Berita hari ini meliputi: Pencurian Model OpenAI, tingkat akurasi yang terlalu rendah, apakah dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok? DeepSeek akhir-akhir ini terus menerus mendapat kecaman. Layaknya perang mata-mata! Tim film dokumenter “Wuhan Lockdown” mengungkap kisah di balik pembuatan film tersebut.
OpenAI : Ada bukti menunjukkan bahwa DeepSeek terlibat dalam upaya menjiplak model OpenAI
Baru-baru ini, perusahaan kecerdasan buatan Tiongkok DeepSeek meluncurkan model AI yang diklaim “biaya rendah, berefisiensi tinggi”, yang menyebabkan guncangan pasar di Wall Street dan menyebabkan nilai pasar perusahaan teknologi Amerika Serikat merosot hampir 1 triliun dolar. Tepat ketika orang-orang terkagum-kagum dengan betapa canggihnya teknologi yang dihasilkan, DeepSeek terus-menerus mendapat kecaman dari orang dalam industri. Mari kita lihat apa yang sedang terjadi.
Menurut Financial Times, pengembang ChatGPT OpenAI mengungkapkan bahwa mereka memiliki bukti bahwa DeepSeek menggunakan model milik OpenAI untuk melatih model AI sumber terbuka miliknya sendiri.
Laporan menyebutkanbahwa, pengembang biasanya menggunakan teknologi “distilasi” untuk melatih model yang lebih kecil dengan keluaran model AI yang lebih besar dan lebih kuat, sehingga mencapai kinerja serupa tetapi dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini tidak jarang terjadi dalam industry, Namun masalahnya adalah DeepSeek mungkin telah melakukan ini untuk membangun model pesaingnya, yang melanggar ketentuan layanan OpenAI.
OpenAI mengatakan bahwa pihaknya dengan jelas menetapkan dalam ketentuan layanannya, bahwa pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan keluaran modelnya untuk mengembangkan model yang digunakan dalam persaingan dengan OpenAI.
OpenAI menyebutkan dalam sebuah pernyataan: “Kami tahu bahwa perusahaan-perusahaan (Tiongkok) dan lainnya telah mencoba untuk menyalin model-model dari perusahaan-perusahaan AI terkemuka Amerika Serikat… Kami telah mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi kekayaan intelektual kami… Yang terpenting, kami bekerja sama erat dengan pemerintah AS untuk melindungi model kami yang paling kuat dan mencegah musuh dan pesaing mencuri teknologi Amerika Serikat”.
Sebelumnya, Bloomberg pernah melaporkan bahwa pada tahun lalu, OpenAI dan mitranya Microsoft telah menyelidiki beberapa akun yang diduga milik DeepSeek, yang menggunakan antarmuka pemrograman aplikasi (Application Programming Interface. API) OpenAI yang menduga bahwa perilaku mereka ini telah melanggar persyaratan layanan mereka, sehingga menonaktifkan izin akses untuk akun-akun tersebut.
DeepSeek tidak menanggapi laporan tersebut.
David Sacks, seorang investor teknologi Amerika Serikat dan penasihat kecerdasan buatan untuk pemerintahan Trump saat wawancaranya dengan Fox News mengatakan, bahwa pencurian kekayaan intelektual bukanlah hal yang jarang terjadi. Ia mengatakan: “Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan DeepSeek adalah dengan mengekstrak pengetahuan dari model OpenAI. dan OpenAI dengan jelas menyatakan ketidakpuasannya terhadap hal ini”.
Itu saja yang dapat kami sampaikan tentang tuduhan OpenAI. Sekarang mari kita lihat apa yang dikatakan orang dalam Silicon Valley tentang DeepSeek.
Mungkinkah DeekSeek yang bukan Perusahaan biasa dikendalikan oleh PKT?
Menurut Radio Free Asia, banyak orang dalam industri percaya bahwa DeepSeek bukanlah perusahaan teknologi biasa. Pengendali perusahaan tersebut tak lain adalah otoritas Beijing.
