Hamas Tunda Pembebasan Sandera, Trump Desak Pembebasan atau Situasi Tak Terkendali

ETIndonesia. Kelompok bersenjata Palestina, Hamas, pada Senin (10/2/2025) secara tiba-tiba mengumumkan bahwa pembebasan sandera yang semula dijadwalkan pada 15 Februari akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut. Militer Israel menyatakan bahwa pasukan mereka  siap menghadapi “segala kemungkinan”. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut tindakan Hamas sebagai sesuatu yang “buruk” dan mendesak agar semua sandera dibebaskan tepat waktu. Jika tidak, situasi akan menjadi “tidak terkendali”.

Hamas Menunda Pembebasan Sandera

Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 19 Januari lalu. Sejak itu, kedua belah pihak telah menukar lima kelompok sandera dan tahanan, dengan pembebasan sandera berikutnya yang dijadwalkan pada Sabtu, 15 Februari.

Menurut laporan, juru bicara Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, Abu Ubaida, mengeluarkan pernyataan bahwa pembebasan sandera yang direncanakan pada 15 Februari akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Abu Ubaida menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata selama tiga minggu terakhir, termasuk menunda kembalinya warga yang mengungsi ke Gaza utara, menjadikan mereka sebagai target serangan, menembaki berbagai daerah di Jalur Gaza, serta menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan.

Ia menegaskan bahwa pembebasan sandera bergantung pada apakah Israel mematuhi isi perjanjian. Jika Israel menaati perjanjian gencatan senjata, maka Hamas juga akan melakukannya.

Para anggota Hamas menyatakan bahwa mereka mengumumkan penundaan ini lima hari sebelum tanggal pembebasan yang dijadwalkan agar mediator dapat menekan Israel untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata dan memastikan pertukaran tahanan tetap berjalan sesuai rencana.

Israel Bersiap Hadapi Segala Kemungkinan

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut pernyataan Hamas sebagai “pelanggaran total” terhadap perjanjian gencatan senjata, yang dapat menyebabkan dimulainya kembali pertempuran.

Katz menyatakan bahwa ia telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk meningkatkan kesiapsiagaan ke level tertinggi guna menghadapi kemungkinan eskalasi di Gaza.

Seorang pejabat Israel juga mengatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan dengan kabinet keamanan pada  11 Februari pagi, yang akan dihadiri oleh Menteri Pertahanan, Menteri Keamanan Nasional, serta Menteri Luar Negeri.

Trump Beri Ultimatum: Hamas Harus Bebaskan Sandera Sebelum 15 Februari

Trump mengecam tindakan Hamas dan menyebutnya sebagai hal yang “buruk”. Dalam konferensi pers di Kantor Oval, ia mengatakan bahwa ia akan menyerahkan keputusan akhir terkait gencatan senjata kepada Israel.

Namun, ia menambahkan, “Bagi saya, jika semua sandera tidak dikembalikan sebelum pukul 12.00 siang pada 15 Februari… saya akan menyarankan agar gencatan senjata dibatalkan. Saat itu, semuanya akan berakhir, dan situasi akan menjadi tidak terkendali.”

Trump menekankan bahwa Hamas harus membebaskan “semua” sandera, bukan hanya beberapa orang dalam setiap gelombang pembebasan. 

“Kami ingin mereka semua kembali. Ini adalah pernyataan pribadi saya, Israel dapat mengambil keputusan sendiri, tetapi bagi saya, jika pada 15 Februari pukul 12 siang mereka belum dibebaskan, maka situasinya akan tidak terkendali,” katanya.

Trump juga mengatakan bahwa ia mungkin akan berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai tenggat waktu yang ia usulkan. Ketika ditanya apakah ia akan mempertimbangkan keterlibatan militer AS, Trump menjawab, “Kita lihat saja nanti.”

Kontroversi Seputar Rencana Trump Mengambil Alih Gaza

Sebelumnya, Trump mengusulkan agar AS “mengambil alih” Gaza, yang menimbulkan kontroversi. Ia juga mengancam akan menghentikan bantuan AS jika Yordania dan Mesir menolak menerima pengungsi Palestina sesuai rencananya.

Trump dijadwalkan bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah II, di Washington  untuk membahas situasi tersebut.

Sementara itu, setelah Hamas secara mengejutkan mengumumkan penundaan pembebasan sandera, keluarga para sandera serta para pendukung mereka berkumpul di “Hostages Square” di Tel Aviv, Israel, pada malam 10 Februari. Mereka menekan pemerintah agar tidak membatalkan perjanjian gencatan senjata.

Kesepakatan gencatan senjata ini awalnya dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS. Dua sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa para mediator kini khawatir perjanjian ini dapat runtuh.

Negosiasi Lanjutan Akan Digelar di Qatar

Para negosiator dari berbagai pihak diperkirakan akan mengadakan pertemuan di Qatar dalam beberapa hari mendatang untuk membahas pelaksanaan tahap pertama gencatan senjata yang berlangsung selama 42 hari.

Setelah pertukaran sandera dan tahanan yang kelima pada 8 Februari, Netanyahu memerintahkan tim negosiasi Israel untuk kembali ke Qatar guna membahas beberapa rincian perjanjian gencatan senjata. Netanyahu juga mengecam Hamas sebagai “monster” dan kembali bertekad untuk menghancurkan Hamas serta menyelamatkan semua sandera yang tersisa.

Menurut laporan, ketika Hamas membebaskan sandera, mereka mengatur seremonial yang disengaja, memaksa sandera untuk menyampaikan pidato terima kasih di bawah todongan senjata. Setelah dibebaskan, tiga sandera dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis, di mana dua orang di antaranya dalam kondisi buruk dan satu lainnya mengalami malnutrisi parah. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS