-besaran. Reformasi dengan kecepatan kilat ini membuat para elit politik gemetar.

6. Menantang Media Arus Utama

Pada 31 Januari, Departemen Pertahanan AS mengumumkan “Program Rotasi Media Tahunan”, yang menyebabkan beberapa media besar seperti:

  • The New York Times
  • NBC News
  • NPR
  • Politico

Media-media dipaksa keluar dari kantor-kantor mereka di Pentagon.

Sebagai gantinya, pemerintah memberikan akses kepada media-media konservatif seperti:

  • New York Post
  • Breitbart News
  • One America News (OAN)

Departemen Pertahanan menyatakan bahwa tujuan kebijakan ini adalah: “Memberikan kesempatan kepada lebih banyak media untuk mendapatkan akses ke sumber berita Pentagon, bukan hanya dikuasai oleh segelintir outlet tertentu.”

Namun, media arus utama tidak tinggal diam. Mereka menuduh pemerintahan Trump dan DOGE telah memberangus kebebasan pers dengan membersihkan media-media yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Pemerintahan Trump memberikan tanggapan tegas: “Media-media ini sudah lama menjadi alat propaganda politik. Sekarang saatnya menyeimbangkan kembali lanskap media.”

Di saat yang sama, Musk dan beberapa jurnalis konservatif mengungkap bahwa beberapa media arus utama telah menerima dana besar dari pemerintah.

Politico, misalnya, dilaporkan telah menerima US$.8 juta dana dari pemerintah AS.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengumumkan: “DOGE sedang menghentikan semua pembayaran ke Politico. Tidak ada lagi subsidi media dari uang pajak rakyat.”

Keputusan ini langsung berdampak pada operasional Politico. Beberapa karyawan melaporkan bahwa gaji mereka tertunda, awalnya mengira ada masalah dengan sistem perbankan. Namun setelah melihat pernyataan Gedung Putih, mereka sadar bahwa ini terkait dengan dana pemerintah yang dipotong.

Musk pun menuliskan di X: “Beberapa media akan mengalami penurunan pendapatan yang cukup ‘misterius’.”

Politico bukan satu-satunya media yang mendapat dana pemerintah. Associated Press (AP) juga ditemukan menerima jutaan dolar setiap tahun.

Seorang jurnalis independen, Kyle Becker, mengungkap hal ini di X, dan Musk pun langsung membagikan ulang unggahan tersebut.

AP kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa uang yang diterima dari pemerintah adalah pembayaran untuk lisensi berita mereka, bukan bentuk subsidi langsung.

New York Times juga ikut menjadi sorotan. Musk membagikan laporan dari jurnalis Ian Miles Cheong, yang menyebut bahwa pemerintah AS telah memberikan dana besar kepada New York Times selama lima tahun terakhir.

New York Times membantah tuduhan ini, menyatakan bahwa mereka tidak menerima subsidi pemerintah, melainkan hanya menjual layanan berita mereka ke pemerintah.

Pada 6 Februari, Trump menuliskan pernyataan di platform sosial medianya: Kelihatannya USAID dan lembaga-lembaga lain telah mencuri miliaran dolar, dan sebagian besar uang itu mengalir ke media palsu sebagai ‘imbalan’ untuk menulis berita-berita yang menguntungkan Partai Demokrat. Politico ternyata menerima US$8 juta. Bagaimana dengan The New York Times? Siapa lagi yang menerima dana ini? Ini bisa menjadi skandal terbesar dalam sejarah.”

Perubahan besar ini menandakan pergeseran besar dalam dinamika media dan politik di Washington. Dengan DOGE yang terus membongkar penyimpangan sistem, banyak pihak kini menunggu seberapa jauh reformasi ini akan berjalan.

Kontroversi dan Penolakan

Reformasi yang dilakukan oleh Elon Musk terus melaju dengan kecepatan penuh, tetapi bagaimana reaksi Washington terhadapnya?

Bagi para pendukungnya, Musk dianggap sebagai pahlawan super yang datang untuk menyelamatkan pemerintahan Amerika. Bahkan, beberapa anggota Partai Republik mulai mendiskusikan kemungkinan Musk mencalonkan diri sebagai Presiden pada tahun 2028.
Meskipun secara hukum ia tidak dapat mencalonkan diri—karena bukan kelahiran AS—hal ini menunjukkan betapa besar pengaruhnya di kalangan pemilih konservatif.

Namun, Partai Demokrat di Washington memiliki pandangan yang sangat berbeda.

Bagi mereka, Musk bukan pahlawan, melainkan “diktator yang tidak terpilih”.

Pemimpin mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, bahkan menyebutnya sebagai “pemerintahan bayangan yang tidak memiliki mandat dari pemilih”.

Para pemimpin Demokrat sedang mempertimbangkan beberapa langkah untuk membatasi DOGE, termasuk:

  • Menggunakan hak suara anggaran untuk membatasi pendanaan program-program yang dikendalikan oleh DOGE.
  • Mengajukan gugatan ke pengadilan guna membatasi akses DOGE terhadap sistem pemerintahan.
  • Mengorganisir protes untuk menuntut penghentian pembersihan di USAID.

Bagaimana sikap Trump?

Dalam wawancara terbarunya, Trump menyatakan: “Musk telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Lihat saja kasus-kasus penipuan di USAID yang dia temukan, itu benar-benar bencana.”

Trump juga menegaskan bahwa Musk tidak akan melakukan apa pun tanpa persetujuan.

Reformasi yang dilakukan oleh Musk dan enam insinyur jeniusnya telah mengguncang Washington dengan dahsyat.

  • Apakah Partai Demokrat akan mengambil langkah lebih drastis untuk menghentikan DOGE?
  • Bisakah Partai Republik memastikan bahwa reformasi ini terus berlanjut?
  • Mampukah Musk bertahan di tengah konfrontasi politik yang semakin sengit?

Semua ini masih menjadi tanda tanya besar. Kita akan terus mengawasi perkembangannya.

FOKUS DUNIA

NEWS