Seorang pekerja di bidang kecerdasan buatan di California bermarga Lin mengatakan: ” DeepSeek tampaknya memiliki gaya yang berbeda dari rekan-rekannya di AS dalam hal peningkatan bertahap, mereka cenderung sekaligus merilis versi final. Ia juga tidak berkomunikasi dengan rekan-rekannya di Tiongkok, bahkan produsen-produsen besar Tiongkok pun sangat terpengaruh olehnya. Hal ini sangat tidak biasa dan mungkin bukan perilaku satu perusahaan rintisan saja”.
Mr. Lin berpendapat bahwa DeepSeek adalah kampanye propaganda yang dipimpin oleh otoritas Beijing dengan menggunakan kekuatan negara. Dia mengatakan: “Meskipun model DeepSeek itu nyata, tetapi masih dipertanyakan apakah ‘biaya rendah’ yang diumumkannya itu mencakup total investasi sebenarnya. Rasanya tidak mungkin jika tidak ada dukungan negara di belakangnya. Dan waktu dan metode pengumuman, cenderung menyebabkan dampak psikologis yang lebih besar”.
Mr. Wu, yang bekerja dalam pengembangan perangkat lunak di Silicon Valley percaya, kemunculan DeepSeek tidak berarti bahwa teknologi di bidang kecerdasan buatan Tiongkok daratan benar-benar telah melampaui Amerika Serikat. Karena sebelum munculnya kecerdasan buatan DeepSeek, sudah banyak hasil penelitian sumber terbuka di bidang kecerdasan buatan yang bukan diluncurkan oleh Tiongkok daratan. “Jika sumber pada aspek ini selalu tertutup, maka Tiongkok pada dasarnya tidak akan punya cara untuk mengatasinya”, ujarnya.
那麼DeepSeek的背景到底如何呢。
Jadi apa latar belakang DeepSeek?
Menurut Reuters, bos DeepSeek, Liang Wenfeng, adalah pendiri dana lindung nilai (hedge fund) High-Flyer. Ia memiliki 55% saham High-Flyer dan 99% hak suara. High-Flyer pernah membentuk portofolio investasi sebesar RMB.100 miliar dan menggunakan modul kecerdasan buatan untuk membuat keputusan investasi. Pada tahun 2023, High-Flyer mendirikan DeepSeek, yang berfokus pada kecerdasan buatan.
Saat ini, dunia luar tidak mengetahui jumlah investasi High-Flyer di DeepSeek. Yang diketahui hanyalah bahwa kedua perusahaan tersebut sangat dekat dan bahkan berada di gedung kantor yang sama.
Liang Wenfeng pernah menyatakan secara terbuka bahwa DeepSeek tidak memerlukan investasi. Kami tidak kekurangan uang. Yang kami kekurangan adalah chip berkinerja tinggi.
Terkena dampak dari larangan ekspor chip AS, kita mungkin dapat melihat latar belakangnya dari cadangan chip DeepSeek.
Mengenai “biaya rendah” DeepSeek, beberapa profesional menduga bahwa, tidak menutup kemungkinan DeepSeek telah melanggar larangan chip AS dan berhasil menimbun sejumlah besar chip. Jika ini benar, atau jika DeepSeek menggunakan lebih dari 2048 chip selama pelatihan, maka biayanya jauh lebih rendah.
Alexandr Wang, CEO Scale AI di Amerika Serikat mengatakan, bahwa DeepSeek seharusnya menggunakan 50.000 chip Nvidia H100 untuk mengembangkan model yang ada saat ini.
Menanggapi hal ini, miliarder Amerika Serikat Elon Musk menanggapi di platform sosial X, “Itu sudah jelas”. Ia tampaknya setuju dengan pernyataan tersebut.
Reuters melaporkan bahwa sebelum larangan chip AS mulai berlaku pada bulan September 2022, High-Flyer membangun dua kluster superkomputer kecerdasan buatan, yang semuanya terdiri dari chip A100 canggih milik Nvidia.
Menurut keterangan dalam situs web DeepSeek dan beberapa postingan WeChart, bahwa klaster superkomputer pertama terdiri dari 1.100 chip A100 yang bernilai RMB.200 juta. Klaster kedua terdiri dari sekitar 10.000 chip A100 yang bernilai RMB.1 miliar.
