ETIndonesia. Pada 10 Februari, topik mengenai “Menyimpan Uang 2 Tahun Kurang Menguntungkan Dibanding 1 Tahun – Fenomena Inversi Suku Bunga Bank yang Jarang Terjadi” menjadi trending dan menimbulkan banyak diskusi.
Menurut laporan dari First Financial, dalam sebulan terakhir, beberapa bank kecil dan menengah di Tiongkok, seperti Huairen Rural Commercial Bank, Shuozhou Rural Commercial Bank, Lingchuan County Credit Union, Guangdong Nanao Rural Commercial Bank, dan Mizuho Bank, mengalami suku bunga deposito satu tahun dan dua tahun yang sama atau bahkan terjadi inversi.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa seorang pria bernama Li, yang bekerja di Shanxi, baru-baru ini menemukan bahwa bank tempat ia biasa menyimpan uang telah menaikkan suku bunga deposito satu tahun menjadi 1,75%, sedangkan suku bunga deposito dua tahun hanya 1,45%. Artinya, suku bunga deposito satu tahun lebih tinggi sekitar 30 basis poin dibandingkan deposito dua tahun.
Pada 22 Januari, Shuozhou Rural Commercial Bank menyesuaikan suku bunga deposito untuk tenor satu tahun dan tiga tahun. Sebelumnya, suku bunga deposito untuk tenor satu, dua, tiga, dan lima tahun masing-masing adalah 1,4%, 1,45%, 1,9%, dan 1,9%. Setelah penyesuaian, suku bunga deposito satu tahun naik menjadi 1,75%, sedangkan suku bunga deposito dua tahun tetap di 1,45%. Suku bunga deposito tiga tahun naik menjadi 2,15%, sementara lima tahun tetap di 1,90%.
Seorang manajer layanan pelanggan dari sebuah bank saham mengatakan bahwa sebelumnya, fenomena inversi lebih sering terjadi pada deposito tenor tiga dan lima tahun, sebagai strategi penyesuaian struktur deposito bank. Namun, inversi antara deposito setahun dan dua tahun masih jarang terjadi di pasar.
Para analis industri percaya bahwa fenomena ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor:
- Saat ini, bank sedang berada dalam periode awal tahun (“open door red”), sehingga beberapa bank menaikkan suku bunga deposito satu tahun secara sementara.
- Bank memperkirakan bahwa suku bunga deposito akan terus menurun di masa depan, sehingga mereka secara proaktif menyesuaikan struktur kewajibannya dan tidak ingin menarik lebih banyak dana jangka panjang.
Fenomena ini Memicu Perdebatan Hangat
Pada 10 Februari, topik ini menjadi trending dan menimbulkan banyak perdebatan.
Beberapa orang berkomentar:
- “Tindakan seperti ini menunjukkan bahwa masa depan tidak terlihat cerah.”
- “Mereka sudah kehabisan cara.”
- “Persaingan sengit, ekonomi semakin tertekan.”
- “Ini adalah sinyal resesi ekonomi, musim dingin akan datang.”
- “Masyarakat tidak mau belanja! Perusahaan tidak berani mengambil pinjaman, sehingga uang di bank tidak bisa disalurkan.”
- “Ini adalah tanda bahwa likuiditas sedang ketat, bank ingin mengurangi beban jangka panjang. Saatnya menyesuaikan strategi keuangan dan menjaga fleksibilitas dana.”
- “Suku bunga deposito dan obligasi jangka panjang terus menurun, yang menunjukkan bahwa ekonomi dalam kondisi buruk baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.”
- “Bank tahu bahwa suku bunga jangka panjang akan menyebabkan mereka merugi, sehingga mereka tidak meningkatkan suku bunga deposito jangka panjang. Sebaliknya, mereka lebih memilih suku bunga deposito jangka pendek agar bisa disesuaikan kapan saja. Ini bukan hanya soal inversi, tetapi juga sinyal ekonomi yang lebih besar. Bank sebagai institusi keuangan utama pasti memiliki wawasan lebih luas tentang tren ke depan.”
Seorang analis sektor perbankan dari sebuah perusahaan sekuritas mengatakan bahwa selama ini, suku bunga deposito selalu mengikuti prinsip “semakin lama tenor, semakin tinggi suku bunga”, karena deposito jangka panjang lebih menguntungkan bagi struktur kewajiban bank. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena inversi mulai muncul dalam skala yang lebih besar, terutama sejak 2022–2023.
Hal ini terjadi karena Bank Sentral Tiongkok telah beberapa kali menurunkan suku bunga, menyebabkan suku bunga deposito turun beberapa kali dalam waktu singkat. Dengan proyeksi bahwa suku bunga akan terus menurun, bank cenderung menghindari menarik dana jangka panjang. Inilah alasan mengapa banyak bank besar telah menghentikan penerbitan sertifikat deposito dengan tenor dua tahun atau lebih.
Pada 9 Februari, sebuah artikel dari “Cai Cai Zui Hui Mai” menyebutkan bahwa bank sengaja menawarkan suku bunga tinggi pada deposito jangka pendek untuk menarik lebih banyak dana dalam waktu singkat, karena periode “open door red” sangat penting bagi mereka.
Langkah ini juga mencerminkan ekspektasi bank terhadap tren suku bunga ke depan. Dengan kebijakan pemangkasan suku bunga yang terus dilakukan oleh Bank Sentral, bank tidak lagi berani mengandalkan deposito jangka panjang untuk stabilitas dana mereka. Sebaliknya, mereka menggunakan suku bunga deposito jangka pendek untuk menarik nasabah, sehingga dana tetap likuid dan menghindari biaya tinggi dari deposito jangka panjang.
Penulis artikel tersebut berpendapat bahwa bank sebenarnya tahu bahwa suku bunga tinggi pada deposito jangka pendek tidak akan menarik terlalu banyak deposan jangka panjang. Namun, mereka tetap melakukannya sebagai semacam “trik asap”, yang pada akhirnya membuat para deposan menjadi pihak yang paling dirugikan dalam permainan perbankan ini. (Hui)
Sumber : NTDTV.com