Dua Kasus Spionase Ekonomi PKT Terungkap di AS, Pakar Serukan Tindakan Balasan

ETIndonesia. Di tengah kontroversi terkait model AI DeepSeek asal Tiongkok, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) baru saja menambah 14 dakwaan terhadap seorang mantan insinyur Google asal Tiongkok yang dituduh mencuri teknologi AI untuk kepentingan PKT. Selain itu, seorang mantan penasihat senior Federal Reserve (The Fed) juga menghadapi persidangan atas dugaan menjadi mata-mata bagi Beijing.

Mantan Insinyur Google Didakwa 14 Tuduhan Spionase Ekonomi

Pada 4 Februari, DOJ mengumumkan bahwa Ding Linwei, mantan insinyur Google asal Tiongkok, yang sebelumnya telah didakwa dengan empat tuduhan pencurian rahasia dagang, kini menghadapi tambahan tujuh tuduhan spionase ekonomi dan tujuh tuduhan pencurian rahasia dagang.

Berdasarkan dokumen dakwaan, Ding bergabung dengan Google pada Mei 2019 dan mulai mencuri informasi terkait pusat data superkomputer serta model AI sejak 2022. Hingga Mei 2023, ia telah mengunggah lebih dari 1.000 dokumen rahasia guna membantu dua perusahaan teknologi Tiongkok. Dalam proposal program bakat yang diajukan ke pemerintah PKT, ia menulis bahwa produk perusahaannya akan membantu Tiongkok membangun “platform komputasi berstandar internasional.”

Mantan Penasihat The Fed Didakwa Sebagai Mata-Mata Tiongkok

Selain kasus Ding, seorang mantan penasihat senior Federal Reserve, John Harold Rogers, juga menjalani sidang perdananya di Pengadilan Federal Washington, D.C. pada 5 Februari. Ia dituduh memberikan dokumen presentasi, evaluasi kebijakan internal, serta spreadsheet yang mengandung rahasia dagang kepada agen Beijing.

Sebagai imbalannya, Rogers menerima perjalanan gratis ke Tiongkok, posisi sebagai profesor paruh waktu di sebuah universitas Tiongkok, serta pembayaran lebih dari 448.000 dolar AS. Informasi yang ia berikan diyakini dapat membantu pejabat PKT dalam manipulasi pasar, serupa dengan praktik perdagangan orang dalam (insider trading).

Jika terbukti bersalah, Rogers dapat menghadapi hukuman hingga 15 tahun penjara. Namun, dalam persidangan, ia membantah semua tuduhan spionase ekonomi.

Dua kasus ini memicu diskusi luas tentang maraknya pencurian rahasia dagang AS untuk kepentingan PKT.

Pakar: PKT Gunakan Segala Cara untuk Mencuri Teknologi AS

Wang Xiuwen, peneliti di Institut Keamanan Nasional Taiwan, menyatakan bahwa PKT berusaha mati-matian mencuri teknologi canggih dari AS karena tertinggal dalam pengembangan teknologi.

“Banyak produk teknologi baru Tiongkok, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, pada dasarnya adalah tiruan dari teknologi canggih Barat. Contohnya, lengan robotik di stasiun luar angkasa Tiangong Tiongkok sebagian besar meniru teknologi Kanada dan negara lain. Kini, mereka sudah sampai pada tahap mencuri teknologi AI.”

PKT telah menyusup ke berbagai industri di luar negeri dan semakin memperluas jangkauan pengaruhnya.

Baru-baru ini, muncul laporan bahwa pos radar Angkatan Udara Taiwan telah disusupi oleh mata-mata PKT. Melalui jaringan rentenir ilegal, PKT merekrut personel militer aktif Taiwan dengan cara menawarkan pinjaman dan menghapus utang judi sebagai imbalan untuk menyerahkan rahasia militer.

Su Tzu-yun, Direktur Institut Keamanan Nasional Taiwan, menyebut bahwa metode PKT justru menunjukkan kelemahan mereka. Ia menambahkan bahwa banyak negara kini semakin waspada.

“Tahun lalu, Kanada secara bulat mengesahkan undang-undang anti-intervensi asing. AS juga sudah melarang partisipasi mahasiswa Tiongkok dalam proyek penelitian tertentu sejak era pemerintahan Trump. Selain itu, badan intelijen Inggris, MI5, telah merekrut banyak agen etnis Tionghoa untuk melawan infiltrasi PKT.”

Menangkal Spionase PKT dengan Penegakan Hukum yang Kuat

Menurut Wang Xiuwen, perusahaan teknologi Barat selama ini kurang memiliki kesadaran akan ancaman spionase PKT dan cenderung menganggap bahwa politik tidak boleh mengganggu penelitian ilmiah. Ditambah lagi, raksasa teknologi AS seperti Google dan Microsoft telah banyak melatih talenta asal Tiongkok, sehingga Silicon Valley memiliki banyak insinyur keturunan Tiongkok, yang menyebabkan kasus spionase seperti ini terus terjadi.

Ia menyarankan tiga langkah yang perlu dilakukan oleh negara-negara Barat:

  1. Meningkatkan edukasi publik tentang konsekuensi spionase ekonomi dan ancaman yang ditimbulkan.
  2. Memantau akses individu asal Tiongkok ke posisi strategis dan jalur informasi rahasia dengan sistem berbasis AI.
  3. Menghindari diskriminasi terhadap komunitas Tionghoa di Barat, agar mereka tidak merasa dikucilkan dan kembali ke Tiongkok (brain drain). Oleh karena itu, bukti dalam kasus-kasus hukum harus kuat dan akurat.

Untuk mencegah kemungkinan upaya pelarian yang dibantu oleh agen PKT, pengadilan memutuskan untuk menahan Rogers hingga persidangan selanjutnya. (Hui)

FOKUS DUNIA

NEWS