Hal yang sulit dipercayai adalah, sejumlah media melaporkan bahwa setelah AS mengeluarkan larangan ekspor chip, otoritas Beijing masih dapat memiliki saluran untuk membeli chip terbaru.
Misalnya, Reuters melaporkan pada 15 Januari tahun ini, bahwa militer Tiongkok dan lembaga penelitian milik negara masih membeli chip canggih Amerika Serikat yang dipakai untuk penelitian kecerdasan buatan dan peralatan militer. Chip ini termasuk A100 buatan Nvidia dan H100 yang lebih canggih. Semua pemasok merupakan pemasok Tiongkok daratan yang tidak diketahui. Hal ini mencerminkan bahwa otoritas Amerika Serikat tidak dapat sepenuhnya memutus akses Beijing ke chip yang lebih canggih.
Dengan kata lain, beberapa perusahaan Tiongkok daratan yang dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok masih memiliki saluran untuk menimbun chip canggih dalam jumlah besar.
Menariknya, setelah Amerika Serikat mengeluarkan larangan chip, agar tidak kehilangan pasar daratan, Nvidia secara khusus merancang beberapa chip untuk Beijing guna menghindari larangan tersebut. Pada saat itu, kinerja keseluruhan chip ini tidak lebih lemah dari chip yang terkena larang ekspor pemerintah AS. Sebagai tanggapan, banyak orang Amerika Serikat mengkritik Nvidia, dengan mengatakan bahwa meskipun tidak melanggar hukum AS, namun melanggar nilai-nilai Amerika Serikat.
Jadi dengan munculnya DeepSeek, telah menyebabkan para investor meragukan perusahaan teknologi Amerika Serikat. Pada 27 Januari tahun ini, saham Nvidia turun sebanyak 17%, dengan nilai pasarnya yang anjlok hampir USD.600 miliar.
DeepSeek dikecam karena tingkat akurasinya hanya 17%, mungkin menghadapi pemeriksaan
Baru-baru ini, laporan audit terkini menunjukkan bahwa chatbot milik perusahaan kecerdasan buatan Tiongkok DeepSeek memiliki tingkat akurasi dalam penyampaian informasi hanya 17%, jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya di Barat. Penemuan ini telah menarik perhatian luas dari pasar dan komunitas ilmiah.
Menurut laporan yang dirilis oleh lembaga pemeringkat NewsGuard pada 29 Januari 2025, chatbot DeepSeek mengulang pernyataan palsu sebanyak 30%, memberikan jawaban yang tidak jelas atau tidak berguna sebanyak 53%, yang tingkat kegagalan mencapai 83%.
Dengan kata lain bahwa chatbot DeepSeek hanya memiliki tingkat akurasi dalam menyampaikan pesan hanya sebesar 17%, jauh tertinggal dari produk sejenis dari perusahaan AI Barat, termasuk ChatGPT milik OpenAI dan Gemini milik Google.
Data audit NewsGuard menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan DeepSeek, rata-rata tingkat kegagalan pesaing Barat adalah 62%. Meskipun masih terdapat beberapa masalah, namun kinerja pesaing Barat ini secara keseluruhan masih lebih baik daripada DeepSeek.
DeepSeek menduduki peringkat kesepuluh dari 11 chatbot AI yang dievaluasi oleh NewsGuard, jauh di bawah standar teknis yang diklaim oleh DeepSeek yaitu “setara dengan perusahaan AI Barat terkemuka seperti OpenAI”.
NewsGuard mengatakan pihaknya menggunakan 300 petunjuk untuk mengevaluasi DeepSeek sama seperti yang digunakannya untuk mengevaluasi mitra-mitranya di Barat, termasuk 30 petunjuk berdasarkan 10 tuduhan palsu yang tersebar dalam jaringan.
Tuduhan tersebut berkaitan dengan pembunuhan eksekutif UnitedHealthcare Brian Thompson dan jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan 8243 yang terjadi bulan lalu.
