Heboh: Hamas Tunda Pembebasan Sandera, Israel Siaga Tempur, Mobil Tiongkok Guncang Pasar Rusia!

EtIndonesia. Dalam perkembangan terbaru di tengah konflik yang semakin memanas, Hamas melalui akun Telegram secara tiba-tiba mengumumkan penghentian rencana pembebasan sandera Israel yang semula dijadwalkan pada 15 Februari 2025. Pengumuman ini, yang disampaikan pada 10 Februari 2025, diklaim sebagai respons atas dugaan pelanggaran kesepakatan oleh pihak Israel.

Penghentian Pembebasan Sandera dan Eskalasi Retorika

Pada hari Minggu (9/2) , Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan kepada Fox News bahwa setelah menyaksikan gambar sandera yang dibebaskan oleh Hamas, dia mulai kehilangan kesabaran terhadap kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. 

Trump pun menambahkan: “Begitu orang Palestina diusir dari Gaza, mereka tidak akan bisa kembali,” sebuah pernyataan yang, menurut laporan Reuters, telah dikonfirmasi oleh Hamas kepada mediator Amerika sebagai faktor yang membuat gencatan senjata dianggap tidak lagi berlaku.

Hamas juga menuduh bahwa Israel dengan sengaja menunda pengembalian warga yang kehilangan tempat tinggal ke wilayah utara dan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Namun, seorang pejabat Israel menyatakan kepada The Washington Post bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan menegaskan bahwa Hamas sebenarnya ingin membuka kembali pembicaraan mengenai tahap kedua perjanjian yang telah disepakati.

Situasi semakin memanas ketika forum keluarga sandera dan kerabat korban yang hilang menuntut segera ditemukannya solusi efektif untuk mengembalikan pelaksanaan gencatan senjata. Mereka mengungkapkan kekhawatiran mendalam bahwa waktu untuk menyelamatkan sandera sudah sangat terbatas.

Tanggapan Keras dari Pihak Israel

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa pengumuman Hamas mengenai penghentian pembebasan sandera merupakan pelanggaran total terhadap kesepakatan yang telah disepakati. 

“Saya telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel untuk berada dalam keadaan siaga tertinggi, mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan di Gaza, dan melindungi komunitas Israel. Kami tidak akan membiarkan situasi kembali seperti pada 7 Oktober,” tegasnya.

Komando Selatan Israel telah mengeluarkan perintah peringatan kepada pasukan di wilayah tersebut agar selalu siap bertindak guna mencegah runtuhnya gencatan senjata. Menurut pernyataan pejabat militer, jika gencatan senjata benar-benar gagal, militer akan melancarkan serangan dengan kekuatan tembakan terkuat sejak pecahnya konflik. Sementara itu, proses evakuasi warga dari Gaza telah dihentikan.

Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menambahkan bahwa satu-satunya respons terhadap pengumuman Hamas adalah dengan melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran di Gaza. 

Dia menegaskan: “Sudah saatnya kita kembali ke medan perang untuk menghilangkan ancaman ini secara menyeluruh.” 

Ben-Gvir juga menyatakan bahwa seluruh bantuan kemanusiaan—mulai dari pasokan listrik, bahan bakar, hingga air—akan dihentikan, termasuk bantuan yang telah dikuasai oleh Hamas.

Di tengah situasi yang tegang tersebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan tengah berkonsultasi dengan pejabat keamanan senior untuk menentukan langkah selanjutnya.

Sebelumnya, pada 8 Februari, Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel sebagai pertukaran dengan pembebasan 183 tahanan Palestina oleh pihak Israel.

Dalam wawancara di pesawat Air Force One pada 9 Februari, Trump mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sandera yang terlihat lesu dan kurus.

“Mereka tampak seperti telah menua 25 tahun, dan kesabaran kita pasti akan habis,” katanya.

Dia juga menyatakan tekadnya untuk “membeli dan menguasai Gaza” dengan opsi penyerahan sebagian wilayahnya kepada negara-negara Timur Tengah untuk direkonstruksi dengan dukungan Amerika, namun pada akhirnya memastikan bahwa Hamas tidak pernah kembali menguasai wilayah tersebut.

Dinamika Baru di Pasar Otomotif Rusia

Sementara itu, di arena internasional yang berbeda, dinamika ekonomi dan perdagangan juga menunjukkan perkembangan signifikan. Sejak Rusia menginvasi Ukraina dan menghadapi sanksi dari negara-negara Barat, pangsa pasar mobil buatan Tiongkok di Rusia terus meningkat. Media di Tiongkok melaporkan bahwa pangsa pasar mobil baru buatan Tiongkok di Rusia telah stabil mencapai 68%.

Menurut laporan media Rusia, pada 5 Februari, Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Arikhanov, menyatakan dalam sebuah pertemuan bahwa tiga merek truk impor asal Tiongkok secara serius tidak memenuhi peraturan Rusia dan seharusnya tidak diizinkan beroperasi di jalan. Dia juga menekankan bahwa produsen mobil Tiongkok dengan agresif memasuki pasar Rusia, sehingga pangsa pasar mereka terus mengalami peningkatan.

Menanggapi hal tersebut, pihak Rusia dinyatakan akan mengambil langkah-langkah tegas, termasuk mencabut sertifikasi bagi kendaraan yang tidak memenuhi standar serta bekerja sama dengan pihak penegak hukum untuk melakukan pemeriksaan sertifikasi yang lebih ketat terhadap mobil impor asing.

Kesimpulan

Perkembangan terbaru ini menambah kompleksitas situasi di Timur Tengah, dengan Hamas yang menghentikan pembebasan sandera dan memicu reaksi keras dari pihak Israel, sementara pernyataan Presiden Trump semakin mengintensifkan retorika seputar konflik tersebut. Di sisi lain, pergeseran dinamika pasar otomotif di Rusia mencerminkan bagaimana sanksi dan kondisi geopolitik turut mempengaruhi arus perdagangan global, terutama bagi produk-produk buatan Tiongkok.

Kedua peristiwa ini, meskipun terjadi di belahan dunia yang berbeda, menunjukkan bagaimana isu-isu geopolitik dan ekonomi saling terjalin dan berdampak pada stabilitas serta kebijakan nasional masing-masing negara.

FOKUS DUNIA

NEWS