Audit NewsGuard juga menunjukkan bahwa 3 dari 10 informasi yang disampaikan DeepSeek, menyuarakan sikap yang sama dengan pemerintah Tiongkok terkait topik tersebut di atas, bahkan sampai berulang, padahal tidak ada yang mengajukan pertanyaan mengenai hal itu.
NewsGuard mengatakan bahwa DeepSeek malahan mengemukakan sikap Beijing saat menanggapi pertanyaan terkait alasan kecelakaan Azerbaijan Airlines.
Setelah menyebabkan guncangan di bursa Wall Street dan menyebabkan jatuhnya nilai saham Perusahaan teknologi AS yang hampir mencapai USD.1 triliun, data dari NewsGuard ini tidak hanya mempertanyakan kemampuan teknis DeepSeek, tetapi juga memberikan bukti atas iklan palsu DeepSeek.
DeepSeek tidak menanggapi secara resmi temuan audit NewsGuard, dan tidak memberikan penjelasan apa pun mengenai rendahnya akurasi chatbot atau metode pelatihan modelnya. No comment ini memperdalam keraguan pasar tentang kemampuan teknologi DeepSeek.
Tim film dokumenter “Wuhan Lockdown” seperti sedang perang mata-mata!
Baru-baru ini, tim film dokumenter “Wuhan Lockdown” mengungkapkan kepada dunia luar tentang kisah dalam memproduksi film tersebut.
“Wuhan Lockdown” didedikasikan untuk mengenang mendiang Li Wenliang, seorang dokter mata di Rumah Sakit Pusat Wuhan, yang merupakan orang pertama mengeluarkan peringatan tentang epidemi COVID-19. Ia dikenal sebagai whistleblower atau pengungkap rahasia penyebaran koronavirus.
Film ini menceritakan, di akhir tahun 2019, saat viruskorona merebak di Kota Wuhan akibat tindakan PKT yang menutup-nutupi epidemi tersebut. Pada 23 Januari 2020, pihak berwenang tiba-tiba mengumumkan lockdown Kota Wuhan, yang baru dicabut secara resmi pada 8 April. Selama 101 hari itu, banyak kisah tragis warga Wuhan yang kehilangan orang yang mereka cintai.
Menurut Voice of America, seorang anggota tim produksi “Wuhan Lockdown” menggambarkan proses syuting sebagai “seperti berada dalam perang mata-mata”. Dia menjelaskan bahwa karena kebebasan bicara sangat dibatasi di Tiongkok daratan, untuk melindungi narasumber, para relawan yang berada di Amerika Serikat hanya dapat menghubungi orang yang diwawancarai di Kota Wuhan melalui perangkat lunak terenkripsi.
Ia mengatakan: “Kami terlebih dahulu menghubungi narasumber, lalu menyepakati waktu dan tempat, serta meminta mereka untuk tidak membawa ponsel. Kemudian kami menghubungi relawan di Tiongkok untuk mewawancarai mereka, memberi tahu lagi mereka waktu dan tempat, serta meminta mereka untuk tidak membawa ponsel. Kami juga memberi tahu kedua belah pihak untuk menghentikan wawancara dan segera pulang ke rumah masing-masing jika menemukan sesuatu yang mengancam keamanan mereka”.
Tang Maoqin, seorang doctor dalam studi agama di Universitas Boston yang selaku penerjemah dalam pembuatan film dokumenter tersebut mengatakan, bahwa selama tahap awal produksi, banyak anggota tim masih berada di Tiongkok daratan, dan mereka menghadapi risiko besar karena pengawasan PKT yang ketat. Pekerjaan penyuntingan pascaproduksi menjangkau Tiongkok dan Amerika Serikat, dan hanya dapat dikomunikasikan dengan menggunakan kotak surat terenkripsi khusus.
Ia memperkenalkan bahwa salah satu produser inti film tersebut adalah Lu Yuyu, seorang tokoh media Tiongkok daratan yang dipenjara karena mendirikan situs web “non-berita”. Setelah dibebaskan dari penjara, dia masih diawasi secara ketat oleh Biro Keamanan Nasional. Untuk menghindari meninggalkan jejak di komputer, dia hanya dapat menyelesaikan pengeditan selama beberapa menit setiap harinya, lalu segera mengunggahnya ke cloud dan hapus semua data di komputer. Adegan-adegan ini mungkin terdengar seperti sesuatu yang diambil dari film horor, tetapi itulah proses produksi sebenarnya dari film dokumenter “Wuhan Lockdown”.
Film dokumenter ini tidak hanya menunjukkan “penderitaan dan trauma yang dialami seluruh warga selama karantina Kota Wuhan, tetapi juga merinci bagaimana pemerintah Beijing memblokir kebebasan berbicara dan memanipulasi opini publik”.
Pada 27 Januari malam, film “Wuhan Lockdown” tersebut di Toko Buku Monsoon di Washington, dan Yu Miao, CEO toko buku memceritakan kepada hadirin tentang situasi yang terjadi pada saat itu.
Dia mengatakan: “Pada hari-hari awal wabah menyebar, seorang dokter bernama Li Wenliang , yang pertama memperingatkan dunia luar ihwal wabah yang sedang menyerang, tetapi suaranya hampir tidak bisa terdengar karena tenggelam dalam suara mesin propaganda PKT yang dioperasikan secara kecepatan penuh untuk menutupi sejumlah kebenaran. Banyak sekali suara masyarakat yang dibungkam. Kebebasan berbicara akhirnya menjadi fantasi yang paling mahal di kota tersebut”.
Film dokumenter tersebut juga menyebutkan bahwa meskipun peristiwa lockdown Kota Wuhan sudah 5 tahun berlalu, namun kebenaran tentang wabah tersebut belum sepenuhnya terungkap. Apakah itu soal asal mula penyebaran virus COVID-19 atau jumlah kematian sebenarnya di kota tersebut yang disebabkannya, dunia luar mungkin tidak pernah dapat memperoleh data pastinya.
Saat ini, sejumlah narasumber dan pembuat film dokumenter “Wuhan Lockdown” telah mengasingkan diri ke luar negeri. Misalnya, Yang Min, yang kehilangan putri kesayangannya dalam epidemi, meninggalkan Tiongkok pada tahun 2023 dan pindah ke Belanda. Tahun lalu, Lu Yuyu akhirnya tiba di Kanada setelah menempuh perjalanan yang mendebarkan.
Selain itu, masih banyak narasumber dan kreator yang hidup secara penyamaran di Tiongkok daratan.
Penerjemah bahasa Inggris dari film tersebut Tang Maoqin, mengatakan bahwa sebagai orang Tiongkok daratan, dia sangat bangga dapat berpartisipasi dalam produksi film ini. Meskipun mungkin membawa risiko bagi diri dan keluarganya, tetapi dirinya percaya bahwa itu adalah tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan. Ia mengatakan: “Lockdown seluruh Kota Wuhan adalah memori kolektif seluruh bangsa, sebuah bencana bersejarah. Ketika kami mengalami penguncian wilayah dan berbagai peristiwa berikutnya, kami merasa sangat sedih. Kami merasa kecil dan tidak berdaya, tetapi kami tetap berharap dapat berbuat sesuatu”.
Tang Maoqin berharap melalui film ini, ia dapat memberikan penghormatan tertinggi kepada semua warga negara Tiongkok yang berani bersuara, merekam, dan menyebarkan kebenaran. Ia mengatakan: “Baik gambar, cerita, dan suara dalam film dokumenter ini semuanya diciptakan, direkam, dan disebarkan oleh netizen Tiongkok. Kami hanya menghimpun dan menyajikannya. Kami berharap dapat menggunakan film ini untuk mengucapkan terima kasih dan memberi penghormatan kepada setiap warga negara Tiongkok yang menyuarakan kebenaran”.
Sejarah karantina wilayah telah terukir dalam ingatan dunia, tetapi kebenaran masih mencari jalan keluar. Adanya film dokumenter ini menjadi kesaksian atas perjuangan dan jeritan rakyat Tiongkok yang tak terhitung jumlahnya pada masa itu. ###